25. Teringat "Dia"

2.7K 242 45
                                    

Lart, pria yang selalu menjadikan logika sebagai kompas hidupnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lart, pria yang selalu menjadikan logika sebagai kompas hidupnya. Semua tindakannya selalu didasarkan pada akal sehat, seolah emosi hanyalah hiasan yang tak layak dipertimbangkan. Namun, kehidupannya berubah semenjak kehadiran Widari, seorang gadis yang awalnya hanya ia anggap sebagai alat pemuas nafsu. Entah sejak kapan, gadis itu mampu menyelinap ke dalam ruang-ruang hatinya yang selama ini ia tutup rapat. Setiap interaksi dengannya membuat Lart kehilangan kendali atas logika yang selama ini menjadi bentengnya. Kini, perasaan yang ia coba abaikan justru mendikte langkahnya.

Malam itu, amarah Lart memuncak. Saat ia mengetahui bahwa Widari berusaha menggugurkan anak yang sedang dikandungnya—keturunannya, terlebih ketika gadis itu dengan berani menjawab perkataannya. Amarah membakar dirinya hingga tangan Lart, yang biasa hanya memegang pena atau senjata, melayang keras ke wajah gadis itu. Sebuah tamparan yang tak hanya menyakiti Widari, tetapi juga meninggalkan jejak rasa bersalah yang menusuk dalam dirinya. Wajah gadis itu—wajah yang pernah membangkitkan gairahnya, kini menyisakan rasa pahit yang tak ingin ia lihat.

Lart teringat kembali pertemuan pagi tadi, sebelum mendatangi rumah utama, bertemu dengan istrinya yang jauh-jauh dari tempat asalnya untuk menikah dengannya yang tinggal di negeri jajahan, istri yang tak pernah ia anggap keberadaannya. Pagi itu Widari tampil berbeda—berani dan penuh perlawanan. Gadis itu sengaja menunjukkan penampilan yang menantang otoritasnya. Saat itu, Lart hanya mampu tersenyum kecut, menyadari bagaimana Widari, dengan segala keberaniannya, kini menjadi ancaman pada egonya yang selama ini tak pernah tergoyahkan.

Dini hari, di kamar sepi, Lart menatap ranjang di sudut ruangan. Gadis itu kini terbaring, entah tertidur atau pingsan akibat perlakuannya tadi. Lart tidak peduli. Yang jelas, ia telah memastikan tidak ada tanda-tanda pendarahan setelah ia memaksa Widari untuk tetap tinggal bersamanya. Tapi jauh di dalam hati, ia tahu bahwa rasa tak pedulinya adalah kebohongan besar. Ia hanya berusaha menghindar dari perasaan bersalah yang kian menggumpal.

Tatapannya terlempar jauh ke luar jendela di dekat pintu utama, begitu keluar dari ruangan tersebut. Namun, pikirannya tertambat pada kenangan masa lalu. Ada sesuatu tentang Widari yang terus membayanginya. Sesuatu yang membuatnya teringat akan seseorang yang dulu ia kenal—seseorang yang begitu mirip dengan Widari, terlebih dengan penampilan baru gadis itu tadi pagi. Kenangan itu mengaburkan batas antara masa lalu dan masa kini, membuat Lart bertanya-tanya, apakah ini hanya sekadar kebetulan yang terlalu kejam? Tentu bukan sebuah kebetulan. Tak ada yang salah dari kemiripan yang mereka miliki, tentu saja, karena bibit akan mengikuti tanaman aslinya.

Lart tak pernah menyangka bahwa hidupnya akan terjalin dengan benang takdir yang begitu rumit. Tidak—dirinya tertarik pada gadis itu bukan saat pertemuan pertama mereka di tepi sungai yang jernih, bukan pula ketika kehadiran Widari di ladang pertanian yang berdebat dengan seorang pedagang curang. Lebih dari itu, ada sebuah kisah tersembunyi yang menancap dalam dirinya, jauh sebelum gadis itu hadir sebagai sosok remaja cantik yang kini berada di sisinya.

BUN𝖦A PRIBUΜI |ᴅɪғғᴇʀᴇɴᴛ ʙʟᴏᴏᴅ| [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang