Penyesalan Darren

484 9 0
                                    

  Kulangkahkan kakiku menuju ruang VVIP dimana mama dirawat, belum juga sampai diruangannya aku ditabrak oleh seorang gadis yg dilihat dari wajahnya tampak sedang bersedih. Cantik satu kata yg terlintas dalam pikiranku tapi segera kutepis pikiran itu. Tak kuhiraukan permintaan maafnya bahkan saat dia terjatuh pun tak kutolong. Segera kulangkahkan kakiku menuju tempat dimana mama dirawat.

  Kulihat beberapa bodyguard berjaga didepan ruangan mama. Melihat aku berjalan mendekat mereka serempak menundukkan badan ketika melihatku mendekat, segera mereka membukakan pintu untukku. Terlihat mama sedang tidur dengan jarum infus menancap ditangannya dan wajahnya yg terlihat pucat.

"Bagaimana mama bisa seperti ini?" Tanyaku pada asisten rumah tangga yg menemani mama.

"Maaf tuan, setelah tadi tuan & nyonya sarapan. Nyonya akan naik ke kamarnya setelah bedebat dengan tuan. Tapi ketika akan menginjakkan tangga nyonya tiba-tiba pingsan lalu kami membawa Nyonya ke rumah sakit," Ucap Bi Tati asisten rumah tangga yg paling lama bekerja bersama mama.

  Kuhela nafasku kasar teringat kembali ucapan mama yg menyuruhku menikah kembali tadi pagi. Entah sudah berapa banyak perempuan yg dikenalkan kepadaku. Tetap saja aku menolak mentah-mentah mereka karena bagiku mereka semua sama saja, sama-sama hanya menyukai hartaku saja & tidak tulus mencintaiku.

"Ren,sampai kapan kamu akan menyendiri terus seperti ini, besok jangan menolak lagi akan mama kenalkan kamu sama anak kolega mama," Ucap mama saat itu.

Seketika emosiku tersulut ketika lagi - lagi aku mendengar perkataan mama yg akan menjodohkanku dengan perempuan - perempuan pilihannya "ma,cukup jangan memintaku menikah lagi, bagiku perempuan diluar sana sama saja hanya menginginkan hartaku," Ucapku kala itu dengan nada tinggi.

Lalu bangkit kutinggalkan mama sendirian di meja makan. Aku bergegas pergi ke kantor agar pembahasan perjodohan ini tidak dibahas lagi.

  Selang beberapa menit di kantor handphoneku berdering, kulihat nomor telepon rumah tertera di layar handphoneku " Halo.....," Setelah menerima telepon aku segera bergegas berlari menuju lift, tampak tatapan heran beberapa karyawanku yg baru datang ke kantor melihatku berlarian menuju mobil.

  Ya disini sekarang aku,di ruang VVIP RS. Kasih Bunda. Rasa penyesalan setelah tadi aku berbicara dengan nada tinggi dengan mama menggelayuti perasaanku. Kulihat wajah pucat mama, kutarik kursi disamping ranjang pasien. Aku pun duduk disisi ranjang mama. Kupegang erat tangan mama, kubisikan lirih kata maaf ditelinga mama seraya kucium kening mama.

  Tampak perlahan mama membuka mata, tampak mata sayu itu berkaca-kaca " Maafin mama ya Ren, terlalu memaksa kamu menikah," Tess... Setetes air mata mengalir. Sakit hati ini melihat mama menitikan air mata.

" Maaf ma, harusnya Darren yg meminta maaf karena sudah membentak mama," Ucapku sambil mencium tangan halus mama.

Sambil menggeleng pelan mama berkata " Tidak, seharusnya mama tidak terlalu memaksamu untuk segera menikah. Mama paham pengkhianatan itu pasti masih membuatmu trauma menjalin hubungan lagi dengan perempuan diluar sana," Ucap mama sambil tersenyum walau tampak sedikit kekecewaan dimata mama ketika aku lagi - lagi menentang permintaannya.

  Kuhempaskan tubuhku disofa dekat jendala, kubuka gawaiku. Sambil mengecek email yg masuk sesekali kulirik mama yg tertidur kembali usai tadi berbicara denganku. Ada beberapa pesan yg dari asistenku mengabarkan beberapa jadwal pertemuanku dengan beberapa klien hari ini.

" Haloo Raka, tolong reschedule semua jadwal saya hari ini. Karena mama masuk rumah sakit lagi," Terdengar lengkingan suara diujung sana, sontak gawai kujauhkan dari telingaku.

"APA TANTE MIRA MASUK RUMAH SAKIT," Teriak Raka diujung gawainya.

" Brengs*k bisa gak lo, gak teriak - teriak," Terdengar kekehan Raka.

" Eh, sorry - sorry Ren, gue kan kaget denger tante Mira sakit. Pasti tante nyuruh lo nikah lagi kan Ren," Tebaknya benar.

" Diem lo " Ucapku.

" Oke deh, gue bujuk dulu beberapa klien supaya bisa atur jadwal lagi," Ucap Raka diujung sana seraya ku tutup sambungan telepon.

  Ya aku dan Raka seakrab itu karena Raka & aku adalah saudara sepupu. Raka anak dari tante Indah adik kandung mama. Tetapi ketika dikantor tetap bersikap profesional seperti atasan & bawahan pada umumnya.

  Lelah setelah melihat laporan pekerjaan yg tidak ada habisnya aku pamit keluar ke Bi Tati untuk sejenak menyegarkan pikiran. Baru sebentar berjalan kulihat gadis yg menabrakku keluar dari salah satu ruangan dengan kepala menunduk & bahu yg sedikit terguncang. Pasti dia menangis pikirku. Kutepis rasa ingin tahuku & kulangkahkan kakiku menuju kantin untuk sekedar membeli kopi.

Sugar Baby Tuan DarrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang