Bagian 17

203 33 5
                                    

Setelah mengistirahatkan tubuh dan otak dengan makan dan tidur siang, kegiatan sore hingga malam di Kos Lembah Manah kembali berjalan normal seperti hari biasanya. Doa bersama yang dilakukan selepas maghrib pun masih rutin dilakukan meskipun gangguan tidak bisa menghilang, akan tetapi setidaknya tak seekstrem kemarin.

Sebenarnya gangguan demi gangguan masih ada setiap harinya, 12 manusia itu tidak diberi celah sama sekali untuk bernapas lega. Entah benda jatuh, benda bergeser, kadang terdengar suara seperti ada yang berlari di lantai atas, suara tertawa, bahkan penampakan perempuan pun masih sering terlihat. Oleh sebab itu doa bersama masih rutin dilakukan agar semakin meminimalkan kejadian di dalam kosan.

Sampai di keesokan harinya semua kembali berkegiatan, belum ada satu pun dari mereka yang bersuara membicarakan rekaman cctv, semua masih bungkam. Ada yang trauma, bingung, clueless, namun ada juga yang diam-diam sudah menyusun banyak sekali teori di kepalanya.

Amar, Yohan dan Selin kembali ke kantor, Tasya kembali ke café, Nina mengajar ballet, Nuga dan Amel kembali ke sekolah, Angga; Farrel dan Sasa bimbingan ke kampus, Janet dan Pram memilih pergi keluar untuk membuat konten video. Untuk pertama kalinya setelah 2 bulan kosan Lembah Manah ditinggalkan kosong tanpa ada penghuni manusia satu pun.

Ketika jam kerja usai, Amar bersama Yohan dan Selin akhirnya memilih untuk menghampiri Tasya di café sebelum mereka berempat pulang bersama-sama. Tasya yang sudah digantikan oleh rekan kerjanya yang lain kemudian ikut bergabung bersama Amar di rooftop café.

"Udah jangan banyak banyak." Selin menghentikan Amar yang hendak menyalakan rokok ketiganya.

"Satu lagi please, abis itu udah." Amar memohon.

"Satu aja, kalo nambah lagi ku buang rokokmu." Ancam Selin.

"Beneran satu." Amar mengeluarkan sebatang rokok kemudian sisanya ia masukkan kantong.

"Lo pusing gak sih, Lin?" Yohan bertanya.

"Pusing. Capeknya gue sama Angga malah double." Selin menjawab.

"Lo sama sekali gak bisa nebak apa yang terjadi di rumah? Biasanya kan ada tuh yang retro retro apa itu namanya?" Aca bertanya.

"Retrokognisi." Jawab Selin.

"Iya itu. Lo gak bisa gitu, Lin?"

Selin menggeleng, "Gak semua orang istimewa itu punya kelebihan yang sama, ada porsinya masing-masing. Misalnya pun niat dan mau, bisa kok punya semua kelebihan itu, tapi ya harus belajar dan gue sama Angga milih buat gak belajar. Jadi disyukuri aja apa yang dipunya, dipakai sesuai porsinya, dan tentunya dipakai buat hal baik."

"Bapak kapan bisa ke kos lagi?" Tanya Amar.

"Belum tau. Bapak kan juga harus izin kerja, gak mungkin bersihin rumah cukup sejam, dua jam." Jawab Selin.

"Soal cctv itu gimana? Kan kita harus laporan sama Pak Abi." Tanya Aca.

"Sebenernya gue udah berusaha nyusun semua kepingan teori yang ada, tapi ini masih utak atik atuk pikiran gue aja." Ujar Selin.

"Apa? Gimana?" Yohan penasaran.

"Pelaku utama udah pasti PU, kita sebut aja PU, kalian juga pasti tau kan kepanjangannya apa." Ujar Selin.

"Kita sekarang nemuin banyak banget pernyataan dari PU yang berbeda antara ke kita dan ke orang lain. Pertama soal Y, anak perempuannya PU. Di depan kita PU bilang Y kerja di luar kota sedangkan ibu-ibu komplek taunya Y kabur ke luar kota, maka dari itu sejak awal kita balik mudik sampai hari ini si Y gak pernah kelihatan."

"Kedua, soal mudik. Di depam Pram si PU bilang mau mudik ke Garut, sedangkan di depan Pak Abi si PU bilang gak mudik karena gak ada uang, betul?"

Amar, Yohan dan Aca langsung mengangguk.

Kos Lembah ManahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang