15 : Sensitif

479 33 2
                                        

"Asha, kenapa kau jadi begini?"

Gadis di depannya menatapnya datar. "Kenapa, kau bilang?"

"Kau pikir, aku tidak bisa menyadari bagaimana gadis itu menatapmu? Kita sama-sama wanita, aku bisa merasakannya."

Ashan mendekat, menekan dada laki-laki itu dengan telunjuknya. "Kau... Lalu bagaimana denganmu? Kau bahkan tampak lebih peduli padanya dari pada aku yang kekasihmu? Atau jangan-jangan, orang yang selalu kau pikirkan saat bersamaku adalah dia?!"

Haechan menangkap tangan di dadanya. "Asha, tolong hentikan. Jangan berfikir macam-macam."

Asha tersenyum mencemooh. "Macam-macam kau bilang? Gadis mana yang tidak berfikir seperti itu ketika pacarnya lebih peduli pada gadis yang tidak ada hubungan darah dengannya. Dia bukan adikmu." tekannya.

Haechan menghentikkannya dan memeluknya. "Maaf," gumamnya.

Gadis itu sempat meronta, namun akhirnya juga terdiam.

"Sepertinya, kau tak pernah menyukaiku. Hanya aku, hanya aku yang menyukaimu. Hiks." Asha terisak.

Ia masih teringat saat itu. Dirinya yang begitu bodoh menyatakan perasaannya lebih dulu padanya. Haechan menerimanya begitu saja tanpa berfikir, tidak, dia menerimanya tanpa perasaan, tapi lucunya, dia begitu baik padanya.

"Tidak seperti itu." Haechan mengusap rambut gadis dalam pelukannya.

Memang bodoh. Hanya dengan pelukan seperti itu saja dia sudah luluh.

"Haechan-ah," Panggilnya ketika sudah sedikit tenang.

"Hm?"

"Aku sudah siap."

"Apa?" Haechan mengerutkan dahinya bingung.

"Mari lakukan malam ini."

Haechan terdiam mematung saat itu juga.

Selama mereka berpacaran, tidak sekalipun ia memikirkan hal seperti itu.

Tidak. Mau bagaimana pun, ini sangat gila. Ada Jia di luar sana. Ia tidak mau membuat Jia menunggu terlalu lama.

"Ayo keluar."

Asha mendengak menatapnya. Tampak sangat terluka karena diabaikan olehnya. Apa ia sama sekali tidak menarik di matanya?

"Haechan ——"

"Hanya tidur. Malam ini hanya tidur. Jangan artikan yang lain." potong Haechan, membuat pacarnya tercekat.

Asha merasa tidak diinginkan olehnya.

"Aku akan menganggap tidak mendengar yang tadi. Ayo cepat keluar." Haechan melepaskan pelukannya.

"Aku tunggu di luar." Haechan meninggalkan pacarnya disana untuk membenarkan penampilannya.

_______

"Pacarmu lebih cantik dari yang di lihat di layar kaca." Jia bergumam begitu Haechan duduk.

Haechan memandangnya lama, lalu mengatakan, "semua wanita cantik." ujarnya.

"Benarkah?" Jia tersenyum kosong.
"Kau pasti sangat menyukai pacarmu ya?"

Haechan diam saja, tidak menjawab.

Karena tidak ada jawaban, Jia menoleh padanya. "Kenapa tidak jawab?"

"Aku memang menyukainya," Haechan menjawab dengan kalimat yang sedikit menggantung.

Nyuuut.

Jia mengangguk saja sebagai balasan. Mendengarnya langsung darinya sungguh menyakitkan.

POISON [COMPLETED] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang