Aku melemparkan flashdisk itu diatas meja didepan nenek. Kali ini aku tidak perduli apakah aku harus menjadi cucu yang keterlaluan.
Ice hanya terdiam menatapku dan nenek hanya memandangku dengan tatapan datar.
"Apa sudah puas merusak dan menghancurkanku lagi kedua kalinya?".
Nenek hanya melirikku sebentar lalu menarik nafas seolah sudah mengerti kearah mana topik pembicaraanku.
"Aku hanya ingin merubah perilaku mu yang menyimpang, apa itu salah?".
Aku merasa marah ketika nenek mengatakan hal itu padaku.
"Apa nenek pikir aku ingin terlahir seperti ini?".
Mataku mulai berkaca-kaca mengucapkan hal yang selama ini aku pendam.
"Aku jadi seperti ini itu semua karna nenek!".
"Faye turunkan suaramu!".
Ice menyelaku karena membentak nenek dengan begitu keras. Kali ini aku benar-benar marah, selama ini aku selalu mengalah atas apa yang nenek inginkan.
"Nenek selalu mengatur kehidupanku, bahkan hingga aku sudah setua ini".
Air mataku kembali mengalir, sungguh aku ingin semua ini berakhir.
"Tidak bisakah aku memilih kebahagiaanku sendiri ?".
Nenek berdiri memilih meninggalkanku, seperti biasa dia akan mengabaikan semua perkataanku dan mengakhiri semua percakapan ini tanpa suatu kejelasan.
Ice beranjak memelukku dan mengusap punggungku.
"Tenangkan dirimu faye.."
Usai perkelahian itu, aku tidak pernah kembali bekerja dikantor. Ice juga telah kembali pulang ke Amerika, namun kali ini dia meminta Marissa untuk ikut bersamanya disana.
Nenek kembali memegang kendali semua bisnis yang sebelumnya aku kelola karena aku mengabaikan semuanya kembali.
Bahkan aku tidak pernah ingin makan bersama dengan nenek lagi. Hatiku masih terlalu sakit atas apa yang telah nenek lakukan padaku, lagi dan lagi.
Setiap malam aku merindukan gadis kecil itu, aku akan pergi tidur dikamarnya lalu kembali kekamarku pada pagi hari.
Ponsel yang aku belikan padanya mulai kucoba hidupkan kembali dengan mengisi daya baterai nya. Ternyata gadis itu tidak mengunci ponsel itu dengan sandi.
Aku melihat isi dari ponsel itu, melihat galeri yang berisikan foto-foto kami ketika bersama. Terutama foto saat aku dan gadis itu berada diacara bridal shower milik Abigail.
Itu adalah hari dimana aku menyatakan perasaanku padanya. Bahkan untuk mendapatkan hatinya aku harus membutuhkan waktu agar gadis itu menerimaku.
Ada dimana gadis itu sekarang?, apa yang sedang iya lakukan?. Entahlah, aku tidak pernah merasa sesakit ini jauh bagaimana ketika piengfah meninggalkanku.
Namun satu hal yang aku ingat, dia tidak ingin aku menyakiti diriku lagi.
.
.
.Tidak terasa sudah 2 bulan aku ditinggalkan oleh gadis kecilku itu. Aku tidak pernah lagi meminum atau lari pada alkohol.
Perlahan aku juga mulai merubah gaya hidupku, aku mulai kembali dengan kegiatan melukisku dan menjualnya.
Beruntungnya ice sangat suka menjajakan lukisanku di sosial media miliknya dan juga membagikannya pada teman-temannya.
Sejak saat itu orang-orang mulai berdatangan memesan hasil karyaku yang menurutku biasa-biasa saja.
Aku juga menceritakan hal yang sebenarnya pada wanwan dan menemui folk untuk meminta maaf atas pikiran burukku padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Your Maid [END]
Romansa"Yang hanya bisa kau lakukan adalah menuruti perintah ku" -Faye "Dan yang bisa kulakukan hanyalah menuruti kemauanmu" -Yoko Yoko yang dijual oleh ayahnya sendiri terpaksa harus menjalani hidupnya dengan menjadi pengasuh Faye seorang wanita berusia 3...