HAPPY READING
Mereka berdiri sejajar di depan gerbang tinggi sebuah kota. Tertulis di dinding kokohnya "Ibukota Frouthin", membacanya membuat Gricella menelan ludah gentar.
Seminggu terakhir setelah mengambil pecahan batu ketiga di Lembah Narnia, Iranda mengusulkan agar melanjutkan perjalanan menuju Ibukota Frouthin. Tempat di mana Issabela tinggal.
Awalnya, Chloe sempat menolak karena merasa ide cemerlang itu terlalu berbahaya. Namun sia mengerti apa maksud Iranda mengusulkannya, setelah dipikirkan, memang tidak seburuk perkiraannya.
Terkadang, tempat berbahaya adalah tempat teraman yang pernah ada. Dengan memasuki sarang lawan ini, mereka berharap dapat menemukan petunjuk tentang pecahan batu kristal terakhir.
Chloe menggenggam erat tangan Gricella, menguatkannya yang sedikit tak tenang. Chloe tersenyum, "Percayalah, kita akan segera pulang dan berkumpul dengan keluarga kita."
Gricella mengangguk, menyeka ujung matanya dengan kasar. Iranda dan Alaia mengangguk-angguk setuju, mereka serempak melangkah menuju kota besar yang ramai itu.
Kota ini identik dengan bangunannya yang berwarna putih, di mana-mana serba putih. Kios pedagang, rumah-rumah warga, bahkan hingga genting, jembatan, kursi panjang di pinggir jalan, kereta kuda, semuanya berwarna putih.
"Kota ini makmur sekali, udaranya segar, penduduknya ramah." Iranda tersenyum sambil melambaikan tangan ke arah seorang anak laki-laki yang tersenyum dan melambaikan tangan ke arahnya.
Mereka berjalan-jalan sambil melihat sekeliling. Penjaja manisan, coklat panas, roti, aksesoris, koran-koran, semuanya berseru-seru menawarkan barang dagangan mereka.
"Sisa berapa koin emas kita?" Alaia bertanya pada Iranda.
"Kita menghabiskan banyak sekali untuk membeli kuda. Astaga, mengingat bagaimana kuda itu mati sebelum genap setengah hari membelinya, aku sedikit menyesal mengeluarkan uang sebanyak itu." Iranda menepuk dahi, suaranya tidak bersemangat.
Alaia menghembuskan napas pelan, "Jadi sisa berapa?"
"Masih ada enam buah koin." Iranda menjawab setelah menghitungnya.
"Kita cari makanan murah di sekitar sini, perut kita lapar, kita butuh tenaga." Chloe berjalan lebih dulu.
Mereka menghampiri kedai roti dan coklat panas tak jauh dari tempat mereka berdiri sebelumnya. Jika diperhatikan, kedai ini tidak seramai kedai di seberangnya.
Mereka sama-sama menjual coklat panas dan roti. Dilihat dari posisinya saja, sudah jelas bahwa kedua kedai ini sedang bersaing.
Gricella menyapa pemilik kedai yang berdiri di depan pintu menyambut pelanggan. Setelah masuk, Alaia menunjuk kursi yang paling dekat dengan jendela.
Tempat duduk itu sangat strategis untuk menikmati jalanan Ibukota Frouthin yang ramai dan cukup tenang. iranda menyerahkan papan daftar menu kepada pemilik kedai.
"Kami memesan empat porsi roti panggang karamel dan empat cangkir cokelat panas." Iranda menunjuk daftar makanan paling bawah.
Itu yang termurah di antara yang lainnya, tapi melihat dari namanya, jelas sekali makanan murah ini memiliki kualitas rasa yang baik-baik saja, hanya saja mungkin perlu dicicipi dulu sebelum benar-benar menyimpulkan rasanya.
"Apakah kalian akan memilih hidangan penutup juga? Ini adalah daftar hidangan penutup paling baru milik kedai kami, juga yang paling murah di antara kedai-kedai lain." Pemilik kedai mengulurkan papan kecil yang berisi menu dessert yang katanya baru diluncurkan dan harganya murah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Four Princess (End)
AdventureNggak vote komen, masuk neraka jalur vvip kalian🙏 Baca 10 bab pertama dulu deh, seterusnya di jamin seru💋 ... CERITA INI TENTANG TRANSMIGRASI ... Evelyn, Alaia, Iranda dan Gricella adalah gadis yatim piatu yang sudah bersama di panti asuhan sejak...