Bagian 14

205 27 5
                                    

Keadaan kos sekarang sudah menjadi cukup nyaman setelah diadakan sholat isya' berjamaah di ruang tengah kemudian dilanjutkan dengan doa bersama yang dipimpin langsung oleh seorang ustad. Doa bersama malam ini memiliki durasi yang lebih lama dari biasanya dan diakhiri dengan pak ustad yang meminta Amar untuk menaburkan garam di setiap sudut di dalam bangunan rumah .

Dengan dibantu Pak Abi selaku pemilik kos, malam itu juga Amar langsung melaksanakan apa yang diperintahkan oleh pak ustad. Setiap sudut ditaburi garam mulai dari kamar ke kamar, dapur, kamar mandi, ruang gym, hingga gudang dan balkon pun tak luput dari taburan garam.

Saat Amel sudah benar-benar tenang dan penghuni kos sudah bisa ditinggal, Pak Abi pun pamit undur diri sekitar pukul 21.15 malam. Kini tersisa para penghuni kos yang sepakat untuk berkumpul dan berencana kembali tidur bersama di ruang tengah untuk berjaga jika sesuatu tak diinginkan kembali terjadi.

Setelah karpet dan kasur lipat berhasil dibentangkan, masing-masing langsung mengambil tempat duduk kecuali Janet dan Nina yang diminta untuk tetap berada di kamar bersama Amel. Jam dinding sudah menunjukan pukul 22.00 namun belum ada satu pun dari mereka yang ingin menjemput mimpi, semuanya masih merasa waspada.

"Sasa, sini." Selin meminta Sasa untuk mendekat.

Tanpa banyak bicara Sasa yang semula berada cukup jauh dari Selin langsung berdiri dan duduk di sampingnya, bahkan penghuni termuda di KLM itu tanpa ragu merangkul lengan dan menyembunyikan wajahnya di belakang punggung Selin.

"Sasa ketemu dia di mana?" Selin bertanya dengan sangat halus.

"Gak tau, Mba." Sasa menjawab dengan pelan, suaranya pun terdengar serak.

"Dia sempat bilang katanya kamu lihat dia tapi kamu diem aja gak mau bantu." Ujar Selin.

"Emang Amel tadi ngomong gitu, Lin?" Pram kebingungan karena seingatnya Amel tidak pernah berkata demikian.

"Dia ngomong sendiri ke gue, gak lewat Amel." Jawab Selin.

"Lo bisa denger mereka?" Aca bertanya dengan menekan kata 'mereka'.

"Kalo frekuensinya pas sama ya bisa, contohnya kaya tadi." Jawab Selin.

"Coba diinget-inget, kayanya kamu tuh pernah lihat dia." Selin terus memancing Sasa untuk bercerita.

"Masa yang di gudang belakang?" Sasa menjawab dengan nada yang kurang yakin.

Selin langsung menatap Amar saat mendengar ucapan Sasa, "Yang perempuan di dalem gudang?" Tanya Amar.

"Apa nih? Apa yang di dalem gudang?" Tanya Nuga.

"Coba ceritain lagi yang lebih detail, kemarin kan kamu cuma bilang ada lihat perempuan di gudang." Pinta Selin sembari tangannya menyisir rambut panjang Sasa menggunakan jarinya.

"Tapi takut."

"Gak papa, dijagain." Jawab Selin.

Sasa semakin mendekatkan diri dan Selin pun dengan sigap membangun perlindungan untuk Sasa yang hendak bercerita.

"Sebenernya ada 2 perempuan yang aku lihat di gudang." Sasa memulai ceritanya.

"Yang pertama itu dia biasa aja, kaya anak perempuan seumuranku gitu, rambutnya panjang acak-acakan, tapi kondisinya baik, bersih gitu loh, gak berdarah-darah. Tapi aku gak bisa lihat wajahnya kaya gimana, dia cuma minta tolong terus, suaranya sedih banget kaya yang pertama kali Mba Amel tadi." Ujar Sasa.

"Terus yang kedua?"

"Yang kedua itu pas aku mau kabur tiba-tiba kaya ada angin, dingin banget, nabrak aku dari belakang. Gak lama si perempuan yang tadi tuh berubah dari kaya yang Mas Yohan sama Mba Nina ceritain, makanya aku langsung lari kabur ke dalem rumah soalnya serem banget."

Kos Lembah ManahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang