Fate

2.2K 271 25
                                    

-Faye

Pagi itu aku harus menghadapi keributan antara Marissa dan Ice, adik kecilku yang satu itu selalu menunjukkan keunggulan dan keangkuhannya apabila dia merasa jengkel dengan orang lain.

Hari ini aku dan ice bertemu dengan wanwan di sebuah cafe yang dekat dengan perusahaanku. Kali ini bukan membahas terkait dengan bisnis tapi aku hanya ingin bertemu dengan teman baikku.

"Ice !".

"P'wan !".

Sudah kuduga seharusnya dua orang ini tidak dipertemukan, mereka berpelukan seolah seperti ratusan tahun tidak bertemu. Bahkan adikku yang satu itu memanggilnya dengan sebutan Phi sedangkan aku yang benar benar kakaknya tidak pernah mendengar panggilan itu untukku.

Kami bertiga duduk disebuah pelataran cafe ini, memesan minuman dan makanan yang kami inginkan.

"Bagaimana kabarmu ice?".

"Seperti yang kau lihat P'wan aku baik-baik saja".

"Bagaimana dengan bisnis mu?".

"Masih stabil, hanya saja aku perlu asisten pribadi agar membantuku selama disana, sepertinya aku membutuhkan faye ikut bersamaku".

Sontak aku langsung memukul kepala ice, dan anak itu hanya tertawa karena telah berhasil menggodaku.

"Faye, bagaimana kabar Yoko?, sudah lama kita tidak pergi bersama".

"Maksudmu gadis kecil yang bekerja dirumah kami dan dikencani oleh faye ?".

Mulut sialan ice memang tidak bisa dikendalikan, dan tentu saja wanwan terkejut mendengar hal itu. Dia memandangku dengan bertanya-tanya seolah membutuhkan jawaban segera.

"Aku akan menjelaskannya padamu nanti".

Obrolan kami terasa sangat lama, terutama ice dan wanwan. Mereka berdua sulit bertemu sehingga ketika bertemu kembali mereka akan membahas hal-hal yang telah mereka pendam untuk diceritakan.

Usai pertemuan kami, aku dan ice kembali kekantor untuk membahas bisnis usaha keluarga kami. Ada beberapa usaha yang baru beberapa bulan berjalan dibidang logistik namun masih belum stabil sehingga aku dan ice harus mencari solusi agar pendapatan dibidang ini bisa meningkat.

Ice sangat serius ketika bekerja, dan sangat menyebalkan diluar jam kerja. Sedangkan aku sudah mulai bosan akan bahasan ini, sesekali aku melihat layar ponselku dan mengirim pesan pada gadis kecilku.

"Aku menunggu hadiah hari ini.."

Namun gadis kecilku tidak merespon pesanku sama sekali. Hingga tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 8 malam. Marissa telah kembali lebih dulu meninggalkan aku dan ice, namun ice masih tetap mencari ide untuk membuat trobosan terbaru dari bidang usaha ini.

"Sebaiknya kita pulang, besok kita lanjutkan kembali".

Aku mengemasi barang-barangku, dan ice juga memulai melakukan hal yang sama.

"Bilang saja kau rindu pada mainan kecilmu itu".

"Tentu saja, aku ingin bermain dengannya malam ini".

Kami berdua meninggalkan kantor dan kembali kerumah. Kamarku dan ice tidak berdekatan, nenek sengaja menjauhkan kamar kami berdua karena aku dan ice sewaktu kecil sering sekali bertengkar.

"Aku lelah, dan kau jangan menggangguku setan kecil!".

Ice tertawa nakal padaku, seolah mengerti kami berdua akhirnya berpisah diruang tamu menuju kamar masing-masing.

Aku segera menuju kamar gadis kecilku, namun pintu kamar itu tertutup dan terlihat gelap dari luar. Perlahan aku mengetuknya, namun tidak ada balasan dari dalam sana.

I'm Your Maid [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang