Bab 21

373 30 4
                                    

HAPPY READING

"Ah, hehe." Iranda tertawa pelan, ia paham maksud perkataan Alaia.

"Kita akan bergabung dengan dirinya nanti?" tanya Chloe.

Alaia mengangguk. "Kan aku bilang ikuti alur nya saja, kita tidak tahu apa yang akan terjadi ke depannya, lebih enak jika kita seorang peramal, tapi sayangnya kita bukan peramal." jawab Alaia dengan kekehan kecil.

Ketiga gadis itu diam. Benar, mereka tidak tahu apa yang akan terjadi kedepannya, mereka juga tidak bisa asal menebak, ini sama seperti 'maju salah, mundur juga salah'

"Aku mengantuk," Gricella menyeletuk, Chloe beralih menatap nya.

"Sepertinya sekarang sudah tengah malam atau mungkin lewat, kita gantian, aku tidak ingin besok malah mengantuk." ujar Chloe, ia bangkit untuk membangunkan empat orang lainnya.

Iranda segera berlari, gadis itu mendorong Chloe ke arah Arlando, membuat gadis itu melotot tajam.

"Hehe, kau bangunkan dia saja, biar Arandela aku yang membangunkannya." ucap nya.

"Ah~" kepalanya menoleh, menatap Gricella. "Kau bangunkan Kak Zian." lanjut nya dengan mata berkedip ke arah Gricella.

Dasar gila, batin Gricella.

Tiga orang lainnya bangun -Leo.

Arlando berkedip ketika mendapati wajah cantik Chloe. "Sudah tengah malam ya?" tanya nya.

"Iya Pangeran," 

Arlando mengangguk, ia mengalihkan pandangannya ke arah Arandela, Chloe tidak aman untuk jantungnya.

"Ah, Pangeran Leo belum bangun?" celetuk Arandela, membuat yang lain menatapnya.

Iranda menahan tangan Zian yang hendak membangunkan Leo, ia tersenyum manis sembari bergelayut manja di lengan Kakak keduanya itu.

"Dia tidak akan bangun jika bukan Alaia yang membangunkannya," cetusnya membuat saudaranya yang lain menganga tak percaya.

Sejak kapan Leo seperti itu? Mungkin kira-kira seperti itulah isi pikiran mereka.

"Ah, begitu." balas putri Avaloria itu sembari menatap Alaia dan Leo bergantian.

"Sejak kapan?" Alaia bergumam, ia melirik Iranda. "Drama sekali," lirihnya dengan dengusan kecil.

"Kak, bangun." katanya dengan tangan menepuk pipi Leo pelan.

"Kak Leo, wake up." bisiknya, ia tak ingin dua saudara dari Avaloria itu mendengar bahasa asing nya, di mana bahasa itu perlu bertahun-tahun bagi seseorang untuk mempelajarinya.

Manik cerulean itu perlahan terbuka, ia melihat Alaia dan mengelus pipi gadis itu lembut. Di mana hal itu, spontan membuat Alaia sedikit menjauh.

"Bagaimana keadaan mu Ala?" tanya nya, ia beralih menggenggam tangan gadis itu, dingin. Itu yang Leo rasakan.

Energi hangat mengalir, membuat Alaia merasa nyaman.

Sampai kapan ia harus bergantung seperti ini?

"Tidurlah, istirahatkan tubuhmu, Alaia." katanya lembut, ia tersenyum manis.

Four Princess (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang