"Aku gak bisa." Hanya itu kalimat yang bisa terlontar dari bibir Camila seraya matanya menatap horor pada kejantanan Samuel yang tepat berada didepan wajahnya.
"Cukup buka mulutmu saja Sweetheart." Bujuk Samuel seraya mengusap bibir Camila dengan ibu jarinya sensual.
"Tapi-" "I'll teach you." Seolah tidak bisa beralasan lagi, Camila akhirnya membuka mulutnya menuruti perintah Samuel.
"Yah, julurkan lidahmu." Lagi, Camila menuruti Samuel untuk menjulurkan lidahnya. Lalu Camila dikagetkan dengan ibu jari Samuel yang kini mengusapi lidahnya.
"Lick mine." Samuel mendekatkan kejantanannya untuk bersentuhan dengan lidah Camila yang sudah terjulur.
Dengan ragu-ragu Camila menyentuhkan lidahnya ke milik Samuel yang begitu gagah tepat didepannya.
"Yahh begitu..." Bisikan Samuel yang terdengar berat itu seakan menjadi asupan keberanian untuk Camila, kini tidak hanya ujung lidah tetapi Camila sudah menghisap milik Samuel bagaikan permen.
Tapi itu tidak membuat Samuel puas, karena tangan pria itu malah makin mendorong Camila untuk melahap lebih banyak.
"Ahh... Camila..."
Camila mencengkram kuat paha Samuel yang dijadikan pegangannya bahkan sampai menepuknya kuat meminta untuk Samuel berhenti karena milih Samuel masuk begitu dalam hingga ujung mulutnya, Camila tersedak hingga ingin muntah.
Dan dalam satu kali sentakan kuat Samuel mengeluarkan cairan ejakulasinya didalam mulut Camila yang mana langsung Camila muntahkan saat itu juga.
Air mata sudah mengacaukan wajah cantik Camila, mata merah dan hidung merah. Belum lagi air liur yang sudah bercampur dengan cairan kental putih itu berlumuran disekitar mulut Camila bahkan sampai membasahi seprai.
Milik Samuel masih membekas dalam mulut Camila hingga menyisakan rasa sakit sampai tenggorokan mengingat bagaimana bentuk kejantanan Samuel yang besar dan panjang. Selain rasa sakit di tenggorokan dan pegal di rahangnya, hanya ada penyesalan dalam diri Camila mencoba hal seperti tadi. Dia sungguh kapok dengan pengalaman pertamanya ini dan tidak mau melakukannya lagi.
Melihat Camila yang masih belum bergerak sama sekali, Samuel langsung berinisiatif mengambil beberapa helai tisu untuk membersihkan wajah Camila yang tampak begitu terkejut.
"Sweetheart..." Panggilnya pelan seraya mengusap bibir Camila dengan ibu jarinya dan membawa pandangan wanita miliknya ini untuk tertuju padanya.
"I'm sorry." Samuel berkata demikian seraya menyematkan kecupan manisnya dibibir Camila yang ikut membengkak karena tangisan.
Jujur saja Samuel merasa cukup bersalah karena telah kelepasan bersikap kasar pada Camila yang seorang amatir, dari sikap wanita ini jelas ia merasa sangat terkejut.
Meskipun selama ini Samuel tidak terlalu lembut pada Camila saat bercinta tapi ini adalah kali pertama Camila melakukan oral padanya.
"Sakit." Hanya kata itu yang keluar dari mulut Camila setelah diam beberapa saat. Dengan cekatan Samuel mengambilkan Camila segelas air yang memang tersedia di kamar mereka, lalu secara perlahan membantu Camila untuk minum.
"Masih sakit?" Tanya Samuel lembut, pria itu juga segera membawa Camila dalam pelukannya.
"Gak suka. Aku gak mau lagi."
"Iya, i'm sorry." Tak ada lagi yang bisa Samuel katakan selain mengiyakan dan meminta maaf pada Camila yang sepertinya sudah tidak dalam mood bagus untuk melanjutkan kegiatan panas mereka.
Samuel harus memutar otak untuk membujuk Camila supaya mood wanitanya itu baik kembali. Tapi Camila tidak bergerak sedikitpun dalam pelukannya, Samuel mengusap punggung polos Camila dengan lembut berharap dengan itu perasaan Camila menjadi lebih baik.
Beberapa saat keheningan melanda kamar itu, tidak ada yang bicara baik Samuel maupun Camila meskipun tubuh Camila terbungkus dalam pelukan tubuh Samuel. Samuel sendiri tidak bisa melihat wajah Camila karena wanita itu menutupi wajahnya dan menempel di dada bidangnya seolah berlindung.
Karena kebisuan itu Samuel akhirnya angkat bicara. "Sweetheart, kamu masih merasa sakit?"
Masih tak ada jawaban, hanya ada keterdiaman dan helaan nafas yang teratur.
Dengan perlahan Samuel melepas tangan Camila yang menutupi wajahnya yang ternyata tertidur. Pantas saja tidak ada pembicaraan lagi diantara mereka. Ibu jari Samuel menghapus sisa-sisa air mata yang ada di wajah Camila yang begitu damai dalam tidurnya.
Lalu ia membawa Camila itu tidur di kasur dengan posisi masih dalam pelukannya.
Samuel menghela nafas, hilang sudah gairahnya yang menyala tadi karena tangisan Camila. Mungkin ada baiknya saat ini mereka istirahat dan jikalau memungkinkan mereka bisa melanjutkan kegiatan panas yang tertunda ini, Samuel hanya bisa berharap mood Camila akan membaik setelah tidurnya.
Tatapan Samuel tak pernah lepas dari Camila yang begitu hanyut dalam mimpinya. Ini bukanlah kali pertama Samuel menatapi Camila yang sedang tidur tetapi perasaan Samuel malah terasa makin dalam.
Tidak pernah sekalipun dalam hidupnya Samuel merasakan cinta yang seperti ini, rasa cinta yang membuatnya selalu tidak nyaman jika Camila jauh darinya barang sebentar saja. Padahal umur Samuel saat ini sudah terbilang cukup matang untuk seorang pria bukan lagi seorang remaja yang mengalami pubertas, tetapi perasaannya ini sungguh mencekiknya.
Bagaimana pun caranya Camila harus bersamanya, ada disampingnya dan menjadi miliknya. Sungguh Samuel tidak perduli dengan keluarganya yang merupakan hanya sebuah formalitas menurutnya, oleh karena itu sejak awal Samuel tidak ada niatan susah payah meminta restu seperti ini karena secara tidak langsung akan membuat seolah keluarganya bisa memberikan pendapat tentang hubungan mereka. Tetapi sayangnya Camila memiliki pandangan lain dan Samuel berusaha untuk memahami itu.
Lihat saja nanti jika ada anggota keluarganya yang menentang pernikahannya dengan Camila, akan Samuel berikan konsekuensinya. Tapi itu tidak berlaku untuk Kakeknya yang menurunkan sifat keras kepala kepadanya, mereka akan saling beradu jikalau benar Kakeknya tidak merestui pernikahan ini.
Sebenarnya Samuel sangat malas mengurusi perusahaan keluarganya karena ia punya bisnis sendiri. Tetapi entah kenapa Kakeknya malah bersikeras untuk menyuruh Samuel mengelolanya diantara anggota keluarga yang lain. Oleh karena itu Samuel membawa Camila diwaktu yang termasuk aman seperti ini ke kota kelahirannya dimana seluruh anggota keluarganya sedang sibuk dengan urusan masing-masing dan sedang tidak ada disini.
Urusan Samuel dan Camila hanya untuk menemui Kakek Samuel saja. Dan ini sepertinya akan menjadi titik akhir pertengkaran antara Samuel dan Kakeknya setelah sekian lama. Camila akan jadi kunci terbaik bagi Samuel lepas dari perusahaan keluarganya yang terlalu bikin pusing itu karena banyaknya drama.
Sepertinya memang benar Camila adalah belahan jiwanya dan penyelamatnya, beberapa kecupan Samuel sematkan di wajah cantik Camila yang selalu membuatnya terpesona. "Selamat beristirahat Sweetheart."
Samuel mencium bibir Camila lama bahkan menjilat dan menyesapnya sedikit. Bibir Camila adalah candu untuknya, tidak tidak. Semua yang ada pada Camila adalah Candu untuknya. Dan semua itu adalah milik Samuel seorang.
Vote and Comment Guys!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Bintang Pantura vs Mr. Arrogant
Romance"Bisakah kalian memberi waktu untuk kami bicara berdua?" Tanya Sam pada kedua orang yang nampaknya seorang make over dan manajer. Camila menatap pria dibelakangnya melalui cermin pun terkejut. Camila tidak akan melupakan wajah pria itu walaupun keja...