Rumah Nenek

210 5 0
                                    

  Ku hampiri nenek ketika aku sudah terbangun karena sentuhan tangan nenek di kepalaku. Seketika aku tersadar lupa tidak membawa baju & tas sekolahku karena aku buru - buru lari menghindari om Vito.

" Nek, apa nenek tak apa jika Bila tinggal pulang? Bila lupa nek, tas sama seragam sekolah Bila ketinggalan," Cengirku sambil menggenggam tangan nenek.

" Kamu tuh ndok, kebiasaan banget pelupa. Ya udah kamu pulang gih, tapi ini kan sudah malem banget ndok, kamu mau pulang naik apa?" Tanya nenek sambil tersenyum.

" Naik ojol nek, ya gimana lagi nek tadi Bila buru - buru. Bila lupa kalau besok ada ujian nek," Sahutku.

" Yaudah sana nanti tambah malem di jalan malah bahaya," Kata nenek.

" Nenek, kalau butuh apa - apa panggil suster ya nek, jangan bangun sendiri," Ucapku sebelum meninggalkan nenek.

Nenek hanya tersenyum & mengangguk sekilas. Gegas aku keluar sambil memesan ojol di gawaiku. Begitu sampai lobby ojol pesananku sudah sampai.

" Sesuai aplikasi ya kak?" Kata abang ojol pesananku.

" Sesuai pak," Ucapku seraya naik ke atas motor.

  Malam belum seberapa pekat tapi dinginnya mulai menusuk kulit. Beberapa kali ku usap lenganku agar tidak terlalu dingin. Tak terasa perjalananku sebentar lagi sampai. Ketika sampai di rumah aku terkejut melihat ada keributan di dalam rumah.

  Ku Langkahkan kaki perlahan masuk ke dalam rumah. Aku melihat tubuh om Vito dipegang oleh beberapa pria berbadan besar. Tampak wajah om Vito sudah babak belur dihajar oleh seorang pria bertubuh kekar. Disamping om Vito ada seorang pria yg sedang memaki-maki om Vito.

" Udah tau lo gak kerja masih aja lo judi, sekarang mau bayar pake apa utang lo yg segunung itu?" Tanya pria bertopi itu.

" Kemarin lo janji mau bayar tapi apa lo gak datang malah lo bikin ulah di tempat mami Laura gara-gara lo kalah main judi," Ucap pria itu lagi.

Aku menutup mulutku dengan kedua tangan karena terkejut & tidak habis pikir dengan kelakuan om Vito. Disaat nenek masuk rumah sakit karena ulahnya, dia malah asyik bermain judi.

Mereka masih belum menyadari keberadaanku, hingga satu pukulan kembali mendarat di pipi om Vito yg tidak bisa menjawab kapan bisa melunasi hutang - hutangnya.

" BUUUGGGHHH, "

" AAARRRGGHHHHH, " Jerit om Vito.

  Setelahnya om Vito mengangkat kepalanya, lalu melihatku dengan tatapan tajam.

" Ini semua gara-gara lo, yg gak mau ngasih amplop itu kemarin," Hardiknya padaku. Sontak semua yg ada di dalam rumah menoleh melihat kearah ku.

" Apa salahku om, itu memang uang nenek yg disimpan untuk keperluan mendesak. Apalagi nenek sekarang dirawat di rumah sakit butuh biaya banyak om. Nenek masuk rumah sakit juga gara-gara om," Sentakku tak mau kalah.

" Brengs*k berani lo nasehatin gue. Lo cuma anak kemarin sore tau apa lo sama hidup gue," Teriak om Vito kesal.

" DIAM " Teriak keras pria bertopi itu untuk melerai perdebatan kami.

" Jadi, lo mau bayar utang kapan? Lo tau kan semakin hari itu duit terus nambah bunganya?" Kata pria bertopi itu lagi.

(Sial ini semua gara-gara keponakan gak tau diri itu, gue jadi harus sengsara kayak gini. Kalo kemarin tu amplop gue bawa ke bang Jeki pasti gue hari ini gak babak belur kayak gini sekarang) batin Vito yg tetap tidak menyadari kesalahannya.

" HEEEHHHH, jangan diem aja lo. Bisu lo?" Sentak pria bertopi itu pada om Vito.

Terkesiap om Vito dari lamunannya. " Kasih gue waktu lagi bang, gue janji bakal bayar utang gue bang," Mohon om Vito.

" Waktu lagi, ini udah lewat dari waktu yg lo janjiin brengs*k," Bentak pria itu emosi.

" Bang, kalo sekarang gue gak ada. Kemarin duitnya di bawa tu bocah sial*n," Racau om Vito menyalahkan aku. Aku pun melotot mendengar ucapan om Vito.

" Gue gak mau tau, hari ini juga mami Laura mau lo bayar semua utang - utang lo," Kata pria itu tak mau di tawar.

" Atauuu...." Pria itu menjeda ucapannya.

" Lo ganti pakai barang yg seharga sama utang lo sama mami Laura," Lanjut pria itu.

Seketika om Vito tergagap dengan permintaan pria itu & aku pun terkejut dengan ucapan pria itu.

" Barang? Barang apaan bang, di rumah gue gak ada yg berharga?" Kata om Vito memelas.

Pria itu memutar tubuhnya dan menatapku yg masih berdiri di ambang pintu. Pria itu menatapku bak singa lapar yg siap menerkam mangsanya.

" Lo,siapanya si brengs*k ini ?" Tunjuk pria itu padaku.

" Gue..." Belum sempat aku menjawab pertanyaan pria itu secepat kilat om Vito menyahut.

" Dia cuma numpang hidup dirumah gue bang," Sahut cepat om Vito. Ucapan om Vito sukses membuatku melotot tak percaya. Tega sekali dia tak mengakui aku sebagai keponakannya.

" Gue punya penawaran bagus buat lo, bentar gue hubungi mami Laura dulu," Pria itu mengeluarkan gawainya mengetikkan sesuatu & tiba-tiba memotretku tanpa ijin.

" Heeehhh ngapain lo foto - foto gue," Sentakku sambil melotot tak suka.

Tak lama gawai pria itu berdering. " Oke, baik gue eksekusi sekarang," Kata pria itu.

Terlihat om Vito gelisah setelah pria itu menerima telepon.

Sugar Baby Tuan DarrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang