Pelacur, wanita penghibur, murahan, atau apapun yang orang lain sematkan padanya tak membuat gadis itu menyesali keputusannya. Awalnya seperti itu, sampai dimana dirinya bertemu dengan sosoknya yang bagai hutan luas. Memberikan kesan tenang diawal...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Apa yang akan kita lakukan jika saja Suamimu mengetahui bahwa wanita ini terbunuh?"
"Itu tidak akan terjadi—kecuali kau yang memberitahunya"
"Ku dengar dia memiliki anak perempuan berusia 13 tahun"
"Entahlah, aku tak peduli"
Carensa memejamkan matanya. Percakapan antara Ibunya bersama orang yang tak dikenal olehnya ketika berusia tujuh tahun kembali mengganggu dirinya. Setahun sebelum kejadian itu, Ibunya jauh-jauh datang ke tempat ini dan ikut serta membawanya menemui ayahnya hanya untuk menculik serta membunuh seorang musisi pribumi yang dianggapnya sebagai penggoda. Wanita cantik pemilik suara merdu dan rupa ayu itu berhasil menarik perhatian para tentara Belanda.
Carensa tak tahu kebenarannya. Sampai saat ini ia bahkan tak mengetahui siapa yang salah. Apakah ibunya yang salah paham, ayahnya yang berselingkuh, atau memang wanita itu yang menggoda Ayahnya.
Namun satu yang pasti, wanita itu memiliki seorang anak perempuan yang berjarak enam tahun lebih tua darinya. Carensa tak mengetahui dimana keberadaannya sekarang, bahkan ia pun telah melupakan rupanya. Gadis remaja itu cantik, sedikit mirip dengan Ibunya yang seorang penyanyi. Namun dia lebih lembut dan penurut. Carensa bisa meyakini jika gadis itu tak akan mengikuti jejak ibunya yang seorang penghibur.
Lalu- Carensa juga mengetahui bahwa dia merupakan teman masa kecil suaminya sejak pria itu berusia tujuh tahun. Dimana kala itu Carensa baru berusia enam tahun, dan baru pertama kali menginjak tempat dimana ayahnya bekerja. Carensa tak begitu lama ada di tempat ini, ia kembali bersama ibunya ke tempat kelahirannya setelah kematian wanita selingkuhan ayahnya, lalu baru kembali tak lama setelah ayahnya memberitahu akan menikahkannya dengan seorang pengusaha sekaligus tentara di tanah Hindia Belanda.
Mengingat tentang pria yang dinikahinya, Carensa menatap Lart yang berkunjung ke rumah mereka hanya untuk sekedar berganti pakaian sebelum kembali pergi seperti sebelum-sebelumnya.
Menghela kasar, Carensa tak bisa memprotes meski ia merupakan istri sah pria itu. Tak masalah jika memang Lart lebih senang menghabiskan waktu bersama selingkuhannya, tapi Carensa akan pastikan bayi itu akan menjadi miliknya begitu terlahir nanti. Tentu Lart tak bisa menentangnya. Jika pria itu menentang untuk menjadikannya ibu sah dari anaknya, itu sama seperti tak mengakui keberadaan anaknya. Lart harus melakukannya demi memberikan hak pada anaknya nanti. Bagaimanapun istri sah Lart hanya satu, dan itu dirinya.
"Kau akan kembali pergi?" basa-basi Carensa bertanya.
Lart hanya menatapnya sekilas. "Harusnya kau sudah mengetahuinya," balas dingin pria itu tak cukup membuat Carensa merasa sakit hati, seolah perkataan Lart barusan bukan suatu hal yang baru baginya.
"Dulu kamu membenci Ibumu yang justru kabur bersama pria pribumi, tak lama setelah datang ke tanah ini. Lalu kini kau justru berselingkuh dengan gadis pribumi rendahan. Kalian ternyata benar ibu dan anak," ucap Carensa mengolok Lart yang tak begitu memedulikannya dan memilih pergi.