"Kamu beneran mau ke kota La?" Tanya Lia dengan raut cemasnya.
"Iya Li, gak mungkinkan aku terus terusan tinggal dirumahmu. Aku ngerasa gak enak sama Mbokmu." Ujar gadis dengan rambut berkepang dua itu.
"Mbok gak keberatan kok kamu tinggal terus disini. Dia malah seneng kamu ada dirumah." Elak Lia untuk kesekian kalinya.
"La coba kamu pikirkan lagi, kamu tau kan kota itu seperti apa? Dengan lulusan SMA bulan lalu kamu mau jadi apa disana??"
"Aku akan berusaha cari kerja Li, yang penting bukan pekerjaan tidak-tidak. Kamu tau kan aku gimana? Apa kamu ragu dengan kemampuanku?" Tanya Camila menatap temannya kesal.
"Bukan begitu La, maksudku anak SMA baru lulus seperti kita ini akan jadi apa jika pergi ke kota seorang diri? Kamu tau pasti bahwa aku mengkhawatirkan kamu." Tegas Lia.
"Tapi tekad ku sudah bulat Li. Nanti kalo aku udah jadi orang sukses, aku boyong kamu sama Mbok ke kota. Supaya pikiran burukmu itu akan hilang."
"Bus ke kota satu jam lagi akan berangkat. Apa kamu gak mau anterin aku sampe terminal? Seengaknya untuk menghilangkan rindumu untuk beberapa waktu tanpa aku di kampung."
"Emoh. Aku masih gak setuju kamu pergi ke kota." Decih Lia sambil menyilangkan kedua tangannya didada.
"Aku janji Li. Akan pulang dengan keberhasilanku."
"Apa janjimu bisa dipercaya?" Tanya Lia menatap sahabatnya itu ragu. Camila mengangguk mantap.
"Tentu. Tapi kamu harus janji padaku, kamu harus semangat jadi guru di kampung kita ini. Jagain si Mbok untukku. Hanya kalian berdua yang aku punya saat ini." Ujar Camila memeluk erat sahabat kentalnya itu.
"Pasti La, pasti. Pokoke kowe mesti tepati janjimu. Kamu harus pulang secepat mungkin dan bawa kesuksesan yang kamu janjikan kepadaku dan si Mbok."
"Aku janji."
"Jangan biarkan aku kehilangan kontakmu disana."
"Aku akan selalu bawa hape ku Li."
"Wes, ntar keburu busku lewat kalo kamu terus terusan peluk kangen sama aku." Ujar Camila melepas pelukannya pada Lia dan menenteng tas besarnya.
"Opo kowe yakin dengan keputusanmu iki ndok??" Tanya Mbok dengan wajah rentanya.
Camila mengangguk mantap dan langsung memeluk sang nenek sahabatnya yang biasa ia panggil Mbok ini.
"Aku pamit Mbok."
"Ini untuk bekalmu dijalan." Ujar si Mbok sambil memberikan sesuatu digelapkan tangan Camila.
"Eh, Ndak perlu Mbok."
"Wes, mangkat meneh engko ketinggalan busmu."
"Matursuwun Mbok." Mbok hanya bisa mengangguk dan melambaikan tangan melepas kepergian Camila yang diantarkan Lia.
Sepanjang perjalan Lia dan Camila hanya saling diam. Tak ada yang berbicara seperti biasanya. Hingga tak terasa mereka sudah tiba di terminal bus yang ramai.
Mereka mencari bus yang arah tujuannya kekota dan kini sudah tepat didepan mereka.
"Apa kamu yakin semua akan baik-baik saja La?" Tanya Lia memastikan sekali lagi. "Kita bisa pulang sekarang kalo kamu ragu. Kita bisa jadi guru di kampung ini bersama-sama." Bujuk Lia.
"Aku tetep ingin pergi Li. Jaga kesehatanmu."
"Selalu kabari aku La."
"Iya. Aku naik dulu."
Camila pun naik kedalam bus itu dan mencari tempat duduk. Ia duduk di kursi yang berada didekat jendela, hingga ia bisa melihat Lia yang masih berdiri disana. Camila terus tersenyum dan melambaikan tangannya pada sahabatnya itu. Dan tak lama bus pun akhirnya berangkat.
Lia tetap berdiri disamping bus memastikan bus itu hilang dari pandangannya. Ia takut terjadi apa-apa dengan sahabat yang ia anggap saudara itu. Rasanya begitu tidak rela membiarkan Camila pergi ke kota seorang diri. Seperti orang hilang dijalan atau kelaparan. Tapi ia tak bisa berbuat apapun jika Camila sudah menentukan pilihan. Dengan lemas ia pun pulang ke rumah.
Lain halnya dengan Lia yang lemas, Camila bahkan nampak antusias ketika ia akan pergi ke kota. Ia selalu membayangkan bagaimana kota itu. Setelah memberikan uang ongkos perjalan kepada kenek bus, yang dilakukan Camila saat ini adalah mendengarkan musik melalui earphone yang tersambung dengan handphone android miliknya.
Ia menatap jalanan yang dilalui oleh bus yang ditumpanginya ini, dengan mendengarkan lagu dan mengenang masa lalunya.
Dulu Camila adalah seorang anak saudagar kaya didesanya. Ibunya sudah meninggal tepat setelah ia lahir. Oleh karena itu ayahnya menganggap ia sebagai pembawa sial. Sejak kecil Camila tidak pernah diberi perhatian oleh ayahnya itu, selalu pengasuhnya yang menatap ia iba.
Nenek dan kakekpun ia tak punya. Ada berita burung yang mengatakan bahwa ayah dan ibunya kawin lari, ibunya hamil duluan hingga keluarganya tak sudi mengganggapnya anak, dan banyak lagi.
Masih segar diingatkan Camila, ketika ia sudah pandai bicara dan sudah pantas untuk masuk taman kanak-kanak. Ia dimasukkan oleh ayahnya kesebuah asrama putri yang meluluskan siswanya hingga SMA yang langsung dibayar lunas. Bahkan ayahnya rela meninggalkannya di kampung orang.
Dan diasrama itulah ia bertemu dengan Lia sahabatnya. Mereka satu kamar, oleh karena itu mereka begitu dekat bagaikan saudara. Lia dititipkan disana hingga SMA karena orangtuanya sudah meninggal dan keluarganya masih ribut akan hal harta warisan.
Tepat ketika ia kelas dua menengah pertama, ia mendapatkan kabar bahwa ayahnya telah meninggal. Bahkan ia diberitahu setelah sebulan lamanya ayahnya meninggal oleh pengasuhnya yang datang sendiri ke asramanya.
Pengasuhnya bilang bahwa ayahnya sakit sakitan, dan terus berobat hingga ia bangkrut dan akhirnya meninggal.
Rasa sedih pasti ada dalam hati Camila, tetapi ia tak mau berlarut-larut dalam kesedihan. Ia pun belajar dengan sungguh-sungguh, menjadi anak paling pintar disana hanya agar kedua orangtuanya bangga melihatnya didunia yang lain. Dengan uang beasiswanya lah ia bisa membeli apapun kebutuhannya hingga saat ini.
Tepat setelah mereka lulus sekolah sebulan yang lalu, Camila dilanda kebingungan ia akan pulang kemana dan Lia -sahabatnya itu mengajak Camila untuk tinggal dirumah neneknya yang kini mengambil hak asuh Lia secara resmi.
Ya nenek Lia itu adalah si Mbok, walaupun baru kenal satu bulan ini Mbok memperlakukan Camila selayaknya cucu sendiri sama seperti Lia.
Dan disnilah Camila, diatas bus yang membawa dirinya menuju ke kota untuk mencari keberuntungannya...
Vote and Comment guys!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Bintang Pantura vs Mr. Arrogant
Romance"Bisakah kalian memberi waktu untuk kami bicara berdua?" Tanya Sam pada kedua orang yang nampaknya seorang make over dan manajer. Camila menatap pria dibelakangnya melalui cermin pun terkejut. Camila tidak akan melupakan wajah pria itu walaupun keja...