Melawan Vito

257 8 0
                                    

  4.
  Segera aku mengamankan amplop berisi uang itu. Belum sempat aku beranjak dadi kamar nenek, aku sudah dihadang om Vito.

" Lu, ambil apaan itu. SINIIN ITU AMPLOP," Bentak om Vito sambil mengulurkan tangannya.

Kusembunyikan dibelakang tubuhku amplop itu. Ku tatap wajah om Vito yg berantakan itu

" Gak, aku gak mau om," Sambil kulangkahkan kakiku mundur.

" Brengs*k, ngelawan lo sama gue," Bentaknya lagi.

" Sini in cepet itu amplop, gue lagi butuh buat bayar utang ke si Jeki brengs*k," Lagi-lagi om Vito membentakku.

Aku tetep kekeh mempertahankan amplop milik nenek.
" Gak om, ini buat biaya nenek berobat. Nenek masuk rumah sakit itu juga gara-gara om Vito. Bisa gak sih om, sekali aja buat nenek seneng jangan bisanya buat nenek sedih terus sama tingkah om," Cerocosku tak peduli wajah om Vito sudah merah padam menahan emosinya.

" S*alan siapa lo berani ngatur - ngatur gue, lo disini cuma numpang lo beban buat ibu gue brengs*k," Ucap om Vito tak mau kalah.

" Setidaknya Bila kerja om buat bantuin nenek, gak kayak om selalu hambur - hamburin duit buat mabok & judi terus. Inget om nenek makin tua gak selamanya nenek bakal bisa nemenin om terus," Lanjutku lagi.

" PLAAKKKKK " Kepalaku tertoleh kesamping akibat tamparan om Vito.

" Baj*ngan bac*t lo," Om Vito merangsek maju memiting tubuhku dan merebut amplop itu, seraya membuka amplop & terkekeh melihat isi amplop itu. Lalu beranjak pergi dari kamarku, segera ku kejar langkah kaki om Vito. Kuhadang didepan om Vito & bersiap merebut lagi amplop itu. 

  " MINGGIRRR " Teriak kesal om Vito ketika aku menghalangi jalannya.

" Jangan bikin kesabaran gue habis ya, gue buru - buru mau bayar utang sama si Jeki," Hardik om Vito lagi.

  Aku merangsek maju mencoba merebut lagi amplop milik nenek tapi tanganku dicekal om Vito kencang. Segera kuayunkan kakiku ke arah selangkangan om Vito aku tendang keras miliknya sampai amplop nenek terlepas dari tangan om Vito.

  Segera ku ambil amplop itu dan berlari sekencang mungkin untuk menghindari om Vito yg mungkin saja bisa bangkit & mengejarku. Tak ku hiraukan lagi teriakan kesakitan & berbagai umpatan yg dilontarkan om Vito padaku.

  Nasib baik menghampiriku begitu aku sampai diujung gang nampak angkot yg akan aku naiki mendekat, gegas aku masuk ke dalam angkot & bernafas lega karena bisa lolos dari om Vito. Entah besok apa jadinya kalau aku bertemu om Vito lagi.

  Seraya mengatur nafas didalam angkot aku tetap tak bisa tenang karena masih memikirkan keadaan nenek & biaya pengobatan nenek yg tentu saja tidak lah murah. Tak terasa angkot sudah sampai di depan rumah sakit, gegas aku turun & membayar angkot tersebut.

  Baru beberapa langkah aku akan memasuki lobby rumah sakit, aku di kejutkan suara benda jatuh. Aku sontak menoleh, ada seorang laki-laki tampan yg bawaannya berserakan di lantai. Aku mendekat & membantunya mengumpulkan bawaannya. Sedetik kemudian kami sempat bertatapan.

  Dia mengulurkan tangannya & tersenyum ramah " Raka " Ucap laki-laki itu. Aku balas uluran tangannya sambil tersenyum " Syabila ".

" Nama yg bagus, terima kasih ya, sudah menolongku," Ucapnya ramah.

" Sama-sama mas Raka, saya permisi duluan ya," Kataku sambil menangkupkan tangan di depan dada.

  Diapun tersenyum sambil melambaikan tangan. Gegas aku menuju ruang rawat inap nenek. Kuraih handel pintu & aku buka sepelan mungkin agar nenek tidak terbangun. Syukurlah nenek masih tertidur pulas. Aku pandangi wajah tuanya yg sedikit pucat itu, ada rasa penyesalan sebab aku belum bisa membahagiakannya.

  Kuhela nafas perlahan, kurogoh sakuku untuk mengambil gawai siapa tahu ada info penting. Aku bertukar pesan dengan Melisa menanyakan kabar coffee shop hari ini. Kasian Melisa pasti pontang - panting sendirian menghandel tugasku hari ini. Kututup gawaiku & sejenak kusandarkan tanganku ditepi ranjang nenek kurebahkan kepalaku diatasanya & mulai tertidur. 

  Aku langkahkan kakiku menuju ruangan VVIP tempat dimana tante Mira dirawat sambil tersenyum riang karena usai gadis cantik, Syabila. Begitu keluar pintu lift, segera kuubah ekspresi wajahku.

  Diujung sebelah kanan terlihat beberapa bodyguard yg berjaga di depan pintu perawatan tante Mira. Melihat kedatanganku mereka segera membungkukkan tubunnya memberi hormat padaku. Kubuka perlahan pintu ruangan VVIP itu, terlihat Darren duduk diujung ruangan sambil memainkan gawainya.

 
Melihatku datang sambil tersenyum, Darren pun menaikkan satu alisnya " Kesambet lo," Kata Darren.

" Kagak gue tadi habis ketemu cewek cakep di depan lobby & nolongin gue beresin bawaan gue yg jatuh berantakan ". Ucapku.

" Halah paling modus doang biar lu kecantol," Sahut Darren sinis.

" Gak semua cewek kayak mantan bini lu ya Ren," Sahutku kesal karena tiap pembahasan perempuan pasti tanggapan Darren selalu sinis.

Terlihat tante Mira menggeliat membuka matanya sambil tersenyum melihat ke arahku. Kuhampiri tante Mira & mencium tangan halusnya. 

Sugar Baby Tuan DarrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang