Bab 39

286 21 1
                                    

HAPPY READING

Memasuki sebuah kamar yang sudah mereka pesan, keempat nya menatap sekitar kamar itu dengan lamat. Cukup nyaman dengan kasur besar. Iranda dan Gricella langsung saja mendudukkan tubuh mereka di sofa dekat dengan perapian.

"Ini seperti hotel vvip jika di dunia kita dulu," cetus Iranda, ia membuka jubahnya. Gadis cantik itu menyandarkan tubuhnya pada sandaran sofa.

Gricella bergumam menyetujui. Sementara Chloe dan Alaia melihat dari sisi balkon, yang langsung di hadapkan dengan pemandangan desa, rumah-rumah warga semuanya nampak, semua aktivitas mereka, bahkan anak kecil yang berlari bermain pun ada.

Tapi satu yang janggal dan tidak enak untuk di pandang, anak-anak kecil yang bermain dengan riang itu semuanya berjenis kelamin laki-laki, tidak ada perempuan.

"Yah, mau berharap apa dengan dunia ini." kekeh Gricella, ia ikut melihat pemandangan itu, berdiri di samping Alaia yang menatap lurus ke depan.

"Suasananya tampak normal, namun ada kejanggalan." ucap Chloe, gadis itu tersenyum miris.

Ingatan nya melayang saat mereka kecil, pertama kali berpindah jiwa, bermain riang, melakukan apa pun yang mereka suka,  berlarian dan saling menjahili, nampak tidak seperti dunia yang penuh dengan peraturan aneh.

"Aku rindu Ayah," kata Chloe lagi dengan lirih, setetes cairan bening tanpa sadar jatuh membasahi pipinya.

"Aku tidak tahu bagaimana nasib kita jika berpindah jiwa ke raga putri lain, atau menjadi rakyat biasa," ia menoleh, menatap Alaia dan Gricella yang juga ikut menatapnya. "Mungkin kita tidak akan seperti sekarang, menjadi Putri Raja Kalla merupakan hal yang aku syukuri. Kasih sayang seorang Ayah pertama kali aku rasakan selama hidup, akhirnya aku dapatkan di sini."

"Aku tidak menyesal jika harus mengorbankan jiwa dan ragaku demi keadilan dunia ini, hal yang selama ini aku inginkan sudah aku dapatkan," gadis itu menunduk, ia meremat kuat pangar pembatas yang terbuat dari kayu kokoh. "Meski masih tanpa kasih sayang seorang Ibu, tapi ada pengganti mereka, Kak Leo dan Kak Zian."

Angin berhembus, matahari sudah mencapai titik tenggelamnya, lampu-lampu dari obor mulai di nyalakan bersama dengan lampion-lampion di setiap rumah.

Ketiganya diam, lama tanpa pembicaraan setelah perkataan terkahir Chloe.

Iranda datang ikut bergabung, ia berdiri di samping Chloe, gadis itu tersenyum tipis melihat saudari-saudarinya.

"Aku juga, sama dengan mu Eve. Dari kalian aku yang terbilang nakal dan ceroboh, tapi Ayah maupun Kak Leo dan Kak Zian tidak pernah memarahi kita, hanya menegur dengan kata yang sangat mudah kita pahami," ia tertawa kecil. "Meski kadang aku merasakan takut saat mendengar nada dingin Ayah." lanjutnya.

Keempatnya tertawa bersama saat mengingat bagaimana kelakuan mereka yang bahkan melebihi putri-putri yang asli dulu. Pertama kali pindah jiwa dan dunia, terlebih dunia yang sangat berbeda, menjadi putri seorang raja membuat mereka kadang sedikit nakal.

Tapi meski begitu, hal itulah yang menjadi kenangan paling di rindukan sekarang. Saat terpisah jarak, dimana nasib mereka masih di tengah-tengah.

Antara hidup dan mati.

"Tubuhku lengket, aku ingin membersihkan diri terlebih dahulu." ujar Chloe, ia segera berbalik dan memasuki kamar mandi.

"Harus mengantri, habis ini aku!" seru Gricella semangat, ia segera berlari berniat menunggu di depan pintu kamar mandi. Namun hal itu sudah di dahului oleh Iranda, gadis berambut pink itu menoleh, ia menatap Gricella remeh.

"Aku duluan Tuan Putri, kau terlambat." katanya sembari menjulurkan lidah, bermaksud mengejek Gricella.

"IRANDAAAAA."

Four Princess (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang