Hari Minggu sore di depan indekos Lembah Manah terlihat para penghuninya sudah dalam formasi 12 orang dengan menggunakan pakaian santai tetapi tetap sopan. Mereka akan mengunjungi rumah tetangga dan rumah Pak Abi untuk bersilaturahmi dan bermaaf-maafan. Tetangga yang mereka utamakan untuk dikunjungi jelas tetangga depan dan samping kosan, baru setelahnya mereka semua berjalan menuju gang 6, tempat di mana rumah bapak kos berada.
"Cuma pas lebaran doang kita mau jalan rame-rame ber-12." Ujar Nuga.
"Gimana lagi? Kalo pake motor jelas kurang, nih cewek-cewek udah pasti gak mau boti, pake mobil juga lebay amat beda gang doang segala ngeluarin mobil." Yohan menimpali.
"Mikir lah, Han. Kita pake gamis gini lo suruh boti, nabrak yang ada." Janet langsung berkilah.
"Lo ngapain sih segala pake gamis kembaran bertiga?" Yohan menunjuk Janet, Nina, dan Aca.
"Biar lo nanya lah, apa lagi?" Janet kemudian memeletkan lidahnya untuk mengejek Yohan.
"Gue sumpahin kesandung gamis sendiri tau rasa." Yohan membalas.
"Jelek banget doa lo, dibalikin Tuhan baru tau rasa." Nina langsung melirik sinis.
Sekarang ganti Yohan yang memeletkan lidahnya untuk mengejek Nina.
"Kalo dulu jam-jam segini enaknya main bola di lapangan belakang." Ujar Pram.
"Sekarang masih bisa, Pram. Kalo lo gak malu join anak-anak SD." Ujar Amar.
"Ngapain malu? Orang pake baju." Balas Pram.
"Bukan itu maksudnya tolol." Ujar Aca.
Setelah berjalan cukup jauh mereka pun sampai di depan sebuah rumah yang memiliki halaman depan cukup luas. Rumah tersebut adalah rumah keluarga Pak Abi, pemilik Kos Lembah Manah, dan ternyata kedatangan mereka ber-12 sudah ditunggu sang tuan rumah, terbukti dengan gerbangnya yang terbuka lebar dan Pak Abi langsung menyambut.
"Akhirnya anak-anakku dateng ke rumah, tak tunggu dari kemarin loh." Ujar Pak Abi ketika 12 orang itu bergantian menyalimi tangannya.
"Nunggu formasi lengkap, Pak, biar gak ada yang ketinggalan." Amar si kepala suku bersuara.
"Ayo masuk, kita cerita-cerita dulu di dalem sambil minum es buatannya anakku." Pak Abi mengajak mereka masuk.
"Loh Vanya pulang, Pak?" Tanya Yohan.
"Lusa udah balik ke Bali lagi." Jawab Pak Abi.
"Yahhh, kok saya baru tau." Yohan terlihat lesu.
"Ini kan udah tau, sana masuk kalo mau ketemu." Karena sudah diberi izin, Yohan langsung berlari masuk ke dalam rumah dengan semangat.
Sudah menjadi rahasia umum jika Yohan menaruh hati pada Vanya, anak bapak kos yang sekarang tengah melanjutkan kuliah S2 di Bali. Tetapi entah mengapa meskipun keduanya sudah sama-sama bisa melangkah bersama, Yohan belum juga meresmikan hubungan, tak tahu apa maksud dan tujuannya melakukan hal itu.
"Ibu!" Janet langsung memeluk Bu Siti, istri dari Pak Abi.
"Alah-alah cantiknya, Mba Janet." Dan setelahnya mereka pun bergantian menyalimi Bu Siti.
Pak Abi dan Bu Siti selaku pemilik kos benar-benar berperan besar bagi ke-12 penghuninya. Mereka layaknya orang tua pengganti di tanah perantauan dan sudah menganggap 12 penyewa kamar kosnya selayaknya anak sendiri.
Hampir setiap bulan Pak Abi dan Bu Siti selalu berbagi sembako, bahkan berbagi lauk untuk makan malam. Tak jarang Pak Abi mengajak para penghuni laki-laki untuk pergi memancing atau bahkan bersepeda bersama, sedangkan Bu Siti mengajak para penghuni perempuan untuk belanja di mall terdekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kos Lembah Manah
NouvellesAkan menjadi pengalaman tak terlupakan bagi 12 penghuni indekos Lembah Manah