⚠️Bagian 15|Bunuh Diri?

48.3K 475 56
                                    

Sore hari, Gisel diam-diam melarikan diri dari rumah sakit. Saat ini, Gisel berniat untuk pulang kerumah kedua orang tuanya. Saat sampai dirumah Tonio & Astuti, Ternyata tidak ada orang dirumah. Gisel ingin memberi kabar kepada Tonio & Astuti, Akan tetapi ia terlebih dahulu melihat status WhatsApp kedua orang tuanya yang sedang berliburan keluar kota.

"Oh, Papa sama Mama lagi liburan keluar kota. Kayaknya bakalan pulang lama, Mana rumah di kunci lagi." Batin Gisel kembali mematikan hpnya dan memasukkannya kedalam tas yang sempat ada di rumah sakit.

Gisel hanya membawa tas ransel berisikan pakaiannya selama dirumah sakit dan hp juga charger.
Gisel kebingungan harus pulang kemana, Tidak mungkin dirinya akan pulang kerumahnya eh maksutnya rumah milik Arsa seorang. Menurut Gisel, Ia tidak mempunyai hak atas rumah itu walaupun rumah tersebut berAtas namakan dirinya.

Kondisi Gisel belum sepenuhnya pulih, Tapi ia paksakan untuk segera pergi dari rumah sakit. Semua biaya rumah sakit sudah di bayar oleh Arsa dari awal hingga Gisel kembali pulih.

Gisel berjalan kaki sendirian dari sore sampai malam. Ntah kemana, Dia tak tau arah sekarang. Memiliki uang pun tidak banyak, Dia hanya mempunyai uang 170rb saja dan ia tadi sempat menaiki taksi menuju rumahnya dan hanya tersisa 160rb.

Tak terasa hari sudah semakin larut. Malam-malam bukannya tidur malah mencari tempat untuk berteduh. Nyatanya, Hujan turun membasahi tubuh mungil Gisel sampai kedinginan.

"Dingin..hufth, hufth.. capek. Papa, Mama.. Nyatanya Gisel sendirian disini." Ucap Gisel mengunjungi makam kedua orang tua kandungnya di kota kelahirannya.

"Papa, Mama.. Gisel sekarang sudah menikah. Kata Papa sama Mama, Kalo Gisel udah nikah pasti Gisel akan bahagia dan ada yang jagain. Tapi ternyata, Sama seperti tadi. Gisel cuman sendirian disini, Gisel gak bahagia sebenarnya. Gisel capek nahan semua rasa sakit ini." Ucap Gisel mencurahkan semua isi hatinya di tempat makam kedua orang tua kandungnya.

"Disini dingin banget, Pah.. Mah. Gisel kedinginan, Semua pakaian Gisel basah apalagi yang ada di tas. Tapi kalo Gisel dapet pelukan dari Papa dan Mama, Itu cukup menghangatkan tubuh Gisel kok. Gisel kangen di peluk sama Papa dan Mama." Ucap Gisel.

Lalu Gisel memegangi perutnya yang masih rata dengan tangan kanannya dan tangan kirinya bertumpu ke tanah agar tubuhnya masih tetap stabil.

"Papa dan Mama pasti senang dengar kabar baik ini. Gisel lagi hamil calon cucunya Papa dan Mama, Gisel gak tau udah berapa usia kandungannya. Gisel belum sempat cek dan ntah bayinya kembar apa engga. Niatnya Gisel mau cek ke Dokter Kandungannya bareng Kak Arsa sebagai suami Gisel. Tapi..." Ucap Gisel lalu diakhir kata ia menundukkan kepalanya menatap tanah yang becek terkena air hujan.

"Hiks.. Hiks! Kak Arsa malah benci sama bayi ini. Dia fitnah Gisel selingkuh sama sepupunya, Kak Reyzad. Padahal Gisel gak ngapa-ngapain selama seminggu lebih ini. Gisel cuman sendirian, Gak ada yang jagain. Papa Tonio dan Mama Astuti gak tau tentang keadaan Gisel karna gak mau ngerepotin mereka dan bikin khawatir. Gisel capek, Bayi Gisel juga pasti ikutan capek." Lanjut Gisel sambil menangis.

"Papa sama Mama tau? Gisel di doain sama Kak Arsa supaya m4ti sama bayi ini juga. Padahal Gisel dan bayi gak tau apa-apa. Tiba-tiba di doain kayak gitu.." Ucap Gisel menangis.

"Papa, Mama. Apa boleh Gisel m4ti aja sama bayi ini? Biar kami berdua ikutan nyusul kalian di Surga, Terus bahagia deh." Ucap Gisel menatap batu nisan nama kedua orang tuanya.

"Biarin Gisel dan calon cucunya
Papa, Mama ikut ya? Gisel bakalan coba b*nuh d1r1 ya.. Gisel pamit, Pah.. Mah." Ucap Gisel lalu pamit pergi dari makam kedua orang tua kandungnya.

Gisel sengaja berjalan menuju jalan yang sepi karna hujan deras dan hari yang begitu larut malam.

Gisel sengaja berdiri di tengah jalan, Menunggu kendaraan lewat lalu menabraknya. Baik disengaja atau tidak disengaja pun, Gisel tak mempedulikan itu.

.

.

.


.

Akhirnya, Salah satu truk besar lewat. Gisel sudah bersiap-siap untuk segera menyusul kedua orang tua kandungnya.

Tin!

Tin!

Tin!

Truk besar tersebut sudah memberikan klakson peringatan pada Gisel akan tetapi sia-sia saja.

Saat truk besar tersebut sudah semakin dekat dan akan menabrak tubuh mungil Gisel di tengah-tengah jalan, Gisel sengaja menutupkan kedua matanya.

Dan...

BERSAMBUNG

⚠️ARSA & GISEL⚠️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang