Bagian 9

226 31 17
                                    

TW// Darah

Ada yang berbeda di hari Senin ini karena Nina, Nuga, dan Farrel masih berada di kosan sedangkan 9 penghuni lain yang sudah berangkat bekerja dan juga pergi ke kampus. Nuga berada di kos karena sekarang waktunya anak SD untuk melakukan UTS (Ujian Tengah Semester), oleh karena itu para staff yang tidak memiliki jadwal menjaga ruangan diperbolehkan untuk tidak masuk. Farrel tentu saja tidak ke kampus karena revisiannya belum dikerjakan, sedangkan Nina baru akan berangkat ke studio ballet sekitar pukul 11.30.

Biasanya Nina akan pergi ke studio pukul 9.00 dan kelas ballet akan dimulai pada pukul 10.00, namun sejalan dengan adanya kegiatan UTS untuk anak SD, maka kelas ballet untuk murid SD sedang diliburkan agar mereka fokus pada ujian. Jadi sekarang Nina hanya akan mengajar ballet untuk anak-anak TK yang baru akan dimulai setelah jam makan siang, yakni jam 13.00.

Karena memiliki waktu yang cukup panjang, di pagi hari ini Nina menyempatkan diri untuk memanjakan rambut cokelat panjangnya. Sudah lama Nina tidak memakai masker rambut, selama ini hanya sempat keramas menggunakan sampo yang kemudian dilanjut dengan conditioner, itu pun selalu terburu-buru, tidak benar-benar sesuai anjuran pemakaian.

"Udah agak pudar ya warnanya." Ujar Nina.

Saat ini Nina sedang berada di kamarnya sendiri, duduk tepat di depan meja riasnya yang memiliki cermin cukup besar. Lantai 1 saat ini hanya dihuni oleh Nina seorang karena Nuga dan Farrel berada di lantai atas untuk bermain PS.

"Masa cokelat lagi sih?" Nina bergumam sembari mengaplikasikan masker pada rambutnya yang setengah basah setelah keramas.

"Merah aja apa ya?"

"Eh tapi merah kan ciri khasnya Selin, rambutnya merah burgundy."

Mengenali Selin memang cukup mudah, lihat saja yang rambutnya panjang agak ikal di bagian ujung dan warnanya merah keunguan, sudah pasti itu Selin. Sedangkan Nina sendiri memiliki ciri khas rambut panjang lurus berwarna cokelat gelap.

"Merah menyala kira-kira gimana ya kira-kira?"

"Alay gak sih kalo merah gonjreng?"

Nina terus berbicara sambil menatap dirinya sendiri yang berada di dalam cermin sembari jemari tangannya terus menyisir rambut. Saat jemarinya mulai menyisir rambut bagian belakang dan disisir ke arah depan, Nina merasa ada banyak sekali rambut yang tersangkut di kukunya.

"Masa rontok lagi sih?" Nina keheranan.

Gadis itu kemudian membuka laci untuk mengeluarkan sisir yang biasa digunakan untuk menyisir rambut basah.

"Kok banyak?" Nina terkejut saat melihat ada banyak rambut yang tersangkut di sisirnya.

"Sumpah? Masa serusak itu?" Nina yang panik kemudian mengumpulkan semua rontokan rambut dan kembali melakukan gerakan menyisir.

Semakin disisir maka semakin banyak rambut yang Nina peroleh. Tentu Nina sudah ingin menangis melihat banyaknya tumpukan rambut, bahkan Nina yakin jika semuanya digulung bisa menghasilkan sanggul kecil.

"Eh!" Tiba-tiba Nina tersadar sesuatu.

"Biasanya kalo rontok tuh kulit kepala pasti perih apalagi gue abis keramas, malah sekarang lagi pake masker, kok gak perih."

Guna memastikan kali ini Nina tidak memakai sisir melainkan kembali menggunakan jemari. Pelan-pelan Nina menyisir rambutnya dari bagian atas dibawa turun hingga ke ujung rambut. Anehnya sekarang Nina melihat bahwa ada rambut panjang yang tersangkut dan itu sangat panjang, bahkan Nina sampai menggunakan kedua tangannya untuk terus menarik rambut tersebut.

Kos Lembah ManahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang