Potongan Keempat

9 3 0
                                    


"Rose Apple Pie. Favorit kamu."

Pram meletakkan sepotong pie apel di depan Dhara yang tengah melamun. Aroma manis apel itu pun menyeruak ke hidungnya.

"Dimakan, bukan diperhatikan."

Dhara tertawa kecil. Setelah berterima kasih, ia pun memakannya. "Nggak berubah, ya, ternyata? Rasanya masih sama kayak dulu."

Pram yang duduk di seberang memperhatikan Dhara yang sibuk makan. Ingatannya pun kembali pada kali pertama perempuan itu datang ke toko. Ia sangat ingat ketika Dhara datang dengan atasan putih dan celana olahraga oranye terang yang dihiasi berbagai macam permen warna-warni. Juga tatanan rambut yang tampak konyol dengan topi potongan bola plastik berwarna oranye. Dari sana ia tahu kalau Dhara adalah peserta MOS di sekolahnya. Dan pada saat itu pula ia tertarik dengan Dhara.

"Ditembak, bukan diperhatikan."

Pram terkejut bukan main ketika suara bisikan itu menggelitik telinganya. Hampir saja ia terjungkal dari kursi dan membuatnya malu di depan Dhara. Walau sebenarnya cara terkejutnya memang sudah memalukan. Dan pelaku dari itu adalah karyawannya sendiri, Puguh.

Puguh yang usil tertawa puas, Dhara yang walaupun ikut terkejut atas keterkejutan Pram pun tak bisa menahan tawanya.

"Maaf, Mas. Lagian dari tadi dipanggil bengong aja," ucapnya yang masih diselingi oleh tawa. Kemudian meletakkan dua es limun masing-masing untuk Pram dan Dhara.

Pram merapikan kemeja putihnya, lalu berdeham menahan malu. "Awas aja kupotong gaji kamu."

"Eh, jangan ngancem gitu, dong, Mas."

Pram mendengkus kesal. Tidak menggubris.

"Si bocil, eh, maksudnya Anya nggak ikut, Mbak?" tanya Puguh.

"Anya di rumah omanya." Puguh hanya mengangguk.

"Anya sering cerita soal Om Fugu yang katanya suka mencuri kue di dapur. Jadi kamu orangnya, Puguh?"

Puguh yang mendengar itu gelagapan, melirik Pram yang sudah melotot kepadanya. "N-nyuri gimana, Mbak? Nggak gitu, kok. Aduh, Mas Pram jangan salah paham dulu, loh, ya."

Dhara tertawa ringan. Bukan dengan sengaja ia mengatakannya, hanya saja ia ingin memastikan Om Fugu yang sering muncul di setiap cerita keseharian Anya. Ternyata orangnya memang usil dan lucu.

"S-saya pamit dulu, deh."

Tanpa menunggu Pram mengucapkan kalimatnya, Puguh sudah berlari kabur meninggalkan toko. Sekarang hanya ada Pram dan Dhara di sana, juga pie apel yang tersisa setengah dan dua gelas es limun yang belum tersentuh. Karena Anya menginap di rumah neneknya dan pekerjaannya juga sudah selesai, Dhara memutuskan untuk tinggal sedikit lebih lama dengan Pram.

"Bukannya Puguh masih SMA, ya?"

Pram menelan air limunnya, kemudian menjawab, "Iya. Dia tinggal sendiri dan harus merawat kakaknya yang sakit. Makanya aku terima kerja di sini."

"Kamu jadi orang kenapa baik banget, sih?"

Pram hanya menyunggingkan senyum. Tidak tahu harus bereaksi seperti apa untuk menanggapi pertanyaan retoris itu. "Oh iya, kabar Tante Riana gimana?"

"Baik, kok." Dhara menyuap sepotong kecil pie dan kembali mengutarakan pertanyaan yang sejak dulu membuatnya penasaran. Hanya saja karena selalu lupa, ia tidak sempat menanyakannya.

"Eh, Pram. Aku dari dulu penasaran kenapa kamu, yang nggak suka sama makanan manis, bisa berakhir di Old's Pie ini?"

Pram hampir tersedak limunnya, ia pun berdeham lagi. "Ya, karena waktu itu aku satu-satunya cucu Kakek Wantara yang pengangguran."

✓ You are the Apple of My PieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang