Bab 10

489 36 0
                                    

Jangan lupa vote dan komen yaaa.
🌟🗨️👈😶‍🌫️

Selamat membaca. 😍

***

"Napasku putus-putus, oh ...." Iranda berbicara seperti sehabis mengangkat beban berat.

"Tanganku pegal sekali, mengapa busur itu tidak bisa kecil? Menyesuaikan ukuran tubuh kita misalnya." cetus kesal Gricella.

Chloe memutar bola matanya malas. "Tidak usah berdrama, habis ini kita gantian, kalian yang sparing pedang berdu, aku akan memanah." katanya.

Iranda langsung bangkit, ia menatap Chloe dengan mata menyipit. "Kau tidak lelah?" tanyanya.

"Lelah, sama seperti kalian, tapi ayolah, kita seperti ini memiliki tujuan, ingat kan sebuah kata kiasan, berakit rakit dahulu, berenang renang ke tepian, bersakit sakit dahulu, bersenang senang kemudian." jawabnya.

"Kakak belum pernah mendengar kata-kata seperti itu sebelumnya Eve," sahut Leo, ia membaringkan tubuh Alaia di sebuah kasur tipis dan menjadikan pahanya sebagai bantal.

"Eh?" Chloe menoleh, ia menatap Zian yang juga menatapnya dengan alis terangkat, seolah bertanya, 'apa?'

"Anu itu ..." Chloe gelagapan, Iranda dan Gricella nampak terkikik kecil.

"Aku memang suka dengan kata-kata kiasan Kak, dia baru mengenalkan kata kiasan itu pada kami seminggu yang lalu," ralatny cepat.

Leo dan Zian hanya mengangguk tanda mengerti.

"Sudah mendingan?" tanya Zian, tangannya sendiri tadi bekerja mengipasi Chloe.

"Mm," jawab gadis seadanya.

"Aku dulu, sana hus hus." Iranda mendorong tubuh Chloe pelan, gadis itu langsung menyenderkan tubuhnya pada sang kakak setelah berhasil menyingkirkan Chloe.

"Ck." decak Chloe kesal. Ia memilih mendekati Gricella dan membaringkan tubuhnya di dekat gadis itu.

Lama berbaring, Chloe bangkit, mengambil minuman yang sudah di siapkan.

"Kak, dinginin," tukas Chloe, ia menyodorkan gelas minumannya di depan Zian. "Ah, tidak, bekukan." ralatnya ketika otaknya berubah pikiran.

Zian mengambil gelas di tangan Chloe, seketika jus jeruk di dalamnya berubah menjadi sedikit beku. "Jika benar-benar beku maka kau tidak akan bisa meminumnya." kata Zian sembari mengembalikan gelas itu pada Chloe.

Chloe hanya bergumam dalam diam.

"Ah ayo kita berlatih lagi," Gricella menyeletuk, gadis itu mengambil alih pedang kayu yang tergeletak di lantai.

Iranda beranjak, gadis kecil itu juga kembali berdiri, mengambil alih pedang kayu yang dia angkat tinggi. "AYOOO!" serunya.

Chloe menarik napas dalam, ia juga mengambil alih panah milik Iranda sebelumnya.

Sementara Leo dan Zian terkekeh melihat semangat keempatnya, Leo menunduk menatap adiknya yang pemalas itu.

"Aku tidak tahu mengapa Alaia suka sekali tidur, aku ingat Ibu dulu tidak seperti dia." desah Zian, kemudian tersenyum ketika mengingat seorang wanita cantik bermata hazel, mirip seperti Alaia, keduanya bak pinang di belah dua.

"Entahlah,  tapi jika dia tidak mau berlatih seperti yang lain pun tak apa. Itulah guna kita sebagai Kakaknya, melindungi, dan menjaga mereka dari segala bahaya." sahut Leo.

***

Matahari telah berganti, bulan pun berganti, kini matahari yang biasanya bersinar cerah tertutupi awan, hujan salju mulai turun. Terlihat Gricella sedang berlari mengejar Iranda di lorong istana.

Four Princess (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang