Kebingungan Syabila

329 8 0
                                    

Aku keluar dari ruangan administrasi sambil menundukkan kepala dan terisak. Bagaimana caranya aku harus mendapatkan uang untuk membayar biaya pengobatan nenek. Sedangkan aku hanya memiliki sedikit simpanan tentu tidak mencukupi untuk membayar biaya rumah sakit nenek. Kulangkahkan kembali kakiku menuju ruangan nenek, sebelum masuk ke ruangan nenek kuhapus air mataku. Baru membuka pintu kulihat nenek sudah terbangun dari tidurnya.

Senyum sendu nenek membuat tercubit hatiku, " Nduk, maaf ya nenek ngrepotin kamu. Nenek sakit jadi kamu mesti repot bolak balik seperti ini," Ucap nenek dengan nada lemah.

Sejenak kugenggam tangan keriput nenek " Nek, Billa gapapa koq. Nenek jangan mikir macem - macem ya nek, biar nenek lekas sehat," Ucapku.

Nenek hanya mengangguk lemah. Aku bersyukur serangan stroke ringan tidak membuat nenek tidak bisa bicara karena " Pelo ". Hanya ditangan & kakinya saja yg terasa kaku. Kugenggam tangan nenek kuusap ringan & kucium tangan keriput yg selama ini menjaga & merawatku.

Aku sedikit menjauh dari tempat tidur nenek untuk menelepon temanku yg bekerja ditempat yg sama denganku. Ya aku selain pelajar disebuah sekolah SMA Negeri, aku juga bekerja sambilan di sebuah coffe shop seusai pulang sekolah. Karena sebentar lagi kelulusan sekolah pasti membutuhkan biaya yg tidak sedikit. Aku tidak tega jika terlalu membebani nenek yg hanya seorang penjual nasi uduk untuk membayar biaya sekolah yg tidak sedikit ini.

" Halo Mel, gue bisa minta tolong gak lo gantiin gue lembur malem ini aja soalnya nenek gue sakit nih Mel," Ucapku pada Melisa.

" APA NENEK LO SAKIT BIL," Teriak Melisa diujung telepon, sontak kujauhkan gawaiku dari telingaku yg langsung berdengung mendengar teriakan Melisa.

" Gak usah ngegas donk Mel, bud*k nih telinga gue," Ucapku sebal.

" Ehhh, sorry - sorry bil, gue kan kaget denger nenek lo sakit," Cengirnya tak bersalah diujung telepon.

" Oke deh bil, nanti gue sampekin sama bos deh kalo lo hari ini gak masuk," Kata Melisa.

Aku tersenyum mendengarkan ucapan sahabatku yg pengertian.

" Makasih banyak ya Mel, lo emang sahabat terbaik gue," Ucapku sambil terkekeh.

" Iyeeeee lebay lo, semoga cepet sembuh ya Bil nenek lo. Byeee Bil," Kata Melisa sambil mengakhiri sambungan telepon.

Kulangkahkan kaki mendekati nenek yg sudah terbangun mungkin tidurnya terganggu mendengar obrolanku & Melisa tadi.

Kudekati nenek " Nek, Billa pamit pulang dulu ya nek. Sambil ambil baju ganti buat nenek," Kataku sambil tersenyum.

" Iya nduk, hati - hati ya. Oh ya nduk, didalam lemarinya nenek di tumpukan baju paling bawah ada sedikit uang tabungan nenek. Ambillah nduk, untuk tambahan membayar biaya rumah sakit nenek ". Ucap nenekku sambil tersenyum.

Seketika air mataku menetes mendengar ucapan nenek " Nek, maafin Billa ya nek yg masih ngrepotin nenek terus. Maafin Billa nek, kalau Billa belum bisa mencukupi kebutuhan nenek," Kataku sambil menangis tersedu - sedu.

" Ssstttttt, sudah nduk. Gakpapa itu memang tugas nenek yg harus merawat kamu sepeninggal orang tua kamu nduk. Sudah kamu lekaslah pulang nduk, supaya nanti balik kesininya gak kemaleman," Kata nenek sambil menggenggam tanganku.

Kulangkahkan kaki keluar rumah sakit sambil menunggu angkot yg lewat. Setelah mendapatkan angkot tujuan aku bergegas naik angkot itu. 20 menit perjalanan tak terasa sudah sampai didepan gang rumah. Gegas aku membuka pintu & sejenak duduk diruang tamu sederhana rumah ini. Kupijit pelan pelipis kepala ini yg terasa berdenyut, bagaimana caranya agar mendapatkan tambahan uang untuk pengobatan nenek.

Sedangkan gaji sebagai pegawai coffee shop paruh waktu juga tidak seberapa. Ku langkahkan kaki masuk kedalam kamar untuk mengambil beberapa lembar bajuku. Kulihat rumah sedikit berantakan karena mungkin waktu nenek pingsan tadi tetangga yg membantu membereskan dagangan nenek hanya membantu seadanya saja.

Kubereskan sisa-sisa dagangan nenek lauk yg tersisa kubungkus untuk nanti sebagai bekal makan malam menjaga nenek di rumah sakit. Kucuci semua wadah bekas nenek berjualan, setelah itu aku menyapu rumah & kudapati noda darah nenek saat terjatuh tadi di lantai teras. Kuremat ujung bajuku sambil terisak pelan. Segera kubersihkan noda itu.

Setelah beres merapikan rumah & mandi. Gegas aku masuk ke kamar nenek. Aku membuka lemari nenek, aku melihat tumpukan baju paling bawah milik nenek kuraba bagian bawah tumpukan baju itu ujung jariku menyentuh sesuatu. Kutarik perlahan benda itu,aku dapati sebuah amplop berisi uang yg jumlahnya lumayan.

Belum usai aku melipat amplop itu, terdengar suara pintu terbuka keras " BRUUAKK ". Aku terkejut melihat om Vito dengan keadaan berantakan & bau alkohol menyeruak indera penciuman. Hendak merebut amplop uang yg akan aku pergunakan untuk pengobatan nenek.

Sugar Baby Tuan DarrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang