17 : Everyday

359 31 2
                                        

Kejadian beberapa hari yang lalu, masih teringat jelas. Saat itu, Jia tidak mendapati Haechan disana setelah keluar dari kamar mandi. Jia merasa lega untuk sesaat.

Hanya sesaat. Buktinya sudah lewat beberapa hari, Jia masih malu mengingat kejadian hari itu.

Malam ini adalah hari dimana para dancer melakukan pertunjukan.

Semuanya sudah siap dan menunggu acara di mulai.

"Selamat malam semuanyaaaaa!" teman mereka yang bertugas sebagai MC, membuka acara tersebut. Dia berdiri di hadapan semua teman-temannya yang duduk di lantai.

"Malaaaammm!" semuanya balas berseru.

Ketika MC itu tengah mengoceh, Jia menoleh ke belakang.

Jeno belum datang.

Jia berharap dia tidak datang bersama Haechan. Ia belum bertemu dengannya lagi sejak hari itu.

Sebenarnya... ia sendiri yang menghindarinya. Jia sampai sengaja mengubah sandi rumahnya dan menginap di rumah Misoo. Dan sebisa mungkin, ia tidak bertemu dengannya di perusahaan. Kebetulan juga Haechan tidak menghubunginya lewat ponsel. Mungkin dia masih syok oleh kelakuannya.

Sungguh, Jia belum ingin bertemu dengannya. Ia tidak ingin mengatakan apapun tentang aksi gilanya yang berani menciumnya.

Penampilan grup pertama telah dimulai. Seluruh ruangan berseru heboh menyoraki teman mereka.

Sorakan meriah mengiri gerakan dance mereka yang sangat keren. Jia tertawa menikmati pertunjukan temannya yang tengah tampil.

Disaat tengah asik menonton, terdengar sorakan heboh dari belakang. Jia reflek menoleh kebelakang. Disana, Jeno, Haechan, Mark dan Jisung datang ke ruangan tersebut.

Oh shit!

Kenapa ada Haechan?!

"Omoo, mereka menonton kitaa."

"Akkhh, aku jadi nervous,"

"Gila. Mereka sangat tampan."

Seruan lirih teman-temannya, bisa Jia dengar.

Saat matanya tak sengaja bertemu pandang dengan Haechan, Jia langsung memutar cepat badannya menghadap depan. Ia merasakan detakan jantungnya bekerja semakin keras.

Jia tidak ber-ekspektasi Haechan akan datang bersama Jeno.

Aigoo...

Jia merinding. Merasakan dingin di area punggungnya. Ia merasakan tatapan seseorang hampir melubangi punggungnya.

Lewat bahunya, Jia melongok ke belakang.

Degh.

Laki-laki yang tengah meminum kopi dingin itu, terus menatapanya dengan hunusan tajam.

Sontak saja Jia langsung duduk tegak menghadap depan.

Abaikan, abaikan, abaikan!

Jia kembali menikmati pertunjukkan temannya. Berusaha tidak menganggap orang yang duduk di sofa bersama tiga temannya itu. Ia harus tampil baik hari ini.

"Jiaa, Jiaa, Jiaaa!!!!"

"Misooo, Misooo, Misooo!!!"

Semua teman-temannya menyoraki Jia dan teman grupnya yang hendak tampil. Ada enam orang yang tampil bersamanya, termasuk Misoo.

"Oke, oke, terimakasih teman-teman..." Misoo melambaikan dua tangannya layaknya idol yang tengah menyapa fans nya.

Jia tertawa dan memukul ringan punggung temannya.

POISON [COMPLETED] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang