Malam hari, di aula istana megah kerajaan, para bangsawan bersuka cita dalam pesta dansa. Aula istana diberikan sentuhan kemewahan yang memukau, kristal-kristal chandelier menggantung tinggi di langit-langit, memancarkan pendar keemasan yang memantul lembut di lantai marmer yang berkilauan. Tirai beludru merah menghiasi jendela-jendela raksasa yang separuh terbuka menuju panorama malam berbintang, sementara pilar-pilar berwarna putih menjulang di tepi-tepi ruang, menambah kesan megah dalam aula.
Alunan musik yang merdu dari orkestra mengudara sehingga para bangsawan yang memiliki pasangan, segera saling menuntun langkah dalam tarian klasik dengan anggunnya. Kemudian, aroma mawar dan lavender dari taman istana, rupanya menyelinap masuk ke dalam aula pesta melalui jendela yang dibuka lebar. Harumnya melebur dengan aroma anggur dan kudapan manis yang disajikan di meja panjang berlapis taplak sutra putih. Para pelayan pun tak hanya diam, bergerak ke sana-kemari sembari menawarkan lebih banyak anggur.
Di sudut-sudut aula, para bangsawan berdiskusi dalam bisikan-bisikan halus, sesekali tertawa kecil atau mengangguk dengan penuh hormat. Intrik-intrik dan rahasia-rahasia kerajaan bergulir di balik senyum-senyum manis dan tatapan mata yang seolah berbicara tanpa nada pun kata.
Di tengah aula istana, sang putra mahkota tersenyum lembut sembari memegang gelas anggur di tangan kirinya. Pakaian megah sang putra mahkota tampak kontras dengan bangsawan yang mengitarinya. Sesekali, dia mendengarkan apa yang dikatakan para bangsawan dengan saksama, sesekali dia berargumen, berbicara, atau tertawa atas lelucon kelas atas yang sulit dipahami.
Selepas para bangsawan selesai bicara dengannya, Aurelius vance Achthoven meminta izin untuk meninggalkan tempat berbincang. Dengan anggukan santun dari para bangsawan, Aurelius melintasi aula dengan senyuman lembut yang masih terukir di bibirnya. Sepasang netra birunya tampak jernih, memancarkan kilau yang seakan hendak mengalahkan warna yang terhanyut pada lautan di pesisir pantai. Begitu cantik dan memikat, seolah setiap gerak-geriknya membawa ketenangan yang memesona.
Lantas, ekor matanya akhirnya menemukan sosok yang sedari tadi dia cari. Tanpa menunjukkan tanda-tanda kecanggungan, dia secara natural langsung menghampiri seorang pria dengan helai rambut kehitaman yang sedang berdiri diam di sudut, memperhatikan pesta dengan tatapnya yang dingin. Di tangan pria itu pula, dia memegang segelas anggur sembari menyesapnya sesekali. Namun saat melihat sang putra mahkota menghampiri, pria itu langsung menegakkan tubuhnya lantas tersenyum tipis dengan santun.
"Tuan Duke, bersulang denganku," ujar Aurelius sembari mengangkat gelas anggurnya.
Di saat yang sama, Helios langsung mengikuti pergerakan Aurelius, mendentingkan kedua ujung gelas mereka hingga menghasilkan suara yang nyaring. Kemudian, dibawanya anggur ke bibir dan disesapnya perlahan.
"Yang Mulia, salam untuk Anda," sapa Helios sembari sedikit membungkuk.
Aurelius tersenyum lembut. "Salam, Tuan Duke. Bagaimana kabarmu, akhir-akhir ini?"
Helios tak menunjukkan perubahan ekspresinya, dia tetap tersenyum dengan lembut nan santun pada Aurelius, walaupun Aurelius jelas tengah bicara lewat mata, di mana kata tak perlu dituturkan untuk tahu apa yang hendak dibicarakan.
"Saya baik, Yang Mulia. Terima kasih banyak atas perhatian Anda, saya sangat menghargainya. Bagaimana dengan Anda?"
"Aku juga baik." Jeda, Aurelius menyesap anggurnya sepintas, lalu kembali tersenyum. "Namun, akhir-akhir ini, aku sangat penasaran dengan kondisi wilayah Aithne yang dipenuhi salju. Aku juga sangat khawatir dengan kehidupan rakyat Achthoven di wilayah utara. Sebagai pemimpin wilayah utara, bagaimana jika kau memberikanku gambaran singkat mengenai wilayah utara?"
Helios mengangguk kecil sambil menjawab, "Yang Mulia, saya sangat terharu dengan perhatian Anda terhadap wilayah utara. Saya akan dengan senang hati menceritakan segalanya yang ingin Anda dengar."
![](https://img.wattpad.com/cover/368777870-288-k295691.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
I Transmigrated Into a Finished Novel
Ficción históricaHore! Aku jadi seorang pangeran yang hidup bergelimang harta dan serba kecukupan di dalam sebuah novel romansa-fantasi! Karena peranku adalah antagonis, jadi aku tinggal menghindari peran antagonis saja sambil melihat perkembangan pemeran utama dala...