Warning 21+
Sam pikir ia tak akan menemukan gadis remaja itu, ia tak akan pernah bertemu dengannya lagi meskipun ia sudah mencari beberapa tahun. Tapi akhirnya, Sam menemukannya dan bahkan gadis itu sudah menjadi seorang wanita sepenuhnya.
Sam yang pertama dan sudah dipastikan harus jadi yang terakhir. Rasanya ada yang menggelitik hatinya saat ia melihat wajah cantik itu memerah dan tak perdaya karena kenikmatan yang ia berikan. "Ahh.. hah..."
Menggerakkan pinggulnya cepat mencari kepuasan menemukan puncak kenikmatan, merasakan lebih dalam lagi sesuatu yang mencengkram miliknya erat. "Sweetheart.. hah.. kau milikku.. hanya milikku.." Sam menggeram dan langsung melumat habis bibir yang terbuka itu dengan ganas.
Ini adalah hal terbaik dalam hidupnya, Sam sungguh merasa ia begitu beruntung. Ia terus saja bergerak hingga pelepasan akan datang, dengan kuat ia menyentak miliknya agar masuk lebih dalam dan mengeluarkan spermanya disana. Tanpa melepas penyatuan mereka, Sam mencium seluruh wajah Camila yang sudah berbalur keringat lalu terus bergulir hingga rahang dan leher.
Lain dengan Camila yang sudah begitu lelah untuk hal yang pertama kali ia rasakan. Ia sangat ingin berteriak marah dan menangis tetapi itu sungguh tidak ada gunanya dan ia pun sudah tidak bertenaga lagi. Dan sekarang Camila hanya bisa pasrah, tidak peduli lagi pria asing diatasnya ini melakukan apa pada tubuhnya. Tubuhnya lelah dan matanya sudah terasa begitu berat hingga akhirnya ia terbawa kealam mimpi.
Sam yang melihat Camila mengantuk segera menghentikan aksinya yang menyesapi kulit wanita muda itu. Pria itu beralih memeluk Camila agar terlelap dalam pelukannya, menutupi tubuh berkeringat mereka dengan selimut. Sam mengecup puncak kepala Camila lembut, "tidurlah yang nyenyak."
Camila benar-benar menghilangkan kesadaran, ia terlalu lemas dan lelah untuk berpikir bahkan ia menikmati tubuhnya dipeluk erat didalam ketelanjangan.
Esok harinya Camila tebangun, matanya mengerjap pelan mencoba mengumpulkan nyawa dan ingatan. Ruangan asing ini masih gelap karena tirai gorden yang tebal masih tertutup sempurna melindungi dirinya dari sinar matahari.
Denyut nyeri mendatangi pangkal pahanya, semua ingatan sudah berkumpul jelas. Ia mulai dilanda panik, mencari jam dinding mencari tahu sekarang pukul berapa. Saat menengok kesebelah kiri ia mendapati seseorang yang masih tertidur, tertutup sempurna oleh selimut tebal yang juga ikut menutupi ketelanjangan Camila. Camila tahu pria ini pasti Om semalam yang membawanya paksa kemari dan mengambil keperawanannya. Camila menghela nafas, tidak ada yang tergambar dikepalanya akan seperti apa kedepannya atau apa yang akan terjadi. Ia sudah mode sangat pasrah karena kesuciannya tidak akan bisa kembali lagi.
Sekarang sepertinya Camila harus membersihkan diri dulu, lalu pulang barulah ia pikirkan kembali bagaimana hidupnya setelah ini. Camila yakin sekali jika Om yang membawanya ini tidak akan mencarinya lagi, karena memang tujuan pria ini adalah membalaskan dendam kejadian lalu saat Camila berhasil kabur. Maka mereka impas dan tidak akan saling kenal.
Perlahan Camila mendudukkan dirinya dan mencoba turun dari tempat tidur.
"Kamu sudah bangun?" Suara berat itu cukup mengejutkan Camila, belum lagi wajah baru bangun tidur pria itu membuat Camila terpana meski sebentar. Pria yang Camila yakin lebih tua darinya ini tampan, tubuhnya juga bagus. Melihat mobil pria itu dan tempat tinggalnya ini Camila juga yakin bahwa pria ini adalah orang kaya raya.
"Iya, aku mau mandi." Camila kembali tercengang saat pria itu bangkit dari tidurnya dan berdiri dengan gagah tanpa malu dengan keadaan telanjangnya. Lalu menggendong Camila dan memasuki kamar mandi.
"Apa masih sakit?" Camila yang masih tercenung bingung harus membalas apa hanya bisa mengangguk kaku. Dengan telaten pria itu menghidupkan shower, membersihkan dirinya dan juga Camila bahkan begitu pengertian dengan keadaan Camila tidak merasa risih saat Camila masih terus memegang tubuhnya untuk bisa berdiri dengan benar.
Karena tidak mungkin Camila memakai pakaiannya yang sudah koyak semalam, jadilah Sam memakaikan Camila bathrobe. Camila yang penurut begitu menggemaskan dimata Sam, apalagi dengan jubah mandi yang kebesaran itu. Saat rambut Camila dengan telaten Sam keringkan dan ia sisir, Camila tetap diam menurut.
"Aku tidak suka warna rambutmu yang sekarang." Ujar Sam yang akhirnya membuka obrolan.
"Tuntutan pekerjaan." Balas Camila seadanya. Wanita muda itu masih sangat bingung dengan keadaan ini dan apapun yang telah Sam lakukan padanya. Sangat diluar dugaan.
"Kau benar seorang penyanyi ya?" Camila mengangguk pelan. "Kau terkenal. Tetapi aku terus mencarimu dan tidak pernah ketemu."
"Sebenarnya Om cari aku untuk apa? Untuk yang semalam?" Camila secara spontan bertanya demikian. Ia merasa janggal dengan sikap lembut dan perhatian pria asing ini padanya. Padahal Camila mau menganggap ini tidak terjadi, dan sangat berharap mereka tidak akan bertemu atau sok saling kenal. "Jika benar begitu, maka sudah selesai. Aku tidak ada hubungan atau masalah apapun lagi dengan Om. Aku mau pulang."
Mata bulatnya menatap Sam dengan tegas. Ia merasa tidak perlu berbasa-basi atau apapun karena ia sudah rugi banyak atas keegoisan pria yang hanya pernah dua kali ditemuinya ini.
"Jadi kamu pikir dengan semalam semua hutangmu sudah lunas padaku?"
"Hutang?" Camila semakin merasa pria ini tidak masuk akal. Sejak kapan Camila berhutang?
"Iya, hutang. Aku sudah mencarimu selama 4 tahun dan kau hanya membalas dalam sekali permainan semalam?"
"Apa?" Camila merasa ia salah dengar atau bahkan salah tangkap ucapan pria ini. "Itu tidak masuk akal." Secara tidak langsung pria ini menginginkan tubuhnya lagi dan dalam rentan waktu lama sesuai dengan keinginan pria tersebut.
"Dengar ya. Kamu semalam sudah membawaku dengan paksa bahkan mengambil kesucianku. Aku bahkan mau melupakan semuanya dan tidak mau kita bertemu lagi. Lalu kamu tiba-tiba membicarakan hutang yang tidak masuk akal. Ini sangat merugikan dan Aku bisa melaporkan kamu ke pihak yang berwajib." Tetapi bukannya wajah ketakutan yang Camila harapkan dari reaksi amarahnya, pria didepannya ini malah tersenyum miring seolah meremehkan dirinya.
"Bagaimana kamu bisa melaporkan pada pihak berwajib? Kamu tidak punya apapun atau bahkan bisa keluar dari sini." Ucapan pria itu begitu mengintimidasi, belum lagi gelagat pria itu yang sudah mengambil sejumput rambutnya untuk dikecup. "Kamu tidak punya kesempatan sama sekali."
Sekarang Camila yang merasa takut. Ia bahkan tak tahu nama pria ini atau apapun tentangnya. Camila merasa terjebak. "Kamu semakin cantik kalau marah."
Refleks Camila memundurkan wajahnya saat melihat wajah pria didepannya mendekat. Ia tak mau mengulangi kesalahannya semalam, "aku mau pulang."
"Tidak ada jalan untuk pulang." Tengkuk Camila dipegang dan pria itu dengan bringasnya mencium bibir Camila, tidak memperdulikan Camila yang sekuat tenaga berusaha untuk menolak.
Vote and Comment guys!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Bintang Pantura vs Mr. Arrogant
Romance"Bisakah kalian memberi waktu untuk kami bicara berdua?" Tanya Sam pada kedua orang yang nampaknya seorang make over dan manajer. Camila menatap pria dibelakangnya melalui cermin pun terkejut. Camila tidak akan melupakan wajah pria itu walaupun keja...