"Sayang ada apa sebenernya? Kenapa ini terjadi lagi?" Tanya Helena dengan wajah yang terlihat sangat khawatir. Bram tidak menjawabnya, justru ia hanya memandangi anaknya yang tengah terbaring di atas kasur itu.
Apa yang ku takutkan akhirnya terjadi. Jika seperti ini, bisakah aku membiarkan Chelena disini? Ucap Bram di dalam hatinya.
Helena yang khawatir pun tetap berada di samping Chelena sambil terus menaruh minyak kayu putih di dekat hidungnya agar Chelena segera bangun. Beberapa saat kemudian sang dokter yang tadi dipanggil akhirnya sampai di sini. Ia langsung memeriksa keadaan Chelena. Suhu badannya saat ini terbilang tinggi dengan suhu 39,7°C.
"Bagaimana keadaannya dok?" Tanya Helena khawatir.
"Apa ini terjadi lagi?" Tanya dokter Anna yang sudah sedari dulu menjadi salah satu dokter pribadi dari keluarga Charlene dan saat ini ia juga ikut pergi ke Indonesia dan membuka praktik di sini.
"Sepertinya sama seperti saat itu. Dan kali ini pun kami tidak tahu siapa yang melakukanya." Jawab Bram dengan nada yang santai tapi sarat akan kekhawatiran.
"Saat ini kondisi Chelena baik-baik saja. Tapi mungkin ia akan kembali kehilangan ingatannya untuk sementara." Helena sedikit terkejut dan langsung di peluk oleh Bram.
kejadian ini bukan yang pertama kalinya terjadi pada Chelena, tapi mau bagaimana pun Helena selalu terkejut saat mendengarnya. Chelena adalah anak satu-satunya dan Helena selalu mengkhawatirkannya.
"Tapi jangan khawatir kali ini tidak akan separah dulu, mungkin saja ia hanya akan melupakan kejadian tadi saja." Ujar dokter Anna berusaha menenangkan Helena.
"Syukurlah kalau begitu, aku benar-benar takut ini akan seperti dulu lagi" Helena masih terus khawatir dengan kondisi anaknya, beruntung Bram selalu ada di sisinya dan selalu membuatnya sedikit tenang.
Dari luar kamar Ares yang sedang menguping itu kembali merasa geram atas apa yang terjadi kali ini, ia sangat kesal sampai mengepalkan kedua tangannya. 'Awas saja kalian, akan ku balas semuanya.' Gumam Ares.
Beberapa saat kemudian akhirnya Chelena sadar dari pingsannya. "Momy..." Ucapnya lirih.
"Iya sayang, akhirnya kamu sadar." Ucap Helena dan langsung melepaskan pelukannya dari Bram. Helena duduk bersimpuh di samping ranjang Chelena, Bram pun mengikutinya.
Tapi di sisi lain justru Chelena teringat akan sesuatu. Tapi ia lupa apa. Seakan adegan tadi pernah ia alami sebelumnya, seolah-olah itu adalah Deja vu. Rasanya yang berbeda saat ini hanya ruangannya.
"How do you feel, Chelena? Kamu gak papa kan?" Tanya Helena dan langsung membuyarkan lamunan Chelena.
"I'm ok, Mom. aku Cuma sedikit pusing saja." Akhirnya Helena bisa bernafas lega setelah melihat kondisi putrinya yang baik baik saja.
"Dad.. aku hampir lupa. Bagaimana dengan sekolahku. Bukankah ini hari pertama aku masuk." Ucap Chelena tiba-tiba.
"Hari ini dibatalkan dulu, tunggu sampai Minggu depan. Kita lihat perkembangan kamu dulu" jawab sang Dady. Bram ikut mendudukkan dirinya di samping Helena.
"What? terus gimana? Oh.. ayolah Dad, tidak mungkin Minggu depan, lagi pula aku baik baik saja 'kan sekarang" Chelena yang memaksakan diri untuk bangun tiba-tiba merasa pusing, Helena yang menyadari itu langsung membaringkan Chelena kembali.
"Apa Momy harus panggil dr. Anna lagi?" Tanya Helena yang masih terus khawatir.
"Gak usah Momy.." ucapnya dengan raut wajah kecewa. Bram justru pergi keluar begitu saja. Chelena yang melihat tingkah Dadynya itu langsung memandangi Helena.
KAMU SEDANG MEMBACA
SECRET STORY
General FictionArcher kehilangan adik kembarnya yang bernama Ariesha sepuluh tahun yang lalu. Karena sebuah insiden dimasa lalu ia harus membiarkan sang adik di adopsi oleh keluarga kaya raya asal inggris dengan syarat dia tidak boleh bertemu dengan sang adik untu...