Masih terbawa suasana syahdu ramadhan, pada hari Senin pukul 5.20 pagi di Kos Lembah Manah terlihat 11 dari 12 kamar masih tertutup rapat. Para penghuni kos terutama yang memiliki pekerjaan tetap seakan terlena nikmatnya jam kerja pada saat puasa yang mana jadwal masuk mundur 30 menit dari jadwal biasanya.
Satu-satunya penghuni kos yang sudah membuka kunci pintu kamarnya hanyalah Tasya. Gadis cantik itu memiliki tugas setiap paginya untuk pergi belanja di tukang sayur komplek yang kemudian akan dimasak sebagai menu sarapan oleh Selin, Pram, dan Nuga secara bergantian.
"Lin." Aca mengetuk pintu kamar Selin.
"Bangun, Lin. Gue mau belanja nih, lo yang masak ya?" Aca kembali bersuara dengan lebih keras.
"Ya." Selin menjawab dengan singkat yang kemudian disusul suara seperti sedang menguap.
"Tumben dia telat bangun." Aca bergumam dan kemudian berjalan mendekati pintu samping yang langsung mengarah ke garasi.
"Naik sepeda aja lah, capek semalem lari dadakan." Gumamnya sembari membuka sebuah laci kecil di samping pintu yang dipergunakan untuk menyimpan berbagai kunci.
"Ini kunci pintu sama gerbang." Ucap Aca saat berhasil mengeluarkan segerombol kunci dengan gantungan akrilik kotak dengan inisial KLM.
"Kunci sepedanya Amel mana ya?" Aca kembali meraba laci.
Krek!
Aca otomatis menoleh ke arah pintu kaca yang berada di belakang meja makan. Pintu itu jarang sekali dibuka karena para penghuni jarang ada yang berkepentingan di halaman belakang, selain itu juga karena suara berisik yang ditimbulkan pada saat pintu digeser membuat orang-orang enggan untuk membukanya. Dan suara berisik itu sama persis seperti apa yang baru saja didengar oleh Tasya.
"Siapa?" Aca dengan berani bertanya.
"Ada yang lagi nyuci kah?"
Jika cucian sedang banyak dan jemuran di lantai atas sudah penuh, maka satu-satunya cara agar semua pakaian bisa dijemur sampai kering adalah dengan memasang jemuran darurat di halaman belakang. Seingat Aca memang ada 4 keranjang cucian kotor yang mengantre di samping mesin cuci sejak tadi malam, oleh karena itu dirinya berpikir ada orang yang hendak membuka pintu belakang untuk menjemur pakaian.
"Sa?" Saat sampai di depan pintu kamarnya sendiri, samar-samar Aca melihat Sasa berjalan menaiki tangga menuju lantai atas.
"Gak bisa buka pintu belakang kali ya, makanya dia langsung naik."
Tasya nampak acuh dan kemudian kembali pada tujuan utamanya, berbelanja di tukang sayur komplek agar bisa segera dimasak oleh Selin dan dirinya bisa kenyang.
Satu per satu penghuni kos mulai membuka pintunya saat matahari semakin naik, salah satunya adalah Amar yang langsung turun dan menemukan Selin sedang fokus memasak. Dapur dan tangga memang langsung berhadapan sehingga siapapun yang menuruni akan bisa langsung melihat siapa yang sedang berkutat di dapur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kos Lembah Manah
ContoAkan menjadi pengalaman tak terlupakan bagi 12 penghuni indekos Lembah Manah