CHAPTER |17|

5 3 0
                                    

Di tengah rasa ketakutan yang mereka berdua rasakan, secara bersamaan banyak sekali kenangan lama yang berputar dalam ingatan mereka masing masing. Ingatan ingatan itu bagaikan roll film yang membentang dan memberikan gambaran demi gambar secara berurutan.

Dari dalam sana mereka mendapati Harun yang berdiri dengan senter yang masih di pegang olehnya. Harun menyeringai dengan sangat menyeramkan.

Sekali lagi Harun menyuruh Archer dan Dimas untuk masuk ke dalam bangunan itu. “Ayo masuk, kenapa kalian takut? Tenang aja madam gak ada di sini kok.” Ucapnya sambil tersenyum. "Dia kan sudah mati."

Saat ini Archer merasa ingin menangis sekencang-kencangnya karena ketakutan, tubuhnya lemas setelah mengingat semua ingatan traumatis yang selalu ingin dia lupakan.

Disampingnya Dimas justru jatuh tersungkur ke tanah sambil memegang dadanya yang tiba-tiba terasa sesak, Dimas juga berusaha menahan air matanya agar tak mengalir membasahi kedua pipinya. Kepalanya terasa sangat pusing bahkan rasa-rasanya sebentar lagi akan meledakkan karena sangking sakitnya.

"Jadi lu udah tahu kalau gw sama Dimas ngikutin lu?" tanya Archer dengan nada lirih sambil terus memegangi dadanya. Ia berusaha sekuat mungkin untuk bertahan, “Buat apa lu bawa kita datang kesini lagi, kak?”

Harun membalasnya dengan senyuman lalu berkata, “apa lu gak salah bilang kaya gitu? Bukannya kalian yang datang kesini sendiri karena rindu, hm?”

"Gw yakin kalian ingat tentang hari ini di sepuluh tahun yang lalu itukan?" Lagi lagi Harun berkata dengan santainya sambil tersenyum. Senyum yang sangat menyeramkan bagi Archer dan Dimas.

Dimas yang sudah tidak kuat lagi menahan sakit di dada dan kepalanya langsung berteriak ke arah Harun karena kesal. “woy! Kenapa lu pergi ketempat ini! Kenapa lu harus bimbing kita buat ketempat ini lagi!! Apa belum cukup lu udah buat semua anak jadi menderita!”

Archer kaget dengan perkataan dari Dimas, Archer lantas mendekati Dimas sambil terus memegangi dadanya yang secara tiba-tiba ikut berdenyut nyeri seakan-akan sedang di timpah oleh batu besar yang sangat berat. Archer membisikan sesuatu pada Dimas saat sudah berada di sampingnya. “berhenti, lu tahu Harun itu kaya gimana kan?!”

Dimas yang sedang kalap itu masih dengan nada tingginya langsung mencengkeram erat kedua pundak Archer.

“Apa lu lupa Cher, lu kehilangan Ariesha karena dia! Bahkan gw juga kehilangan Syifa, Cher!”  ucap Dimas sambil berteriak dan tangisanya langsung pecah saat ia menyebutkan nama Syifa.

rasanya Dimas benar-benar hancur saat ini, bahkan Archer juga jadi terdiam dan menundukan kepalanya. Archer ikut mencengkeram erat pundak Dimas, tapi ketika ia ingin mengeluarkan kata-katanya, tiba tiba saja Harun berteriak membalas ucapan Dimas.

“Apa maksud lu! Jelas jelas gw yang udah lepasin kalian dari tali kekang penuh duri itu, tapi dengan seenaknya lu bilang gw yang udah buat lu kehilalngan Syifa?! Dan karena gw juga Archer kehilangan Ariesha?! Sadar woy!”

Harun mendekati mereka berdua lalu langsung mencengkeram kerah baju Dimas hingga Dimas terpaksa berdiri. “Yang udah buat Syifa mati itu bukan gw! Itu takdir! Dianya aja yang gak kuat! Lu tahu sendiri kan kalau dia itu penyakitan!!”

“Bangsat!! Jelas jelas Syifa itu mati gara gara lu!!” Dimas sudah tidak tahan dengan Harun tanpa sadar ia justru melepaskan bolgem mentah ke arah pipi Harun. Harun hampir tersungkur. Wajahnya terlihat sangat marah.

~Bukk!

Lagi lagi Archer terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Dimas dan hanya bisa terdiam tanpa bisa bereaksi, di saat Harun ingin membalas serangan dari Dimas, Archer langsung menghentikan Harun dengan menahan tangan Harun.

SECRET STORY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang