🐉 Naga
Aku menuju ke pintu utama untuk melihat dari depan teras siapa yang sudah bertamu di pagi hari seperti ini, pagi hari versi jam pengantin baru ya!
Ternyata aku sudah melihat mobil mas Juna di depan pagar rumahku dengan dia yang sudah turun dan sibuk melambaikan tangannya sambil tersenyum lebar tanpa dosa "Pagi kakak ipar," sapanya masih melambaikan tangannya.
Aku menghela napas panjang kemudian berjalan mendekati pagar dan membukanya "Bangun tidur?" tanya mas Juna basa-basi.
"Menurut mas?"
"Kayaknya sudah wangi tapi kok berantakan ya?" aku berdehem kemudian memintanya segera memasukan mobilnya ke halaman rumahku saja.
Saat mas Juna sudah menuruti perintahku, aku kembali menutup pagar dan tampak Jani turun dengan menggendong Ranu yang sedang tidur "Ngapain kamu?" itu suara Olin, dia sudah berdiri di depan pintu rumah sambil melipat tangannya ke depan dada.
"Nengok sahabat aku, mau mastiin dia baik-baik aja, dulu tuh pas SMP dia bilang kalau nikah pokoknya besok paginya aku harus cek keadaan dia, lupa?" Jani bertanya pada Olin kemudian Olin hanya membalasnya dengan cengiran "Tapi kan sekarang kita udah bukan bocah SMP lagi Jan!"
"Aku selalu menepati janjiku Lin, kamu jangan anggap remeh ya!"
"Lagi pula aku yakin Naga beringas, makanya aku sekalian memastikan kalau kamu minimal masih bisa jalan sekarang," Jani sudah berjalan masuk menuju rumah dengan mas Juna yang menutup pintu mobil setelah membawa tas khusus milik Ranu.
"Masuk deh, kasihan Ranu!" suruh Olin dan Jani menyahut "Oke bude!"
"Bude, bude, mulutnya!" aku tersenyum mendengar balasan Olin dan segera berjalan masuk paling belakang diantara mereka.
"Udah sarapan belum kalian? mau sarapan bareng?" tawar Olin pada Jani dan mas Juna tapi ternyata mereka sudah sarapan di rumah sebelum berangkat kesini "Kalian aja deh, kami sudah."
"Aku sih sudah sarapan ya,"
"Sarapan apa mas? siapa yang masak?"
"Sarapan Olin, aku yang masak!" seketika kain untuk kami mengelap bibir sehabis makan terlempar dan mendarat tepat di wajahku, tentu saja istriku pelakunya.
"Oh pantes hawanya beda," kini giliran mas Juna yang berkomentar dan Olin menegurnya "Mas Juna gak usah ikutan sengklek kayak mereka ya!" mas Juna hanya tertawa kemudian memilih bersembunyi di balik badan Jani.
"Kecium ya? padahal Olin sudah aku minta semprot pakai pengharum ruangan yang banyak loh!"
"Naga astaganaga!" tatapan mata laser Olin sudah berhasil melubangi dahiku.
"Ini mas, tolong gendong Ranu sebentar," mas Juna dengan telaten menerima Ranu kedalam gendongannya ketika Jani memberi kuasa "Kami gak lama-lama deh biar kalian bisa lanjut yang seharusnya kalian lakukan."
"Kami mampir dong buat kasih kado, kemarin kan belum sempat kasihnya, sama sengaja biar kami kasih langsung ke kalian."
"Gak usah sok bikin nangis ya kamu Jan!" Jani menggeleng "Gak deh beneran, kamu bakalan happy sih ini kayaknya, nih!" Jani memberikan Olin sebuah amplop putih panjang pada Olin dan istriku itu menerimanya "Uang ya? kok tipis sih? lebih efektif kalau kamu transfer aja gak sih Jan?"
"Duh kalau aku kasih uang kayaknya juga bakal diketawain Naga deh karena gak seberapa, buka aja deh biar tahu!"
Olin akhirnya memintaku untuk mendekat dan kami akan membuka amplop itu bersama-sama "Berdoa dulu, biar sesuai ekpetasi kalian!" pinta Jani dan Olin mencubit pipinya "Udah diem aja bentar jangan bawel, biar berasa buka kado tipisnya ih!"
"Pokoknya nanti cium kami kalau sesuai ekspetasi ya!" minta mas Juna, dan Jani meliriknya "Ya sudah gak apa-apa deh sekali dong, jangan sampai ipar adalah maut ya Lin, awas aja kamu!" Olin dan aku sama-sama tertawa.
Dan saat kami berhasil membuka amplop ini ternyata isinya selembar kertas dengan tulisan "Selamat telah menjadi teman beribadah terpanjang dan selamanya dua manusia kecintaan kami! Love, Ranu, Rinjani, Arjuna" beserta dengan gambar barcode yang cukup besar dibagian tengahnya "Apaan nih?" tanyaku bingung.
"Scan aja!" suruh mas Juna, aku mengambil ponselku dan setelahnya membuka aplikasi khusus untuk scan barcode dan setelah kode itu berhasil terbaca ternyata kado dari mereka adalah menginap 5 hari di Labuan Bajo dan 3 harinya kami akan berlayar menggunakan kapal pinisi beserta paket diving, mataku dan Olin sama-sama terbelalak melihat kado dari mereka "Serius kamu Jan?" Jani mengangguk "Itu spot yang belum pernah kalian kunjungi kan buat diving? salah satu spot yang masuk wishlist mas Naga kalau belum dia rubah sih," ujar Jani.
Aku dan Olin langsung memeluk Jani beserta mas Juna yang masih menggendong Ranu, euforia kami akhirnya kami kendorkan karena kami tidak mau menggangu tidur Ranu yang tampak nyenyak dalam dekap bapaknya.
"Mas Juna nabung berapa lama ini buat kado kami? ini pasti mahal banget!" Ujar Olin tapi Jani menggeleng "Easy, dia tidur aja juga menghasilkan uang kok, lagian aku ikut patungan ya, jangan anggap remeh penghasilan aku woy wahai ipar durjana!"
Olin merangkul Jani kemudian menghujaninya dengan banyak ciuman "Makasih sayang! ini emang impian aku tapi jujur kamu gak perlu repot begini,"
"Lin, aku gak repot, itu enaknya nikah sama anak orang kaya kan? kebetulan suami kamu kan juga kaya, besok-besok jangan lupa balas budi, oke?" adikku sudah mengangkat jempol tangan kanannya dan istriku mengangguk setuju dengan idenya.
"Kami tahu kalian skip honeymoon, sebenarnya gak masalah, tapi lihat kalian menyiapkan pernikahan kemarin, rasanya memang kalian butuh refresh biar makin nempel, ya kan sayang?"
"Iya, mas Juna bener, udah pakai waktu kalian sebaik mungkin, pokoknya harus berduaan terus karena aku tahu setelah ini [asi mas Naga makin sibuk karena papa benar-benar akan pensiun dari kantor, buat bekal kamu juga Lin, biar gak tantrum kedepannta!"
"Pokoknya makasih banyak ya, Ranu, besok kalau kamu nikah minta kado apa nak ke kami? nanti spill jauh-jauh kek pakde mu ya, pasti bude bantu ACC!" bisik Olin pada Ranu tapi Jani langsung menjauhkan wajah Olin dari anaknya "jangan dekat-dekat nanti bangun!"
.
Setelah Jani dan mas Juna pamit, kami akhirnya bisa sarapan dengan benar yang benar-benar sarapan, setelah itu kami sudah kembali ke kamar dan menatap jadwal keberangkatan kami, masih 3 hari lagi dan aku memastikan bisa berangkat begitu pun dengan Olin.
"Mendadak bingung harus belanja apa kalau begini bub" ujar Olin dan aku meliriknya penuh arti "Bikini dong! yuk berangkat, kamu ambil sebanyak-banyaknya gak apa-apa!"
"Mau fin baru!"
"Tapi sama bikini ya?"
"Couple ya kita bikininya?" aku akan menoyor kepalanya tapi aku langsung sadar kami sudah suami isrti, jadi aku kontrol tanganku dan aku ganti menjadi menangkup kedua pipinya dengan tanganku "Gemesin! kamu kira aku boti?" dia tertawa keras sampai-sampai memegangi perutnya.
"Ish kan seru bub kalau couplean!"
"Matamu!" aku langsung menyerangnya lagi dengan lebih dulu merebahkannya di ranjang "Nanti malam aja kita belanja yang mau kita bawa, sekarang main lagi ya?"
"Gak capek kamu bub?" aku menggeleng.
"Emang mesum!" bodo amat dengan apa lagi yang akan dia keluarkan dari bibirnya, yang ada sekarang aku fokus lagi untuk menyetubuhinya.
.
.
.Fin = sepatu katak buat snorkling atau diving ya guys, semoga menambah info untuk kalian
KAMU SEDANG MEMBACA
Nagameru
ChickLitJodoh kadang lucu ya, dicari selalu tidak terlihat, dikejar makin lari menjauh, sudah didapat tidak disyukuri, dan kadang yang paling dekat tidak bisa kita rasakan