Bagian 6

208 30 3
                                    


Trigger Warning // Darah


Kamis dini hari terlihat Janet yang membuka pintu kamar untuk pergi mengisi botol air minumnya yang kosong. Dengan mata setengah tertutup karena mengantuk, Janet melangkahkan kaki secara perlahan mendekati galon yang ada di samping kulkas.

"Parah sih, biasanya gak sesakit ini." Janet mengelus perut bawahnya yang terasa lebih nyeri dari menstruasi biasanya.

"Apa gara-gara kemarin gue makan seblak ya?" Janet mulai menebak-nebak.

Setelah botol minumnya penuh, Janet pun memindahkannya ke atas meja makan agar memudahkannya memasang tutup dengan rapat. Selesai urusan air minum, lagi-lagi Janet berjalan pelan untuk kembali ke kamar, selain karena perutnya yang sangat nyeri, langkahnya yang pelan juga dikarenakan agar suaranya tidak mengganggu penghuni yang lain.

Ketika Janet sampai di depan tangga, gadis itu merasa seperti ada yang sedang berdiri di bagian bordes dan entah kenapa perasaannya mengatakan bahwa sesuatu itu tengah memperhatikannya. Tak mau mengambil risiko, Janet memilih untuk menunduk dan mendekap erat botol minumnya.

"Kan semalem abis ngaji, gak mungkin lah, ngantuk gue nih, ngantuk." Janet berusaha meyakinkan dirinya sendiri.

Dan saat dirinya hendak kembali melanjutkan langkah, Janet merasa nyeri di perutnya semakin menjadi-jadi, bahkan sekarang ia merasa ada sesuatu yang mulai mengalir dari kakinya.

"Gak, halu gue halu." Janet menggelengkan kepalanya saat melihat sesuatu di kakinya.

Sebisa mungkin Janet membaca doa apapun yang ia ingat di dalam hatinya, berharap apa yang dilihatnya sekarang memang hanya halusinasi semata. Janet masih gadis, bahkan sekarang sedang datang bulan, bagaimana mungkin ada banyak sekali darah yang mengalir dari pangkal paha dan menetes membasahi lantai. Darah datang bulan pun sepertinya tidak ada yang keluar sebanyak ini.

Semakin keras Janet merapalkan doa dalam hati, anehnya darah yang mengotori lantai justru semakin banyak. Karena dirinya tidak kuat melihat banyaknya darah berceceran di lantai, dengan sekuat tenaga Janet berteriak kencang untuk meminta tolong.

"Tolong! Siapapun tolong gue!" Teriaknya dengan kencang.

"Tolong! Mamah!"

Amel yang kamarnya tepat di sebelah tangga tentu langsung keluar karena suara Janet terdengar sangat keras, "Kenapa, Mba?" Tanyanya dengan panik.

"Darah, Mel, darah."

Amel langsung melihat ke sana sini, "Mana darahnya?"

"Di bawah." Ujar Janet sambil menangis tersedu-sedu.

"Apa? Gak ada." Kata Amel kebingungan.

Janet masih menangis hingga beberapa penghuni lain ikut keluar dan mendekati Janet serta Amel.

"Ada apa?" Tanya si kepala suku yang ternyata terbangun saat mendengar Janet berteriak.

"Gak tau, Mas. Katanya ada darah di bawah." Jawab Amel.

Sontak Amar, Nuga, dan Aca mulai melihat ke arah lantai yang nampaknya masih bersih-bersih saja, tidak ada darah bahkan kotoran pun tidak ada.

"Mana?" Nuga kebingungan.

"Gak ada apa-apa, Net." Kata Amar.

Janet yang semula masih menutup mata ketakukan perlahan mulai tenang dan kembali membuka matanya.

"Halo?" Aca melambaikan tangannya di depan wajah Janet.

"Lo kenapa?" Tanya Amar.

"Itu di bawah, kaki gue darah semua." Janet masih enggan munduk tetapi tangannya terus menunjuk ke bawah.

Kos Lembah ManahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang