L I M A

7.7K 243 5
                                    

"Saya tidak mau tau, dokumen yang saya minta harus siap dalam 15 menit." Setelah mengucapkan hal tersebut, Samuel sang pria tampan, kaya dan sukses ini langsung pergi menuju ruangannya.

"Apa kau tidak kelewatan Samuel? Mereka itu karyawanmu, seharusnya-" "Karena mereka karyawanku seharusnya mereka harus cepat dan gesit setiap tugas yang diberikan. Aku memberikan mereka uang dan seharusnya mereka memberikan aku hal yang setimpal atas gaji mereka." Tukas Sam memotong ucapan sahabatnya itu.

"Arghh.. aku muak dengan ini semua." Eluh Sam sambil melonggarkan dasi kerjanya.

"Semuak apapun dirimu, ini adalah hidupmu bung. Semua harta yang tak akan habis seumur hidup cicitmu ini akan terus menempel padamu." Ujar Gabriel sambil terkekeh mengejek.

"Ingin rasanya aku menyuruh orang lain saja yang melakukan ini. Aku hanya perlu bersenang-senang dan menghabiskan uangku saja."

"Yaa tapi sayangnya tak ada orang yang membuatmu mempercayakan posisi ini. Apalagi kakekmu, beliau pasti akan sangat sensitif akan hal ini."

"Ya kau benar. Dia akan gila jika hartanya jatuh ke tangan yang bukan darah dagingnya sendiri. Tapi aku percaya padamu." Ujar Sam yang menyesap sampanye miliknya.

"Maaf bung, aku tidak tertarik dengan hidup bisnismu. Yayasan keluargaku sudah cukup untuk menggendutkan dompetku." Tolak Gabriel.

"Selalu seperti itu."

'Tok tok tok'

"Masuk."

'Cklek'

"Maaf pak saya ingin memberikan dokumen yang bapak inginkan." Sam hanya mengagguk sekali utuk persetujuannya.

Tak lama dari itu, sang sekretaris meletakkan sebuah dokumen di atas meja sang boss dan keluar ruangan setelahnya.

"Badan nya cukup berlekuk. Apa dia sudah pernah kau coba?" Tanya Gabriel pada temannya yang saat ini tengah fokus membaca dokumen yang baru sampai itu.

"Tidak. Dia bukan tipeku. Kau tau kan maksudku?" Gabriel tertawa lepas mendengar pertanyaan konyol teman kentalnya itu.

"Tentu aku tauu... kau suka gadis yang memiliki rambut indah bergelombang yang panjang bukan gadis yang selalu merapihkan rambutnya dengan diikat atau lainnya.."

"Kau suka gadis bermata bulat, bukannya biasa saja ataupun sipit. Kulit putih, bersih, mulus tanpa goresan, dan yang terpenting.."

"Tubuhnya sangat berleluk hingga membuatmu bertekuk lutut dihadapannya untuk memohon agar berkencan dan menidurinya."

"Kau benar." Balas Sam acuh.

"Jadi sudah berapa banyak yang kau temukan?" Tanya Gabriel.

"Tak banyak, hanya beberapa saja itupun mereka memiliki satu syarat yang kurang."

"Aku mengerti, aku mengerti.. bagaimana jika malam ini kita berburu?"

"Dimana?"

"Tentu di club biasa. Malam ini diwaktu yang sama."

"Tentu, jika aku tak sibuk."

"Ya ya terserah kau saja. Aku harus pulang untuk tidur nyenyak siang ini. Sampai jumpa kawan dan selamat berjuang!" Sam menyumpah serapahi temannya yang telah dulu kabur setelah mengucapkan hal itu.

Tak lama dari itu, telepon kantor miliknya berbunyi.

"Ya."

"Maaf pak, saya ingin mengingatkan bahwa sebentar lagi waktu makan siang. Bapak harus segera ke caffe X untuk membicarakan masalah pembangunan resort baru dengan NRF Crop."

"Ya baiklah, siapkan mobilku."

Sam bangkit dari kursi kebesaran yang telah ia duduki sejak 8 tahun lalu itu, dan melangkah keluar ruangan.

Semua karyawan menatapnya dengan kagum. Siapa yang tak kenal dengan pria tampan ini? Sejak usianya 23 tahun ia sudah menjadi seorang CEO disini hingga sekarang diusianya yang mendekati angka 30. Sudah jelas kemampuan bisnisnya tak usah diragukan lagi, karena sejak kematian ayahnya perusahaan ini merasakan jatuh bangun yang begitu kerasa.

Awalnya orang-orang tak percaya akan kemampuannya, menatapnya hanya dengan sebelah mata. Pemuda berumur 23 tahun yang menghabiskan masa sekolah dirumah dan kuliah diluar negeri itu benar-benar membuat orang yang awalnya mengejeknya kini menatapnya kagum. Berkat otak cerdas yang sudah S2 itu ia berhasil mengembangkan bisnis keluarganya yang sempat ambruk.

Sukses dan kaya itulah syarat utama menjadi menantu idaman. Apalagi jika ditambah dengan wajah tampan, Siapa yang akan menolak?

Tubuh tinggi semampai, badan proposional, bahu tegap, lengan kekar, dada bidang, rahang kokoh, hidung mancung, bibir tipis, rambut hitam lebat yang selalu ditata semaskulin mungkin, tatapan matanya yang tajam, serta kulit eksotis. Banyak yang bilang bahwa ia cocok menjadi aktor atau model karena tubuh dan wajah indahnya.

Malam pun tiba begitu cepat. Sam sudah berada diclub ini beberapa jam lalu. Entah sudah berapa banyak wanita yang terus menggodanya tapi ia tetap acuh dengan pikiran yang menerawang kemana-mana.

Sudah sepuluh bulan yang lalu, tetapi Sam masih mengingat detail peristiwa malam itu di tempat yang sama yaitu diclub ini. Gadis cantik dengan aroma yang tak pernah Sam lupakan. Bahkan wajahnya pun masih melekat erat di otak Sam.

Malam itu ia sangat menginginkan gadis tersebut untuk menjadi miliknya, tetapi ia lengah hingga gadis itu sadar dan lari meninggalkannya. Padahal waktu itu Sam sudah membayangkan bagaimana rasa indah di malam itu jika gadis itu tak pergi begitu saja. Lebih parahnya lagi gadis itu selalu menjadi objek fantasinya. Baik ketika ia melakukan dengan wanita lain, wajah gadis itulah yang muncul dalam pikirannya.

"Apa tidak ada yang menarik untukmu?" Tanya Gabriel yang sudah terduduk disebelah sahabat karibnya itu.

"Tidak. Aku masih memikirkan dia." Ujar Sam pelan tapi masih dapat didengar oleh Gabriel.

"Dia?? Siapa? Kau tidak pernah memberi tahuku tentang si dia itu." Ujar Gabriel.

"Ya tentu saja. Untuk apa aku memberi tahumu." Desis Sam.

"Ayolah kawan. Aku adalah sahabatmu, seharusnya kau memberitahuku siapa gadis yang sudah membuatmu tertarik seperti ini. Aku akan mecarinya untukmu." Ujar Gabriel dengan rasa penasaran yang berlipat.

"Aku tidak tahu dia itu siapa. Tepat sepuluh bulan yang lalu aku kemari dan bertemu dengannya. Ia masih terlalu muda dan sepertinya dia datang karena ingin bersenang-senang saja seperti remaja yang lain." Jelas Sam.

"Apa dia semenarik itu hingga kau terus mengingatnya?" Tanya Gabriel.

"Tentu. Apa kau ingat tentang tipe wanita impianku? Seperti itulah dia." Jelas Sam yang lalu menyesap wine miliknya.

"Apa kau sudah bertemu lagi dengannya setelah malam itu?"

"Tidak."

"Apa kau sudah berusaha mencarinya? Berkencan? Atau bahkan sudah menidurinya?"

"Tidak. Aku pikir ini hanya obsesi sesaat tapi hal ini masih berlanjut hingga hampir satu tahun lamanya."

"Apa kau akan segera mencarinya? Kalau begitu aku akan membantumu."

"Tidak perlu. Bahkan saat ini mata-mataku tengah mencari dimana keberadaannya. Sepertinya aku jatuh cinta.." Lirih Sam. Mata Gabriel berbinar senang mendengar perkataan yang lolos dari mulut sahabatnya itu.

"Benarkah kau jatuh cinta padanya?"

"Sepertinya iya, aku tidak faham apa yang kurasakan. Seperti yang kau tahu ini pertama kalinya untukku."

"Ah iya kau benar. Baiklah kalau begitu. Semoga beruntung dan semoga kau bisa hidup bahagia dengan wanita itu."

"Thanks bro."

Vote and Comment guys!!!

Bintang Pantura vs Mr. ArrogantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang