Duasatu

312 45 4
                                        

Happy reading ✨
Vote nya jangan lupa yaa!

•••

Sasuke memandang langit malam dari balkon kamarnya, rasa sakit dari memar di wajahnya masih terasa namun ia abaikan. Malam ini ia pulang ke kediaman keluarga Uchiha atas permintaan ibunya. Katanya ada yang ingin dibicarakan, setidaknya dalam pikiran Sasuke ibunya itu pasti akan mengomel tunggu saja besok.

Tok tok tok
Pintu diketuk mengalihkan atensi pria itu, pintu terbuka menampilkan wanita paru baya dengan sebaskom es batu di tangannya.

"Sasu, Kaa-chan akan mengompres lebam mu"
Sasuke tak menjawab hanya menghampiri ibunya yang sudah duduk di ranjang miliknya.

Lama dalam diam, sang ibu membuka suaranya mengawali percakapan antara ibu dan anak itu.

"Apa yang akan kau lakukan selanjutnya nak?"
Tanya sang ibu, sedangkan sang anak menghela nafas panjang karena belum terpikir. Perkataan ayah dari Hinata mempengaruhi pikirannya

•••

Flashback

Sasuke dikelilingi oleh tatapan tak mengenakkan dari tiga generasi Hyuuga, kakek Hinata, ayah Hinata dan juga si lelaki iklan sampo yang sedari tadi menatapnya dengan tatapan ingin menghabisi.

"Kami sudah tahu kebenarannya nak Sasuke, apapun keputusan mu kami akan mencoba menerimanya. Asal itu tidak merugikan pihak Hyuuga."
Sang ayah membuka suara, udara yang dingin menjadi lebih dingin karena tak ada yang membuka suaranya.

"Hn.. aku akan membawa Keita ke kediaman Uchiha, bagaimana pun akau hak atas anak ku jadi aku ingin mengasuhnya seperti orang tua pada umumnya. Aku juga akan membawa Hinata walaupun aku yakin itu sangat sulit dilakukan."
Hyuuga Hiasi mengangguk mantap atas jawaban Sasuke. Ia juga sudah mendengar bahwa pria brengsek yang sudah menghancurkan anaknya ini mencari sang putri selama 3 tahun kebelakang dengan segala upaya walaupun tak berhasil, karena Hyuuga menjaga ketat sang hime dari dunia luar atas perintah Neji.

"Mungkin akau sedikit yakin Keita akan senang hati ikut denganmu, tapi bagaimana dengan Hinata? Akankah ia setuju untuk tinggal dengan orang yang telah melukainya?"
Ya wanitanya sudah bangun saat Mikoto datang untuk bertemu dengan Keita. Wanita itu sadar sepenuhnya namun harus banyak istirahat karena tubuhnya terlalu lemah setelah tertidur begitu lamanya. Ternyata benar, setelah beberapa kali ia menyelinap masuk bersama Keita dan mengajak Hinata berbicara, alam bawah sadar wanita itu merespon, bahkan saat Keita mengatakan ia rindu Kaa-chan nya wanita itu menangis dalam tidurnya.

"Aku akan memperjuangkan Hinata bagaimanpun caranya, tidak mungkin ku biarkan usaha selama ini sia-sia begitu saja. Aku yakin Hinata akan luluh dan ikut denganku."
Sebenarnya Sasuke sedikit tidak yakin, ia tahu orang yang mendapat kekerasan seperti Hinata akan mengalami trauma berat ataupun ringan. Tapi semoga saja Hinata tidak.

"Aku tidak akan membantu sedikit pun atas perjuanganmu Sasuke, sebenarnya aku sangat menentang keinginan mu untuk membawa adik dan juga keponakanku. Tapi bagaimanapun akau ingin melihat Keita bahagia dengan keluarga yang lengkap tanpa kekurangan kasih sayang sedikit pun."
Setelah Neji berbicara seperti itu, lelaki dua anak itu pergi meninggalkan ketiga orang lainnya, ia benar-benar belum rela dengan keputusan si ayam itu yang akan mencoba membujuk adiknya, semoga saja Hinata akan terus menolak dan membuat Uchiha itu menyerah dengan sendirinya.

Flashback off

•••

"Entahlah Kaa-chan, kemarin saja Hinata sangat benci melihat diriku. Bahkan dia menyuruh bodyguard nya menyeret ku keluar dari kamarnya."
Sebenarnya Mikoto terlalu terkejut dengan perubahan putranya,ia tak menyangka bahwa Sasuke akan se-OCC ini.

"Kaa-chan akan mendukung mu dengan keputusan baikmu, Kaa-chan juga akan selalu mendo'akan mu Sasuke."
Sasuke mengangguk lalu meringis pelan saat merasakan dinginnya es pada permukaan wajahnya.

•••

Di kediaman sang hime, tepatnya di kamar wanita beranak satu itu. Suasana begitu sunyi, hanya terdengar detakan jarum jam di ruangan itu. Hinata menatap langit-langit kamarnya, selang infus masih menempel pada tangannya.

Ia ingat kemarin ia mengusir lelaki yang tiga tahun lalu pernah mampir ke kehidupan nyamannya. Walaupun tak seperti orang lain tapi hinata begitu nyam dan bahagia dengan kehidupan sederhananya.

Sebenarnya ia merasa sedikit bersalah kemarin, tapi ia belum siap bertemu dengan wajah itu lagi. Bukan karena benci, tapi karena sesuatu yang begitu menggangunya. Sesuatu yang datang tanpa Hinata sadari dan tanpa ia rencanakan.

Pintu kamarnya terbuka menampilkan sang anak yang baru saja pulang dari sekolahnya. Hinata tidak menyangka bahwa anaknya yang baru tiga tahun sudah sekolah bahkan sangat pintar. Mungkin saat dirinya koma anaknya sangat bosan karena tak ada yang bisa mengajaknya bermain sepuasnya anak itu, jadilah ia dewasa sebelum waktunya.

Hinata memanggil anaknya dengan menggerakkan tangannya seolah mengatakan 'kesini nak'
Saat pertama kali melihat Keita, Hinata begitu senang juga begitu kesal karena anaknya terlalu meniru semua yang ada di dalam ayahnya. Hanya mata belo yang menurun dari dirinya, ah juga rona merah yang terkadang hadir saat anak itu berbicara dengan orang lain.

"Apa Kaa-chan sudah sembuh?"
Anak itu bertanya sembari menatap lekat sang ibu, menunggu jawaban apa yang akan ibunya lontarkan.

"Kaa-chan baik-baik saja. Bagaimana dengan sekolah Kei-kun?"
Hinata memanggil Keita seperti itu karena ia tak mau dipanggil dengan Kei-chan yang Hinata lakukan saat pertama kali bercengkrama dengan putranya.

"Aku sangat senang Kaa-chan, sekolah yang Tou-chan pilihkan sangat bangus. Banyak sekali anak yang ingin berteman denganku Kaa-chan."
Ya, Hinata tak bisa melarang Keita memanggil Sasuke dengan sebutan ayah karena bagaimanapun lelaki itu adalah ayah dari anaknya. Saat Mikoto berkunjung, wanita itu mengatakan bahwa Sasuke adalah ayah dari Keita. Tentu saja anak itu senang, bahkan sampai berteriak kegirangan karena dirinya memiliki ayah.

"Jika Kei-kun senang, maka Kaa-chan pun senang."
Keita tersipu mendengar penuturan ibunya. Hinata membawa Keita ke pangkuannya walaupun sedikit susah karena dibatasi oleh selang infus.

Hinata memeluk erat anaknya, saat koma ia bermimpi bertemu dengan anak kecil yang memanggilnya ibu sambil menangis dan menggumam kan rindu dan saat bangun ada sosok pria kecil yang begitu tampan memanggilnya dengan sebutan ibu.

"Keita kau harus makan dulu".
Seseorang masuk tanpa permisi ke kamar Hinata membuat wanita itu mematung beberapa detik.

"Bolehkah aku meminjam Keita sebentar hime?"

Kalimat yang membuat Hinata membisu








Hai hai Assalamualaikum
Gimana kabarnya kaliann?
Dikit? Garing? Hooh tau kok🤣

Jangan lupa tinggalkan jejak
Jaa
Wassalamu'alaikum

Our Happiness Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang