15

1.2K 149 42
                                    

🦩 Olin

Aku kembali ke kamarku bersama dengan Jani, aku langsung diminta mami untuk mandi dan berdandan kemudian pakai baju tebaik ku untuk mengabadikan hari bersejarah ku ini, bahkan seingat ku tadi aku belum menjawab apa pun lamaran dari Naga.

Tawa Jani sedaritadi masih menjadi backsound di kepalaku "Kan, apa aku bilang Lin? Jodoh kamu tuh jadi iparku!"

"Diem kamu! kamu terlibat kan sama semua rencana ini?"

"Ya gimana ya, aku capek lihat tingkah kamu yang sok sok an gak punya rasa buat masku, aku juga kasihan sama mas Naga kayak semua yang dia lakukan selama ini tuh gak maksimal gitu," dia menjelaskan.

"Eh tapi, tapi, tapi, tentang lamaran ini dia sendiri yang rencanakan, aku cuma bantu cari beberapa barang buat seserahan tadi, serius deh, niat ngelamarnya datang dari dirinya sendiri," Jani menutup kalimatnya dengan senyuman.

"Terus kenapa dia senang banget sih, padahal aku belum jawab lamarannya!"

"Masa? tadi kan kamu bilang mau naik, mau mandi dulu, menurut aku secara gak langsung kamu setuju loh dengan lamaran itu, kalau gak  mah gak perlu repot-repot mandi terus bilang mau cantik!" sialan, aku lupa kalau dia pintar, pintar mencari kesalahan kecil orang lain salah satunya.

"Sudah sana mandi, aku bantu pilihin beberapa baju yang cocok buat kamu, sama aku bantu make up nya!" Jani mendorong tubuhku menuju kamar mandi yang memang ada di dalam kamarku ini, dan akhirnya kakiku melangkah mengikuti maunya.

.

Aku baru saja keluar dari kamar mandi, dan sudah mendapati Jani yang sedang memajang 2 dress simple yang kalau aku amati senada dengan batik yang tadi dikenakan oleh Naga "Udah selesai?" aku mengangguk.

"Kalau gitu sekarang kamu pilih yang mana Lin?" aku melirik Jani bingung "Ini buat kamu, Naga minta bude Ajeng bikin ekspres sesuai size kamu, tapi dia mau kamu pilih sendiri yang paling bagus menurutmu." Jani menjelaskan dan entah kenapa hatiku jadi menghangat setelahnya, seakan Naga benar-benar merencanakan hari ini dengan amat baik dan detail.

"Kok banyak banget bikin 2?"

"Tadinya mau 3 malah, tapi bude Ajeng bilang sanggupnya 2 kalau buat mepet, emang langsung keluar kegilaannya itu anak kalau sudah niat!" oh ya, bude Ajeng adalah salah satu desainer baju yang cukup terkenal di pulau Jawa, sudah menjadi langganan dan andalan keluarga mama Hera sejak lama.

"Banyak juga duitnya, lumayan kalau dijadikan suami." aku sok sok an mempertimbangkan Naga di depan kembarannya tapi Jani mengusap wajahku gemas "Gayamu Lin, Lin!"

"Udah cepetan pilih yang mana? sebelum dia sendiri yang nyeret kamu ke bawah ya!"

"Yang ini deh," aku memilih salah satu baju yang lebih dominan warna putihnya, batik yang kembar dengan milik Naga masih ada tapi aku mau yang lebih cerah di hari ini.

.

Aku turun bersama dengan Jani setelah berias diri dan ternyata disana para tamu hadirin sudah duduk dengan rapi di kursinya masing-masing, Naga menungguku di ujung akhir anak tangga, dia mengulurkan telapak tangannya sambil tersenyum, bukan senyum jahil yang biasanya aku lihat tapi aku tetap tertawa melihat wajahnya "Jangan ketawa Lin!"

"Dih, bukannya tujuanmu bikin aku bahagia di sisa umur kita? masa gak boleh ketawa? bego!"

"Yang sopan sama mas ya bub!" dia masih mengingatkan.

"Sumpah gak cocok!" kini Naga yang tersenyum simpul dan bersamaan dengan ini dia memberikan ku sebuket bunga yang terdiri dari bunga lily berwarna putih dengan baby breath yang menghiasi di pinggirnya.

NagameruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang