31. Reset

1.9K 48 10
                                    


~~~


Sesuai dugaan buruk Kalana sebelumnya, satu minggu setelah ia dan Ceilo kembali ke Jakarta, semuanya kembali seperti semula. Sosok Ceilo saat mereka berada di Bali musnah, lenyap begitu saja seolah tak pernah ada.

Ceilo yang menatap Kalana dengan penuh cinta, kalimat pujian yang keluar dari mulut Ceilo untuk Kalana, mengakui Kalana sebagai kekasih kepada banyak orang, melakukan banyak hal selayaknya seorang pasangan, semua itu hilang tak berbekas. Hanya tinggal kenangan yang memupuk sakit Kalana semakin dalam.

Kalana rasanya benar-benar ingih mengajak Ceilo pindah ke Bali agar hubungan mereka sebagai sepasang kekasih menjadi utuh, layak, tanpa adanya orang ketiga.

Setibanya mereka di Jakarta, satu minggu pertama Ceilo masih memperlakukan Kalana dengan cukup baik namun tadi pagi seolah lelaki itu kembali pada pengaturan awal, Ceilo tak menggubris kehadiran Kalana.

Ceilo bertelpon mesra dengan Keisya dihadapan Kalana saat mereka tengah sarapan, mengabaikan keberadaan Kalana bahkan tak bicara satu patah kata pun. Hal semacam ini sebenarnya memang sudah dipersiapkan Kalana namun gadis itu tak menyangka bahwa kekasihnya akan kembali bersikap abai padanya dalam waktu singkat, hanya satu minggu setelah kepulangan mereka dari Bali.

Hanya satu minggu setelah semua kenangan manis yang mereka ukir di Bali.

Hancur lebur, berkeping-keping, luka yang semakin menganga, mencintai sosok Ceilo terlalu melelahkan bagi Kalana namun entah kenapa ia masih sanggup menahannya. Mungkin suatu saat nanti akan datang waktunya dimana batas kesabaran Kalana habis, dimana batasnya untuk menahan rasa sakit layaknya seorang manusia akan menipis, pasti ada waktunya, Kalana yakin itu.

Getaran ponsel pada tangan Kalana yang baru ia ambil dari loker tempat kerjanya semakin menghancurkan Kalana, padahal ia sudah cukup lelah setelah seharian kuliah kemudian dilanjut dengan pekerjaan paruh waktu yang harus ia jalani demi menyambung hidup.

Baru saja Kalana berpikir ingin segera mengistirahatkan diri setelah giliran shift kerjanya baru selesai 10 menit lalu, ia sedang bersiap-siap untuk pulang ketika mendapati satu pesan dari Ceilo.

Ceilo
Lan, lo jangan pulang dulu. Keisya lagi di apart gue, terserah lo mau kemana malem ini. Tunggu gue ngechat lo lagi baru lo boleh pulang.

Pesan itu masuk pada ponsel Kalana pukul 19.15 malam dan sekarang sudah pukul 22.00 malam, namun hingga detik ini belum ada pesan lain dari Ceilo yang Kalana terima, itu artinya Ceilo masih bersama dengan Keisya di apartementnya.

Kalana tertunduk lesu, ia pikir apartement Ceilo adalah ruang territory mereka bersama yang mana Ceilo tak mungkin membawa gadis lain kesana, namun pada nyatanya Ceilo memang tak pernah mengistimewakan Kalana.

Ceilo bahkan tak memikirkan kemana Kalana akan pergi malam ini padahal hari sudah pukul 22.00 cukup larut untuk seorang perempuan seperti Kalana yang tak tahu arah.

"Kalana, ada orang nyariin kamu di depan." Suara Reva, teman kerja Kalana menginterupsi kesedihannya.

"Siapa?" tanya Kalana memastikan.

Reva juga tengah bersiap untuk pulang, namun sebelumnya gadis itu masih menyelesaikan pembukuan karena Reva bertugas sebagai kasir.

"Cowok, yang dulu pernah nganterin kamu juga." Ujar Reva sambil mengambil tas nya dari loker yang berada persis disamping milik Kalana.

"Oh oke, makasih Re. Aku duluan ya kalau gitu." Kalana sebenarnya belum bisa memikirkan siapa lelaki yang menungguinya sepulang kerja, ia tak ingin ambil pusing. Yang pasti jika Reva mengenalinya maka lelaki tersebut adalah orang yang cukup dekat dengan Kalana.

Like A StarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang