Bagian 22

252 39 9
                                    

Malam minggu di kosan Lembah Manah yang kini telah ramai oleh 14 penghuninya, 12 penguni tetap dan 2 mantan penghuni, siapa lagi kalau bukan bapak dan ibu kepala suku yakni Amaris dan Selena. Saat ini mereka berkumpul untuk merayakan kedatangan Nathan dan Nathalia sebagai penghuni baru, perayaan yang sedikit terlambat karena hari kerja di minggu ini terasa sangat menyibukkan.

Sebenarnya tidak ada yang meminta untuk diadakan perayaan, akan tetapi tiba-tiba saja Amar mencetuskan ide untuk membuat acara kecil-kecilan sebagai perayaan penyambutan Nathan dan Nathalia. Pun pria itu juga dengan senang hati mengajukan diri sebagai donatur utama dalam menyediakan konsumsi. Tentu semua penghuni setuju, terutama Tasya, karena dengan adanya Amar sebagai donatur utama akan mampu menghemat pengeluaran uang kas.

"Lin, ini apa gak kebanyakan?" Nathan bertanya pada Selin yang tengah sibuk membagi es buah ke dalam gelas plastik.

Nathan merasa tak enak hati saat melihat Amar dan Selin yang datang dengan mengendarai mobil karena mengangkut banyak sekali makanan serta minuman. Mulai dari 100 tusuk sate ayam, 3 loyang pizza, 3 ayam kripsi utuh, macam-macam gorengan dan kue bolu yang dibuat sendiri oleh Selin, satu box es buah, dan satu box minuman bersoda.

"Nggak, Nat. Lo udah seminggu di sini, gue yakin lo juga udah tau seberapa banyak makanan yang dimakan sama sorang-orang di sini." Jawab Selin.

Nathan menggaruk tengkuknya, "Uangnya gue ganti setengah ya?"

"Ganti aja kalo lo berani nanya Mas Amar berapa total beli ini semua." Ujar Selin.

"Udah lah, Nat. Idenya Amar, duitnya Amar, gue tau lo orang kaya, tapi di atas lo masih ada di Amar yang harta kekayaannya gak akan abis 7 turunan." Ujar Yohan yang kini sudah mendahului dengan membawa piring kecil yang berisi mendoan disiram bumbu kacang sate ayam.

"Kok lo udah bawa piring sih?" Nina yang baru saja selesai mandi langsung menunjuk Yohan.

"Mang napa?" Yohan menjawab.

"Nanti lah, nanggung amat bentar lagi maghrib terus makan, bisa-bisanya lo ngeduluin." Ujar Nina tak terima.

"Biarin sih, Selin aja gak protes." Balas Yohan.

"Tapi nanti jatahnya dipotong loh, Mas Yohan. Lo udah ambil 3 mendoan." Ujar Selin.

"Ya gak bisa gitu dong!" Yohan protes.

"Gue ketawain kalo lo kekenyangan nyampe begah." Ujar Nina yang kemudian berlalu melewati Yohan begitu saja.

"Semuanya udah balik ke rumah kan?" Amar yang baru datang dari halaman belakang langsung bertanya.

"Udah sih kayanya. Terakhir ada Amel yang sekarang baru mandi." Janet menjawab.

"Mending satenya dibagi aja gak sih, Lin? 7 tusuk per piring, bisa jadi perang dunia ini kalo ada yang ngerasa kurang gara-gara ada oknum gragas." Tasya memberikan saran.

"Gitu aja?" Tanya Selin.

Tasya mengangguk, "Kita bagi satenya aja dulu, kalo soal bumbu biar pada ngambil masing-masing."

"Oke deh."

Dibantu oleh Tasya, Selin pun membagi 100 tusuk sate ayam ke dalam masing-masing piring, 1 orang akan mendapatkan 7 tusuk sate. Ada benarnya juga saran dari Tasya mengingat di dalam rumah ini ada Farrel dan Sasa, duo pemakan segala, memang bisa pecah perang dunia jika salah satu dari mereka berdua ada yang merasa 'kurang jatah'.

"Adzan maghrib tuh, ayo semuanya kumpul di ruang tamu, ibadah dulu." Ujar Amar.

Persiapan makan-makan selesai bersamaan dengan dikumandangkannya adzan maghrib. Segera semua berkumpul dan merapat di ruang tamu untuk melaksanakan ibadah sebelum akhirnya duduk melingkar di ruang tengah, lebih tepatnya melingkari banyaknya makanan serta minuman yang telah terhidang secara rapi dan adil.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 12 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kos Lembah ManahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang