Bab 29

290 26 0
                                    

HAPPY READING

"Pelankan langkah kalian," lirih Leo, ia menoleh menatap yang lainnya.

"Kau baik-baik saja Ira?" tanya Leo pada Iranda.

Iranda tak menjawab, tapi gadis itu mengangguk sebagai respon.

Di balik semak belukar, mereka melihat hal yang bahkan lebih menjijikkan. Arandela hampir berteriak, namun mulutnya lebih dulu di bungkam Gricella. Putri kerajaan Avaloria itu terduduk lemas dengan tubuh bergetar dan berkeringat dingin.

"Kali ini bukan Iranda yang mual tapi aku," lirih Gricella, ia berbalik, memunggungi pemandangan itu.

Sekitar lima langkah tak jauh dari mereka bersembunyi, ada beberapa kepala manusia yang amat sangat mengerikan.

Wajah yang hancur karena luka sayatan, kedua bola mata yang seperti di tusuk-tusuk berkali-kali, mulut yang robek hingga ke telinga dengan lidah yang menjulur keluar.

"Pelankan langkah kaki, kita menjauh dari sini, putar ke kanan, kita tidak bisa meyusuri sungai Heera kembali." ucap Leo yang membuat semuanya mengangguk.

Mereka kembali berjalan, belok ke arah kanan, memasuki hutan yang lebih rimbun. Leo menahan lengan Alaia cepat.

Gadis itu hanya menaikkan satu alisnya, mengisyaratkan tanya.

"Kau menjauhi Kakak?"

"Tidak, mengapa aku harus menjauhi Kak Leo."

Leo terdiam.

"Benar," ia melepaskan cekalan nya.

Alaia hanya menatapnya bingung. Tak ingin ambil pusing ia berjalan menyusul saudarinya.

Langit semakin cerah dengan sinar orange yang menyinari. Siang berganti sore, dan sore berganti malam.

"Kita istirahat di sini dulu," kata Leo, ia berjalan ke arah dua pohon kembar yang rindang.

Mengikuti langkah Leo, mereka duduk di sana, menyenderkan tubuh-tubuh yang lelah karena perjalanan yang tiada henti.

"Aku lelah sekali," lirih Iranda, gadis itu memejamkan matanya.

"Aku haus," cetus Chloe di angguki yang lain.

"Sejauh ini kita belum menemukan sungai kecuali sungai Heera tadi." ujar Alaia.

Mereka terdiam, Alaia ikut memejamkan mata, bukan untuk tidur melainkan Alena memanggilnya.

"Ada apa?" tanya Alaia, ia menatap Alena bingung.

"Entahlah, tapi perasaan ku tidak enak." jawab Alena.

Peri itu ikut duduk, ia menatap Alaia. "Aura hutan itu sungguh pekat," ia mengeluarkan sesuatu dari tangannya.

Sesuatu seperti permata, berwarna hijau.

"Pecahkan ini jika terjadi sesuatu, ini akan menyelamatkan kalian." katanya.

Alaia mengambilnya. "Terimakasih, Ale." ucapnya yang di angguki Alena.

Alaia memejamkan matanya untuk kembali dari alam bawah sadarnya.

"Alaia bangun, ayo lari."

Alaia tersentak, ia langsung bangkit mengikuti tarikan Chloe.

"Ada apa?"

"Makhluk-makhluk menjijikkan itu datang dalam jumlah yang tidak sedikit, ada juga orang-orang berjubah hitam dengan lilin di tangan mereka." jawab Chloe.

Alaia melihat ke belakang, benar, mereka mengejar.

Kembali fokus berlari, namun langkah mereka terhenti ketika orang-orang berjubah hitam itu berada tepat di depan mereka.

Four Princess (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang