CHAPTER |22|

10 4 0
                                    

"eh? Om..." Ucap Andrei terkejut.

Dimas, Kiki, dan anak anak Dragon Warrior lainnya menghentikan langkah mereka tepat di depan pintu masuk kamar VIP milik Archer.

"Kenapa?" tanya Kiki dengan wajah polosnya.

Tubuh Andrei dan Dimas menghalangi pandangan anak-anak yang lain dan membuat mereka bertanya, ada apa? Kenapa berhenti? Serta menampilkan ekspresi kebingungan.

"Om Arthur..." Andrei berucap sambil memaksakan senyumannya.

"Untuk apa kalian datang kesini?! Senang kalian ngeliat anak saya terluka?!" hardik Arthur sambil memandang Andrei tegas

"A-ayah..." Archer mencoba menenangkan ayahnya.

"Maaf om, kita cuma mau jenguk Archer. Kalau tidak diizinkan kita bisa pergi kok, Om," Raka berkata dengan tenangnya tak lupa memberikan senyuman ramah diakhir. Andrei membenarkan ucapan Raka.

Arthur tidak menggubris ucapan Raka, ia masih terlihat marah dengan terus natap tajam ke arah mereka, "saya benci karena kalian anak saya jadi harus selalu terlibat masalah! Saya juga-"

Sebelum sang ayah berkata dengan lebih kasar lagi, Archer lebih dulu memotong ucapannya "Ayah!"

Ketegangan semakin menjadi, Archer mulai menatap Arthur marah. Arthur menatap balik sang anak seraya berkata, "apa?!"

Sebelum Archer bersuara Andrei lebih dulu berkata dan memecah ketegangan yang diciptakan oleh ayah dan anak ini, "hm, maaf Om kami izin pamit dulu,"

Andrei menatap Archer, "cepet sembuh," setelah mengatakan itu Andrei melangkah pergi dengan diikuti oleh para anggotanya. Sebagian ada yang lihat bingung namun beberapa diantaranya yang memang mengetahui segalanya hanya terlihat diam sambil sekilas menatap Archer ramah.

Archer menatap kepergian teman temannya dengan penuh kekecewaan, "kenapa ayah selalu ngebuat Archer kehilangan segalanya?" Ucap Archer lirih tanpa menatap Arthur. Ia mulai merebahkan dirinya dan membelakangi Arthur, ia juga menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut.

Arthur yang mendapati perlakuan seperti itu hanya bisa diam tanpa bisa berkata-kata lagi begitupun juga dengan Aletha yang sedari tadi hanya terlihat diam menonton saja.

Archer kecewa, kenapa ia harus selalu ditinggalkan sendiri. Ia memang tidak memiliki apapun sejak dulu. Satu satunya penyemangat hidupnya juga telah meninggalkannya. Sudah sejak lama ia tak memiliki semangat hidup.

Usahanya untuk mencari sang adik kesayangannya juga tak pernah membuahkan hasil. Satu hal yang ia tahu, ia telah ditinggalkan dan hanya bisa bergantung pada dirinya sendiri.

Awalnya ia memang merasa demikian sampai akhirnya ia ingat sesuatu. Chelena, dari sekian banyaknya wanita yang ia kenal kenapa nama Chelena yang Archer ingat, entah kenapa ia juga jadi merindukan Chelena.

“Archer, kamu kok kaya orang yang aku kenal.... Tapi aku gak tau siapa.... Tapi tuh ya, kayanya kita pernah ketemu tapi aku gak tahu di mana.”

Lagi-lagi kata-katanya terngiang-ngiang didalam pikirannya. Archer diam sejenak. Beberapa menit berlalu, Archer tahu bahwa Arthur akan segera pergi. Arthur yang berada diambang pintu menghentikan langkahnya ketika Archer mengatakan sesuatu.

"Om Bram, Ariesha diadopsi sama om Bram," Archer masih tidur sambil membelakangi Arthur.

"Bram? Bram yang sekarang megang perusahan Mutiara Kencana?" Arthur menghilang niatnya untuk pergi dari kamar ini dan langsung menuju perusahaannya.

Arthur berbalik mendekati Archer kembali, begitupun Archer yang jadi menatap Arthur kemudian mengangguk.

Arthur menatap mata sang anak dengan tatapan yang tidak bisa diartikan. Ia juga terlihat seperti memikirkan sesuatu.

SECRET STORY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang