Bagian 13

215 30 6
                                    

Pagi menjelang ditandai dengan hangatnya sinar matahari yang mulai masuk menembus kaca jendela. Seperti hari-hari biasanya, Tasya menjadi orang pertama yang keluar dari kamar dengan keadaan sudah siap dengan celana panjang dan juga jaket, rambutnya tercepol ke atas dan ada tas kecil tergantung di pundak kiri. Setelah membuka gerbang, gadis itu mulai berjalan santai menuju tukang sayur yang letaknya ada di gang depan.

Biasanya Tasya akan menggunakan sepeda milik Amel, tetapi berhubung dirinya sudah lama tidak berolahraga, diurungkanlah niatnya untuk mengeluarkan sepeda dan memilih untuk berjalan kaki. Dari awal keluar kos hingga sampai di depan kios sayur, ada banyak sekali ibu-ibu yang Tasya temui dan ajaibnya Tasya mengenal semua ibu-ibu tersebut.

"Hari ini mau masak apa, Mba Tasya?" Tanya Bu Rumi, pemilik kios sayur.

"Kalo soal masak-masakan mah saya angkat tangan, Bu Rumi, saya gak bisa masak, Selin yang nanti masak." Tasya menjawab sembari memilih wortel.

"Pinter ya bagi-bagi tugas, ada yang masak, ada yang belanja." Ujar Bu Sari.

"Kita udah kaya lagi kumpul sama sodara sendiri, Bu. Jadi ya enak, semuanya mau kerja, saling bantu." Ujar Tasya.

"Mba Selin suka masak masakan rumahan apa masakan yang kekinian ala anak muda jaman sekarang, Mba Tasya?" Tanya Bu Halimah.

"Lebih sering masakan rumahan sih, Bu Halim. Sambel bikinannya Selin enak banget loh, Bu." Tasya membanggakan hasil masakan sahabatnya.

"Ayam goreng bumbu kuning pas ada acara ulang tahunnya Sasa itu yang bikin ya Selin, mulai dari ayamnya, kremesnya, sambelnya.." Imbuhnya.

Ulang tahun Sasa memang selalu dirayakan orang tuanya bersama dengan penghuni kos dan mereka juga akan membagikan makanan kepada tetangga komplek dari gang depan hingga gang belakang. Orang yang selalu dipercaya oleh orang tua Sasa dalam urusan masakan adalah trio koki andalan KLM yaitu Selin, Pram, dan Nuga.

"Mba Selin kenapa gak buka usaha sampingan ya? Masakannya enak-enak padahal, kalo dia buka pesenan saya kayanya jadi langganan deh." Ujar Bu Asih.

"Sibuk dia, Bu. Kadang aja kerjaan di kantor di bawa pulang." Ujar Tasya.

"Eh Mba Tasya udah dapet kabar dari Bu Edah istrinya Pak Udin?" Tanya Bu Rumi.

Tasya menggeleng, "Emang kenapa sama Bu Edah, Bu?"

"Udah sebulan lebih loh dia sakit-sakitan, katanya gara-gara Yulia yang kabur sama pacarnya ke luar kota. Semalem saya dapet kabar katanya Bu Edah masuk rumah sakit lagi."

"Loh? Yulia kabur sama pacarnya?" Tasya kaget.

Bu Rumi mengangguk, "Kita loh gak nyangka ternyata si Yulia itu begitu."

"Tapi minggu kemarin saya lihat Pak Udin habis dari kosan, iya gak sih, Mba Tasya?" Tanya Bu Asih.

Tasya mengangguk, "Pak Udin diminta Bu Siti bersihin rumput di belakang soalnya udah tinggi-tinggi."

"Padahal kan biasanya Bu Siti jarang minta tolong Pak Udin buat ngurus kos selama masih ada orangnya, toh biasanya kalian juga bersih-bersih sendiri kan ya, Mba?" Ujar Bu Asih.

Benar juga, Tasya seperti baru saja diingatkan oleh ucapan Bu Asih. Biasanya Bu Siti akan menelepon Amar atau malah Amar berinisiatif sendiri untuk meminta penghuni kos melakukan bersih-bersih total mulai dari teras, halaman belakang, lantai atas, lantai bawah, bahkan kedua gudang sekalipun.

"Bu Siti mungkin kasihan sama Pak Udin, anaknya kabur gak jelas, istrinya sakit, dia juga gak ada kerjaan tetap. Mau langsung kasih uang kan pasti gak enak ya, makanya caranya Bu Siti ya lewat minta tolong bersihin halaman belakang." Ujar Bu Sari.

Kos Lembah ManahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang