28.

462 84 27
                                    

Aurelius kembali memasuki aula pesta dengan senyuman lembut di bibir. Tak tersisa amarah dalam parasnya, seolah ia memang tak pernah murka. Ketika seorang pelayan menawarkan anggur, Aurelius segera mengulurkan tangannya dengan gerakan anggun, kemudian membawa ujung gelas ke bibir dan menyesap isinya.

Namun, satu tegukan tak cukup untuknya mengenyahkan pemikiran yang berkecamuk, lagi, lagi, lagi, sampai satu gelas ia habiskan sepenunya. Walaupun sorot wajahnya tenang bagaikan pancaran sinar purnama dari balik jendela, hatinya membara bagai senja tak hinggap dalam dada. Aurelius masih merasa marah selepas tahu fakta yang Helios sampaikan di ruang pribadi sebelumnya. Akan tetapi, mustahil baginya untuk menampilkan ekspresi selain kelembutan dan kebijaksanaan di ruang publik. Ia harus pandai menyelaraskan topeng di wajah, enggan membuat opini publik menyesatkannya.

Aurelius menaruh gelas kosong di atas meja dan mengambil gelas anggur lain. Dia hendak meneguknya ketika sebuah tangan menahannya. Saat Aurelius menoleh, dia bisa melihat sesosok gadis rupawan di sampingnya. Dia memiliki helai rambut merahnya yang memesona, sepasang netra violet berpendar hangat, diiringi dengan gaun megah perpaduan warna antara ungu dan hitam, membuat gadis itu kelihatan makin anggun dan cantik, kemudian riasan di wajahnya semakin menonjolkan kecantikannya hingga terasa tak nyata. Sepasang anting permata menjuntai dan bekerlipan, diikuti oleh kalung sederhana dengan permata ungu, bagai kristal cantik. Setiap pesonanya tak pernah berhenti menguar hingga tak heran, banyak yang terpikat padanya, tetapi tak mungkin dia jatuh pada sembarang hati kecuali pada pria di hadapannya.

"Yang Mulia, sudah cukup," tuturnya dengan vokal manis nan halus bagai irama nada.

Aurelius tersenyum tipis, mengurungkan niatnya untuk minum seteguk anggur. Digoyangkannya gelas anggur di antara jemarinya sembari ditiliknya gadis itu dengan netra biru jernihnya.

"Irene, aku baik-baik saja untuk minum lebih banyak," balas Aurelius tenang.

Irene de Alore menggelengkan kepalanya. "Aku sudah melihatmu dari kejauhan, kau minum terlalu tergesa, Yang Mulia. Apakah percakapanmu dengan Tuan Duke Aithne tidak berjalan baik?"

"Ya, kurasa begitu. Rupanya aku tidak terlalu memikirkan kehidupan rakyat utara. Selepas Tuan Duke menceritakan kehidupan sulit rakyat utara, aku merasa begitu sedih," ujarnya beralibi.

Irene tersenyum lembut, dia mengelus jemari Aurelius di mana terdapat gelas anggur di sana, lantas ditariknya dan diletakkannya di atas meja dengan gerakan perlahan yang bahkan begitu elegan.

"Aku mengerti. Pasti sulit bagimu untuk mendengarkan kisah rakyat utara yang hidup dengan penuh penderitaan."

"Ya, benar sekali. Karena iklim yang cukup ekstrim, wilayah utara tampak begitu terisolasi dari luar. Pemasukan wilayah mengalami kemunduran, bantuan kerajaan pun sulit masuk, begitu pula dengan pekerjaan para rakyat yang terhambat karena badai bersalju tanpa jeda."

Aurelius mengatakan kebohongan tanpa ada sisipan keraguan, seolah memang benar percakapannya di ruang pribadi memiliki topik seperti itu.

Irene tersenyum tipis, digenggamnya jemari Aurelius dengan hangat. "Yang Mulia, bagaimana jika kita berdansa? Malam ini, aku akan mencoba untuk membuat suasana hatimu lebih baik."

Aurelius balas tersenyum. "Bagaimana bisa aku menolak permintaan seorang lady?"

Tanpa menunggu lebih lama, Aurelius memberikan Irene sebuah escort menuju lantai dansa. Tepat di waktu yang bersamaan, lagu paruh selanjutnya tengah dimulai. Jadi, kala Aurelius dan Irene memberikan penghormatan untuk mengawali dansa, musik orkestra dimulai dengan nada rendah yang mengalun halus.

Para bangsawan yang berdansa di sekitar mereka mulai mengikuti gaya dansa sang putra mahkota. Langkah demi langkah, putaran demi putaran, segalanya terpampang cantik di atas lantai dansa yang megah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 02 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I Transmigrated Into a Finished NovelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang