Awal

1.3K 12 0
                                    

  Namaku Syabila Azzahra, aku berlari kencang menyusuri lorong rumah sakit setelah dikabari tetangga yg menolong nenek. Tak kupedulikan umpatan orang - orang saat aku beberapa kali menabrak atau menyenggol mereka saat aku berlari tadi. Setelah sampai di ruang perawatan,aku berhenti diujung pintu untuk menarik nafas sejenak. Terlihat wajah pucat nenekku, disampingnya ada tetanggaku yg menemaninya.

“Eh, Syabila kamu sudah sampai” Kata Bu Fatimah. Kuanggukkan kepalaku dan kudekati ranjang pasien tempat nenek terbaring.

   “Bagaimana kondisi nenek bu?” Tanyaku pada Bu Fatimah.

Bu Fatimah menghela nafasnya pelan, “ Nenekmu tadi ibu temukan tergeletak diteras rumah Bil, sudah dalam kondisi pingsan & bagian kepala belangkanya berdarah” Sontak kututup mulutku dengan kedua tanganku.

"Tadi ibu juga dengar nenekmu sepertinya bertengkar lagi dengan om mu Bil, setelahnya ibu tidak mendengar ada suara lagi. Ibu kira nenekmu baik - baik saja seperti biasanya tetapi waktu ibu keluar rumah nenekmu sudah tergeletak diteras" Ucap Bu Fatimah.

   Aku menghembuskan nafas kasar, antara ingin marah & sedih melihat kondisi nenek. Ya diusia nenek yg sekarang, nenek diuji dengan anak bungsu lelakinya yg bukannya menjadi pelindungnya dikala usianya bertambah senja tapi malah menjadi bebannya.

  Om Vito begitu aku menyebutnya, dia adik laki - laki almarhumah mamaku. Lelaki itu hanya menghabiskan waktunya dengan mabuk - mabukkan dan berjudi dia hanya pulang ketika uang yg digunakan untuk mabuk - mabukkan & berjudi habis.

  Terdengar ketukan pintu seketika aku tersadar dari lamunanku. Aku persilahkan dokter untuk masuk & memeriksa kondisi nenek.

“ Bisa saya bicara dengan wali pasien?” Kata dokter. Aku mengangguk,“ Bisa dok” Jawabku.

“Mari ikut saya keruangangan," Ucap dokter Andi, begitu namanya kulihat dari name tag nya.

Kuikuti dokter Andi & berjalan dibelakangnya.

   Sesampainya diruangan dokter Andi, “ Silahkan duduk mbak," Ucap dokter Andi.

Akupun duduk dihadapan dokter Andi sambil berharap - harap cemas akan kondisi nenek yg sampai saat ini belum sadarkan diri.

" Begini mbak, nenek anda mengalami stroke ringan karena pembuluh darahnya pecah sewaktu terjatuh tadi, kemungkinan ada syaraf yg terganggu karena pecahnya pembuluh darah," Ucap dokter Andi.

  Tak terasa sampai menetes air mataku mendengar ucapan dokter Andi.

" Lalu bagaimana keadaan nenek saya dok?" Tanyaku pada dokter Andi. Dokter Andi pun menghela nafas pelan " Untuk sementara keadaannya belum stabil karena tensinya masih tinggi, untuk tindakan lanjutnya setelah pasien sadar & kondisinya membaik akan dilakukan fisioteraphy untuk memulihkan beberapa syarafnya yg terganggu. Tolong dijaga kondisi pasien agar tetap stabil & tidak terlalu berat berpikir karena akan memperlambat kesembuhan pasien," Ucap dokter Andi lagi.

  Aku anggukkan kepala mendengar penjelasan dokter Andi. "Terima kasih dok,sudah menolong nenek saya," Ucapku.

Dokter Andi menganggukkan kepala " Sama - sama itu sudah menjadi tugas saya menolong pasien". 

  Setelah dari ruangan dokter Andi,aku pun kembali ke ruang perawatan nenek & bertemu dengan bu Fatimah.

"Bil,ibu pulang dulu ya. Oh ya tadi ada suster kesini kamu disuruh menyelesaikan administrasi," Kata bu Fatimah.

" Terima kasih ya bu, selalu direpoti sama syabila. Bila gak tau lagi kalau gak ada ibu yg nolongin nenek". Ucapku sambil menitikan air mata.

"Sudah bil,jangan bersedih lagi yg terpenting sekarang nenekmu sudah mendapatkan pertolongan. Ibu pamit ya bil, kamu segera urus administrasi ya. Kalau ada apa - apa kabari ibu ya Bil," Ucap bu Fatimah sambil tersenyum.

" Baik bu, terima kasih," Sahutku.

   Sepeninggal bu Fatimah aku segera menuju ruang administrasi untuk menyelesaikannya. Berjalan dengan pikiran yg kacau membuatku tak konsentrasi sampai menabrak seseorang sampai aku terjatuh " BRUKKK, awwwwssss " Rintihku saat bokongku menyentuh lantai dingin rumah sakit.

  Sedangkan orang yg kutabrak hanya melihatku dengan tatapan dinginnya tanpa berbicara sepatah katapun. "Maaf tuan saya tidak sengaja," Ucapku sambil menangkupkan tangan didepan dada. Dia hanya menganggukkan kepalanya sekilas lalu berjalan lagi tanpa menoleh. Kulanjutkan langkahku ke ruang administrasi. 

Sugar Baby Tuan DarrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang