HAPPY READING
Kereta kuda berhenti di tepi hutan, ada aliran sungai kecil tak jauh dari tempat mereka berhenti, Arlando membawa adiknya ke sungai itu untuk membersihkan luka dan mengganti perban.
Leo dan Zian pergi mencari kayu bakar, hari sudah malam, memang sudah waktunya beristirahat, empat bersaudara itu meluruskan kaki, duduk melingkar di depan api unggun.
Mereka melamun, semakin larut dalam pikiran sendiri, telinga mereka mulai menangkap suara-suara dari jauh, riak air di sungai, suara katak, derik serangga, dan desau angin malam yang dingin.
"Iranda, bukankah tadi kau bilang sudah mengingat alur novel itu?" Gricella membuka obrolan.
Iranda mengangguk, dia melirik Arlando yang sudah selesai mengganti perban Arandela, kakak-beradik itu akan segera kembali berkumpul di perapian bersama mereka.
"Nanti akan kuceritakan, kita meminta jatah jaga saja, berempat, supaya ada waktu untuk menjelaskannya."
Chloe mengangguk, "Ide bagus, Adik." Tangannya bergerak menepuk-nepuk pundak Iranda.
Tak lama, Arlando menuntun adiknya duduk bergabung bersama mereka, ia mengambil posisi duduk di samping Chloe.
Gadis itu refleks bergeser, Arlando menatapnya lembut, lalu menggeser duduknya sedikit menjauh, mungkin Chloe merasa terganggu.
"Ehm!" Iranda berdeham pelan, dia menyikut lengan Alaia di sampingnya, menunjukkan bahwa akan ada pertunjukan bagus di depan mereka.
Alaia melotot tak terima, membuat Iranda memasang ekspresi kesal, "Kau sungguh tidak mengerti?" dia berbisik geram di telinga Alaia.
"Tidak mengerti apa?" Alaia berseru kesal.
Gricella langsung menutup mulutnya, lalu menyeringai lebar menatap Arlando yang kebingungan dengan tingkah mereka.
"Kenapa, Putri?" Putra Mahkota itu bertanya.
"Hehe …," Gricella menyeringai lebar, "Tidak apa, Alaia mungkin mengigau karena tidak sopan, jadi aku menutup mulutnya."
Chloe berdecih mendengar alasan itu, ia tahu mereka sedang menggodanya, maniknya beralih menatap Alaia, gadis itu masih pucat sekali. "Bagaimana keadaanmu akhir-akhir ini, Alaia?"
Alaia mengangguk, "Aku baik."
Arandela memeriksa nadi gadis itu, dia menyadarinya, sejak pertama bertemu, gadis ini tampak sedang kurang sehat.
"Kamu terkena penyakit dingin?" tanya Arandela.
Chloe mengangguk, "Apakah ada pedesaan atau perkotaan di dekat hutan ini, Putri?"
"Seharusnya ada, memangnya kenapa?"
"Saat di Kastil Terbengkalai, aku ingin meminta seduhan teh hijau dan madu untuk mengobati Alaia, tapi setelah melihat Putra Mahkota Arlando menyediakan makanan, aku menebak di tempat itu memang tidak ada madu dan teh hijau, jadi sepertinya harus mencarinya di tempat lain, mungkin di desa atau kota di dekat sini ada."
Arlando menggeleng, "Teh hijau itu benda berharga di kerajaan kami, Putri. Hanya orang berstatus bangsawan yang mampu membelinya. Jadi, teh hijau mungkin hanya ada di kota-kota besar di kerajaan kami, besok pagi, setelah melewati hutan sedikit lagi, kita akan tiba di Ibu Kota Archie. Di sana, kita bahkan bisa membeli obat yang lebih berharga dari madu dan teh hijau untuk menyembuhkan penyakit dingin Alaia."
Chloe tersenyum penuh penghargaan, "Terima kasih, Putra Mahkota."
"Tentu saja, sama-sama." Arlando tersenyum membalasnya, matanya menatap Chloe sangat dalam, penuh arti. Arandela menggeleng pelan. Benarkah kakaknya sudah jatuh cinta pada pandangan pertama?
KAMU SEDANG MEMBACA
Four Princess (End)
AdventureNggak vote komen, masuk neraka jalur vvip kalian🙏 Baca 10 bab pertama dulu deh, seterusnya di jamin seru💋 ... CERITA INI TENTANG TRANSMIGRASI ... Evelyn, Alaia, Iranda dan Gricella adalah gadis yatim piatu yang sudah bersama di panti asuhan sejak...