Darren Mulai Cemburu

324 6 0
                                    

Gegas aku mengejar langkah panjang mas Darren.

" Masss tunggu, BRUUUKKKK AAWWWSSS," Kaki tersandung & terjatuh. Dengan langkah tertatih aku tetap mengejar mas Darren yg mungkin sengaja menulikan panggilan dariku.

" Bos, gadis tadi terjatuh mengejar anda," Ucap bodyguard ku. Tak tega aku melihat gadis itu, akhirnya aku balik badan & melihatnya berjalan tertatih dengan lutut yg sudah berdarah dengan mata yg sudah berderai air mata.

" Maasss, maaf tolong beri saya waktu sebentar sampai saya menyelesaikan ujian sekolah saya nanti akan saya beri jawaban kelanjutan hubungan kita," Ujar Syabila sambil meringis menahan sakit.

  Aku tak menghiraukan ucapan Syabila, segera aku menggendongnya menuju IGD untuk mengobati luka di lututnya agar tidak infeksi.

  Syabila hanya meringis menahan perih ketika lutut putihnya di bersihkan  oleh perawat laki-laki yg sedari tadi tak melepaskan pandangan dari Syabila. Ada perasaan tak nyaman di hatiku melihat Syabila di perhatikan seperti itu oleh orang lain.

" Eeheeemmm," Sengaja aku berdeham untuk mengalihkan pandangan perawat itu.

" Apa sudah selesai tanyaku datar?"

" Eeehh sudah pak, luka putri anda sudah saya bersihkan tinggal memberi salep agar lukanya cepat kering," Kata perawat itu. Apa katanya putriku, apa aku terlihat setua itu dengan Syabila sampai orang lain mengira Syabila putriku. Terlihat Syabila mengulum senyum menahan tawa.

" Dia calon istri saya bukan putri saya," Tegasku membuat perawat itu gelagapan.

" Maaf...maaf saya tidak tahu pak, saya permisi dulu," Gegas perawat itu ngacir meninggalkan aku & Syabila.

" Udah ketawa aja gak usah di tahan," Kesalku.

  Syabila pun terkekeh, aku terpesona melihat senyumannya. Cantik ya Syabila sangat cantik bila tersenyum pantas pria tadi begitu betah berlama-lama menangani Syabila.

Aku tuntun Syabila turun dari brankar. Aku akan mengambilkan kursi roda untuk Syabila tapi Syabila segera menolaknya.

" Gak usah mas, saya masih bisa jalan koq meski pelan - pelan,"

" Kamu kenapa sampai jatuh sih,"

" Aku manggil - manggil mas tapi malah di cuekin. Maaf bukan saya menolak pertanggung jawaban mas tapi saya masih sekolah. Gimana kalo sekolah tau saya nikah pas masih sekolah mas? Saya bisa di keluarin dari sekolah mas," Ucapku terisak pelan.

" Maafkan saya yg sudah egois yah, saya gak berpikir sampai kesitu,"

" Ya udah kalo mas mau balik silahkan, saya juga mau ketemu nenek dulu sekalian pamitan mau berangkat kerja," Seketika aku menoleh pada Syabila.

" Udah gak usah kerja lagi kamu. Liat nih kamu jalan aja susah koq mau kerja,"

" Kalau saya gak kerja saya makan apa mas, kemarin saya udah bolos kerja masak sekarang bolos lagi sih. Nenek juga butuh biaya berobat," Ucap Syabila sendu sambil kepalanya tertunduk lesu.

Aku menghela nafas, sedih melihat kondisi Syabila. Umur semuda ini harus terbebani mencari nafkah & membiayai sekolahnya.

" Kamu berhenti aja ya kerjanya, biar mas aja yg bayar sekolah kamu. Nanti urusan nenek kamu saya yg urus ga usah dipikir lagi ya. Kamu fokus sekolah aja," Ujarku yg justru membuat Syabila Membelalakkan mata.

" Jangan mas, saya masih kuat koq kerja ini luka kecil aja. Saya gak mau ngrepotin mas. Apa kata orang nanti dikira saya morotin mas,"

" Gak usah dengerin omongan orang lain kan kita yg jalanin Bil,"

Sugar Baby Tuan DarrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang