Camila mendapatkan gambaran jelas tentang Samuel dan keluarganya dari semua jawaban pertanyaan yang ia ajukan kepada Tuan James.
Point pentingnya adalah Samuel tidak menyukai keluarganya.
Itu seakan menjawab pertanyaan dalam benak Camila mengapa Samuel sejak awal bersikeras mengatakan tidak perlu restu keluarganya. Lalu saat mereka tiba di New York, mereka tidak langsung kerumah keluarga Samuel dan malah tinggal di penthouse pria itu yang hanya berjarak setengah jam dari kediaman keluarganya. Hal lainnya adalah seolah disengaja Samuel membawa Camila ke New York disaat anggota keluarganya yang lain tidak ada ditempat.
"Kenapa melamun?" Usapan lembut di pipinya menyadarkan Camila.
Saat ini mereka sedang perjalanan pulang dari bandara menuju ke apartemen milik Camila. Benar, secepat itu mereka kembali. Karena Camila tidak diberi cuti yang lama, jadi setelah urusannya selesai mereka akan pulang. Meskipun datang ke kediaman keluarga Samuel sudah terlaksana juga sudah bertemu Kakek pria itu, tetapi tidak ada kejelasan lebih lanjut terkait restu bahkan mengingat hari itu mereka langsung pulang setelah Samuel selesai bicara dengan kakeknya tanpa Camila berpamitan sepertinya memang berakhir dengan buruk.
Samuel masih terlihat biasa seolah tidak ada yang terjadi dan tidak ada yang mempengaruhi dirinya, tetapi berbeda dengan Camila. Camila tidak banyak bicara dan tak mau bertanya pada Samuel karena semuanya cukup jelas untuknya.
"Sweetheart."
"Samuel..." Camila akhirnya mau bicara setelah berpikir cukup lama. "Aku rasa hubungan kita memang tidak harus sejauh sampai pernikahan, i mean-" "Camila."
Camila langsung terdiam saat Samuel memanggil namanya dengan suara tegas disertai aura yang sama seperti saat Samuel membawanya waktu itu. Ini adalah Samuel yang Camila kenal pertama kali.
"We will stay married, no matter what happens. I don't care about the others, yang paling penting hanya kita berdua jadi kita tidak butuh orang lain."
Camila mengigit bibir bawahnya pelan, ia ingin sekali bicara banyak hal dengan Samuel tetapi jika pria ini bersikeras seperti itu dengan sikapnya yang dominan dan arogan sudah pasti Camila akan kalah berdebat.
"Jangan digigit nanti luka." Berbeda dengan ucapan dan ekspresi wajahnya yang kaku, Samuel dengan lembut menarik pelan bibir Camila dengan ibu jarinya supaya tidak lagi Camila gigit.
"Aku tahu kamu paham dengan apa yang terjadi kemarin, tapi itu bukan suatu halangan untuk kita."
"Tapi-" "ssstt, let's not discuss it anymore." Samuel membawa Camila dalam pelukan pria itu.
"Samuel."
"Camila, jangan-" "kamu dengar aku dulu bisa?"
Camila bahkan sampai memukul pelan dada Samuel dengan kepalan tangannya karena sudah sangat kesal.
Samuel menghela nafasnya sebelum memberikan persetujuan, "okay."
"Sam.. aku tahu kamu punya segalanya dan bisa melakukan apapun. Kita berdua bisa melakukan apa yang kita mau tanpa keluarga kamu untuk sekarang. Tapi nanti?"
"Bukan, bukan hanya masalah uang tapi menurutku kehadiran keluarga itu penting. Aku gak mau apa yang aku alami akan dialami juga oleh anakku. Setidaknya kalau kita tidak ada bersamanya, akan ada keluarga kamu yang bimbing dia dan merawatnya nanti. Dia gak akan sebatang kara seperti aku yang gak punya satu orangpun keluarga. Aku gak mau."
Ucapan Camila berhasil membungkam Samuel. Camila tahu kalau Samuel tidak akan bisa menyangkal ucapannya karena pria itu sendiri sangat paham.
Camila tahu kalau ayah Samuel meninggal karena kecelakaan saat pria itu bahkan masih dalam kandungan ibunya, dan setelah lahir Samuel dirawat oleh kakeknya. Bayangkan jika Samuel sendiri saat itu, bukankah kondisinya akan sama dengan Camila?
Setidaknya menurut Camila dengan mereka secara baik-baik meminta persetujuan keluarga pria itu, keluarga Samuel akan tau eksistensinya dan jikalau mereka memiliki anak maka mereka akan mengakuinya.
"Lagi pula kita tidak akan menikah dalam waktu dekat, jadi kita masih bisa mengusahakannya. Ayo kita bujuk lagi mereka." Camila menggenggam tangan Samuel erat mencoba meyakinkan pria itu.
Sekarang Camila sudah menyadari perasaannya dan mau berusaha bersama dengan Samuel untuk hubungan mereka.
"Berapa lama?" Tanya Samuel memastikan. Jelas Samuel tidak akan mau membujuk kakeknya ketika ia sendiri tahu kakeknya orang yang seperti apa.
Pembicaraan Samuel dengan sang kakek kemarin berakhir dengan buruk. Keduanya sama-sama keras kepala dan tidak mau ada yang mengalah sedikitpun.
Kakeknya marah padanya karena perbuatan Samuel diluar perkiraan pria itu, apalagi menikah dengan orang asing yang kakeknya tidak tahu apapun tentangnya. Kakeknya tidak akan bisa mengendalikan Samuel seperti sebelumnya.
"Apa harus ada jangka waktunya?" Tanya Camila bingung, pasalnya itu bukan sesuatu yang bisa ia putuskan cepat karena restu berada ditangan keluarga Samuel.
"Kamu pikir aku mau melakukannya tanpa meminta kejelasan waktu? Aku juga akan menikahi kamu dalam waktu dekat. Aku tidak mau menunggu sampai bertahun-tahun, kamu tahu kan kalau aku tidak bisa menetap disini?"
Camila sangat tahu hal itu, bahkan selama ini Samuel selalu bepergian karena pria itu punya bisnis dimana-mana. Tetapi karena Camila ada disini jadi pria itu selalu datang kembali ke Indonesia.
"Bagaimana kalau sekarang kita beri kakek kamu waktu untuk berpikir, lalu kita kembali kesana lagi saat kita sedikit longgar dengan urusan kita masing-masing?" Tawar Camila.
"Itu akan memakan waktu yang lama kan?" Tebak Samuel. "Setelah kamu berkata begini kita akan benar-benar sibuk dengan urusan masing-masing lalu tidak akan sering bertemu. Apakah ini caramu untuk menghindari aku? Menghindari pernikahan ini?"
"Bukan seperti itu, hanya saja aku rasa ini keputusan yang baik. Kakek kamu pasti tidak akan menduga kalau kita masih bersama dan mau mengusahakan hubungan ini. Suatu saat beliau pasti akan menyadarinya dan merestui kita." Lagi-lagi Camila meyakinkan Samuel.
"Aku juga ingin bersamamu, jadi aku tidak menghindari apapun. Tapi akhirnya semua tentang waktu kan? Yang penting kita berdua masih bisa bersama dan berusaha bersama meskipun sibuk dengan urusan masing-masing. Aku janji hubungan ini akan berjalan dengan lebih baik dan bukan sebaliknya.
"I'll keep that promise."
"Iya. Jadi mohon kerjasamanya."
"Okay, kali ini aku akan mengalah lagi untukmu Sweetheart. Tapi kalau kesabaranku sudah habis, you don't have any more time."
Camila mengangguk setuju. Entah bagaimana kedepannya tetapi Camila harap usahanya akan membuahkan hasil yang baik. Ia akan meluluhkan hati Kakek Samuel bagaimana pun caranya.
"Then kiss me as a sign of our agreement." Tak protes Camila mengecup bibir Samuel dalam sekejap.
Melihat tingkah Camila yang tanpa menolak dan menuruti ucapan konyolnya itu, Samuel cukup kaget sampai mengedipkan matanya beberapa kali. Tetapi itu tidak berlangsung lama sampai pria itu sadar dan ingin meminta lebih pada Camila, pria itu merasa gemas dengan tingkah kekasihnya itu.
"Bukan yang seperti itu. Tapi seperti ini." Dengan gerakan kuat Samuel mencium Camila dengan begitu menggebu sampai Camila kesulitan bernafas karenanya.
Vote and Comment Guys!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Bintang Pantura vs Mr. Arrogant
Romansa"Bisakah kalian memberi waktu untuk kami bicara berdua?" Tanya Sam pada kedua orang yang nampaknya seorang make over dan manajer. Camila menatap pria dibelakangnya melalui cermin pun terkejut. Camila tidak akan melupakan wajah pria itu walaupun keja...