Bagian 5

237 28 0
                                    

Lebaran telah berlalu dan segala kegiatan mulai kembali normal seperti semula. Amar, Yohan, dan Selin pergi bekerja di Angkasa Food Tbk, kemudian Angga dan Sasa bimbingan ke kampus, Aca sudah pasti kembali bekerja di café dengan Farrel yang mengekor sebagai pengunjung pertama, Janet ada pekerjaan untuk melakukan review warung seblak, Pram ada kerjasama sebagai model pakaian, Nuga tentu berada di SD, Nina berada di studio ballet, dan yang terakhir ada Amel yang kembali bertugas untuk menjaga bayi dan balita di TK-PAUD Harapan Bunda.

Amel mulai bekerja sebagai salah satu tenaga pendidik di TK-PAUD Harapan Bunda sejak setahun yang lalu, sesuai dengan jurusan kuliahnya yang mengambil PGPAUD. Lokasi sekolah tersebut tidak jauh namun juga tidak dekat, akan tetapi bisa ditempuh hanya dengan mengayuh sepeda selama kurang lebih 7 hingga 10 menit.

Sepeda merah muda dengan campuran warna kuning itu menjadi satu-satunya kendaraan yang dimiliki Amel sebab gadis itu tidak bisa mengendarai motor apalagi mobil. Sepeda itu ia dapatkan dari pemberian ke-11 penghuni kos sebagai hadiah karena Amel telah diterima bekerja, tentu Amel sangat senang dan sangat berterima kasih kepada teman-teman kosnya itu.

"Gak ada orang kah?" Amel bergumam sembari menurunkan besi jagang atau besi penyangga sepeda saat dirinya sampai di depan gerbang kos.

"Baru jam sebelas sih." Imbuhnya sesaat setelah melihat jam di ponsel.

Segera Amel mengeluarkan kunci gembok pagar untuk bisa masuk dan memarkirkan sepedanya di belakang mobil milik Pramudya. Masing-masing penghuni tentunya memiliki kunci baik kunci gembok gerbang, kunci pintu utama, dan kunci pintu samping garasi.

"Makan dulu apa nyuci dulu ya?" Amel menimbang-nimbang kegiatan yang harus dilakukan setelah memasuki kosan.

"Nyuci dulu deh."

Amel membuka kunci pintu kamarnya dan sengaja masih dibuka setengah karena ia akan mengeluarkan keranjang baju kotor. Saat sedang menyatukan semua baju kotornya, Amel merasa ada sesuatu yang berjalan melewati pintu kamar, tentu gadis itu langsung menoleh.

"Apa sih." Amel bergumam kemudian membuka pintu lebih lebar sembari menyeret keluar keranjang baju kotornya.

Selesai memasukkan semua baju kotor dan menyalakan mesin cuci, Amel berjalan menuju kulkas dimana ada sebuah sticky note tertempel di pintu atas. "Sopnya ada di kulkas, tolong diangetin siapapun yang baru sampai rumah." Amel membaca isi pesan tersebut.

"Oke." Dibukanya kulkas dan segera membawa panci sop yang dingin ke atas tungku kompor untuk dipanaskan.

Dengan sabar Amel menunggu sayur sop panas ditemani dengan suara gemericik air yang berputar dari dalam mesin cuci, sesekali mesin cuci juga berbunyi menandakan proses mencuci akan lanjut ke langkah berikutnya.


Krek!


Amel otomatis menoleh ke arah pintu kaca. Lagi, suara yang sama kembali terdengar dan sekarang Amel yang mendengar. Pagi tadi memang Amel datang ke meja makan setelah Aca, Selin, dan Sasa membubarkan diri, jadi dirinya tak tahu jika ada insiden suara dari arah pintu belakang yang didengar Aca.

"Apa loh." Kali ini Amel sudah mulai agak kesal, bahkan dengan berani ia membuka gorden pintu kaca untuk melihat suara apa yang tadi ia dengar.

Nihil. Tidak ada apa-apa di halaman belakang. Halaman tersebut memang tidak begitu luas namun cukup jika digunakan untuk bermain bulu tangkis, masih berupa tanah berumput yang bahkan sesekali dikeruk oleh Bu Siti untuk menanam bunga di rumahnya. Tidak ada pohon besar, hanya ada sedikit semak liar dan beberapa tiang yang digunakan sebagai jemuran darurat.

Kos Lembah ManahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang