HAPPY READING
Kesegaran mata air di bawah air terjun ini menenangkan hati mereka. Iranda duduk di atas batu dengan tubuh setengah terendam, matanya terpenjam menikmati suara air terjun yang kencang.
Alaia tampak sedang membersihkan lukanya, sesekali meringis menahan sakit, ada beberapa bekas luka yang belum benar-benar sembuh di tubuhnya.
Gricella menatap Alaia diam-diam, dia pasti menderita sekali sepanjang perjalanan ini. Luka-luka itu kebanyakan didapat saat di Kerajaan Elf, dia nyaris kehilangan tenaga karena dicambuk berkali-kali oleh kepala pelayan sialan di sana.
Sementara Chloe memejamkan mata dengan tubuh mengambang, wajahnya tampak tenang, namun sebenarnya, dia memikirkan banyak hal di kepalanya.
Dia tahu, mereka tidak bisa terus-terusan merasa tenang di air terjun ini. Beberapa saat lagi masih harus mencari petunjuk baru.
Hanya perlu satu langkah lagi untuk menyingkirkan para kaisar itu. Mereka hanya perlu menemukan pedang darah dan menyatukan empat pecahan batu kristal ini.
Bukan itu saja yang Chloe pikirkan. Ada satu pertanyaan yang belum pernah dia temukan jawabannya.
Bagaimana cara menyatukan kembali batu-batu ini?
Dalam situasi normal, pertanyaan itu sangat penting. Bagaimana pun, batu yang sudah terpecah tidak bisa kembali seperti sedia kala.
Pasti ada ilmu sihir atau suatu mantra yang bisa menyatukannya. Tapi, mantra atau sihir apa itu? Bagaimana mendapatkannya? Seperti apa?
Tiba-tiba Chloe tenggelam, air terciprat ke mana-mana, dia meronta berusaha menaikkan tubuhnya lagi.
"Tolong!" Chloe terbatuk, tubuhnya timbul tenggelam di air.
Alaia yang melihat itu, serta berada paling dekat dengan Chloe langsung berenang mendekatinya, tangannya dengan cepat menarik tangan Chloe yang mulao tenggelam ke dasar.
Kedua orang itu muncul di depan air terjun, Alaia mendudukkan Chloe di bebatuan besar, Chloe mengusap wajahnya yang pucat pasi.
Iranda dan Gricella mendekat dengan wajah panik. Astaga, tadi itu mengejutkan sekali.
"Eve, kau baik-baik saja?" Gricella dan Iranda bertanya cemas.
Chloe menggeleng pelan, "Kakiku tiba-tiba keram. Aku tidak bisa mengendalikan tubuhku hingga akhirnya tenggelam." Dia menatap Alaia yang duduk di sebelahnya. "Kali ini harus berterima kasih pada adik keduaku." Senyumnya merekah.
"Ah, kau mengejutkan sekali. Harusnya kubiarkan saja kau tenggelam." Alaia melambaikan tangan, dia mendongak dengan mata menyipit.
Dari dekat seperti ini, air terjun ini besar sekali, ujungnya bahkan tak tampak meski ia mendongak sampai nyaris terjungkal ke belakang.
"Airnya kencang sekali!" Iranda berseru tak kalah kencang, suaranya berusaha mengalahkan debum air yang kencang.
"Benar!" Alaia tertawa, menganggukinya.
Chloe hanya duduk di bebatuan sambil memijit kakinya perlahan, sesekali sudut bibirnya terangkat melihat keseruan dan tawa renyah adik-adiknya.
Iranda berenang paling dekat dengan air terjun, dia mengusap wajah, gerakan tangannya berhenti saat melihat sudut gelap di balik air terjun ini.
Sudut gelap itu tak tampak seperti batuan kasar di sekitar air terjun. Lebih terlihat seperti lorong sempit yang gelap. Iranda mencoba menyelam ke balik air terjun itu.
Ternyata benar. Di balik air terjun ini ada sungai kecil yang mengalir ke dalam ceruk sempit di balik air terjun. Tapi melihat sungai kecil yang mengalir deras dan beriak kencang, Iranda dapat menebaknya, sungai kecil ini dangkal namun panjang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Four Princess (End)
AdventureNggak vote komen, masuk neraka jalur vvip kalian🙏 Baca 10 bab pertama dulu deh, seterusnya di jamin seru💋 ... CERITA INI TENTANG TRANSMIGRASI ... Evelyn, Alaia, Iranda dan Gricella adalah gadis yatim piatu yang sudah bersama di panti asuhan sejak...