Bab 36

294 23 0
                                    

HAPPY READING

Ceklek!

Chloe, Iranda dan Gricella memasuki ruangan tempat dimana Alaia di obati, gadis itu nampak tengkurap di kasur.

Mereka menatap luka-luka Alaia yang sudah di obati, namun gadis itu masih belum sadarkan diri.

"Mengapa kalian kemari?" tanya Izekiel, ia bangkit dari duduknya berjalan menghampiri ketiga saudari itu.

"Kami ingin melihat keadaan Alaia Yang Mulia," jawab Chloe, ia berjalan mendekati ranjang Alaia dan duduk di kursi, tempat duduk Izekiel sebelum nya.

Membawa dua gadis lainnya duduk di sofa, Izekiel menatap Iranda dan Gricella bergantian.

"Bagaimana cerita lengkapnya Nona, mengapa kalian bisa di penjarakan dan di hukum oleh kepala pelayan?"

Gricella melirik sekilas ke arah Alaia, kemudian berganti menatap Iranda. Sedikit lama hening dan diam, akhirnya gadis itu buka suara. "Awalnya kami ingin pergi melihat-lihat istana ini Yang Mulia, bertiga..." tuturnya, ia tidak menjelaskan bagian mereka yang bertengkar di lorong istana.

"Tapi di perjalanan kami mendengar dua orang pelayan yang membicarakan kami. Awalnya kami hanya diam, tidak ingin menanggapi lebih jauh. Namun... Perkataan pelayan itu semakin buruk, aku menghampiri mereka menegur dan memperingatkan, bahwa apa yang mereka katakan tidaklah seperti kenyataan."

Kening Izekiel mengernyit, "memang mereka mengatakan apa?"

Gricella menarik napas dalam. "Mereka mengatakan jika kami adalah penyusup, bangsa kami bangsa rendahan, berpura-pura lemah hanya untuk menarik simpati anda. Keadaan semakin runyam ketika mereka menyadari manik hazel milik Alaia, pelayan itu berkata jika manik hazel Alaia adalah manik palsu, sengaja masuk ke istana untuk menyusup, mereka mendorong Alaia dan kami berdua,"

"Hingga pelayan itu memerintahkan para pengawal untuk menyeret kami ke penjara, sangat meyakini jika kami adalah penyusup. Aku tidak tahu dari mana ia bisa menyimpulkan hal itu, bahkan berani mengambil keputusan di luar perintahmu." jelas Gricella.

"Lalu seperti yang anda lihat tadi, pelayan itu menghukum kami, bahkan mencambuk Alaia berkali-kali dan berniat mencongkel matanya untuk membuktikan jika kami adalah penyusup," sambung Iranda.

"Beruntung anda datang lebih cepat, jika tidak..." gadis berambut pink itu menggantung perkataan nya, tak bisa di bayangkan jika Izekiel telat sedetik datang tadi. Mungkinkah nasib Alaia akan lebih buruk dari pada ini.

Keadaan hening saat Iranda dan Gricella selesai menjelaskan. Izekiel diam, namun maniknya menatap ke arah Alaia.

"Apa saudari kalian itu keturunan Elf?" tanya Izekiel, ia kembali mengalihkan atensinya terhadap dua gadis di hadapannya ini.

"Tidak tahu, karena kami semua tumbuh di bawah asuhan Ayah, tanpa Ibu. Mereka pergi selamanya usai melahirkan kami." sahut Chloe, gadis itu berbicara sembari memutar arah tubuhnya, menjadi menghadap ke arah tiga orang itu, akan tidak sopan jika ia berbicara dengan membelakangi seorang raja.

Izekiel mengangguk mengerti. "Seharusnya manik hazel nya sudah menjelaskan jika saudari kalian itu bagian dari kami. Namun... Telinganya berbeda, untuk itu kepala pelayan sangat meyakini jika kalian penyusup, manik hazel namun telinga biasa, tidak runcing. Itu belum pernah terjadi sebelum nya,"

"Jika Elf menikah dengan seorang manusia biasa pun maka anak mereka akan mengikuti salah satu gen mereka, bukan keduanya." jelas Izekiel.

"Kalian sudah makan?" kata Izekiel lagi.

"Sudah Yang Mulia," jawab Iranda.

"Istirahatlah Nona, luka-luka kalian belum sepenuhnya sembuh, ditambah kejadian tadi. Aku meminta maaf atas kejadian ini, akan ku pastikan kejadian seperti ini tidak akan pernah terulang kembali ke depannya," tuturnya dengan senyum lembut.

Four Princess (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang