16

1.1K 129 13
                                    

🦩 Olin

Aku menyempatkan datang ke kantor Naga untuk berdiskusi soal persiapan pernikahan kami yang akan diadakan 3 bulan lagi, papi dan mami tidak mau membuang waktu jadi secepatnya saja asal tidak menabrak aturan-aturan yang menjadi syarat lolosnya pernikahan kami di Gereja.

Ini sudah hari ke sekian ku saat jam makan siang datang ke tempat Naga untuk berdiskusi, hari ini aku bisa agak longgar karena bu Meti ada dinas luar dan dia membawa asisten juniornya untuk dinas itu, jadi aku diijinkan olehnya untuk bekerja dari luar saja selepas jam makan siang.

Aku sibuk mengamati orang-orang yang saat ini berada 1 lift denganku, mayoritas berisi perempuan-perempuan dari kantor Naga, dan sepertinya lantai tujuanku akan menjadi lantai terakhir yang akan dituju jadilah aku memilih untuk bersandar saja untuk meringankan badan.

Mataku baru saja aku pejamkan saat suara seorang perempuan berhasil mengusikku "Biasa aja gak sih calon istrinya pak Naga?"

"Ehm, mungkin seleranya ya, mungkin dia pintar atau tajir juga jadi setara," yang lain memberi tanggapan dan aku sudah menghela napas untuk menahan emosiku tidak meletup.

"Enggak kok, menurutku calonnya pak Naga cakep, cocok tahu!" aku tersenyum mendengar yang satu ini. Ya iyalah aku cantik, kalau gak mana mau Naga? jujur aja semua orang di keluarganya visual, dia tidak mungkin tega membawa seorang yang biasa saja masuk menjadi anggota keluarga untuk selamanya, dia tidak akan membuat orang itu insecure seumur hidup.

"Gak sih, yang ini menurut aku biasa aja, hoki aja ini perempuan," perempuan satu itu masih kekeuh dengan penilaiannya, sebenarnya aku tidak masalah karena menurutku penilaian seseorang yang berdasarkan dari selera masing-masing.

"Apa aku coba rebut aja ya? aku kan oke nih?" imbuhnya dan aku langsung tertawa terbahak, membuat orang-orang yang masih berada di lift ini memfokuskan pandangan mereka ku untukku "Misi ya mbak, saya kemarin dilamarnya tuh benar-benar baru bangun tidur, mbaknya kalau sudah dandan juga kayaknya Naga gak mau deh." aku berucap itu tepat di depan wajahnya, menatap mata perempuan ini dalam dan aku memuatnya tidak berkedip sama sekali.

Aku mengambil ponselnya dan kini melihat foto yang terpampang nyata disana "Astaga, ini waktu saya awal kerja kali, ini aja saya yakin waktu itu kamu juga kalah cantik dari saya," aku tersenyum.

"Naga pilih saya bukan karena saya cantik mbak, tapi saya juga berdaya untuk mengembangkan diri saya dari waktu ke waktu."

"Kalau mau rebut coba rebut aja, good luck ya!" kini tangan lain sudah menarik tubuh perempuan sialan ini dari hadapanku dan menyuruhnya meminta maaf.

"Buruan minta maaf!" bisik perempuan itu.

"Gak, gak, gak perlu, kamu gak perlu melakukan itu ke saya kalau memang merasa tidak bersalah, saya juga gak perlu minta maaf sudah menegur kamu dengan cara seperti ini."

"Saya cuma mau menegaskan kalau Naga bukan orang yang menjadikan fisik sebagai patokan utama dalam hidupnya." dan ting! bunyi yang menandakan lift sudah terbuka di lantai 7 "Lantai kamu?" aku bertanya.

"Lantai kamu atau bukan lebih baik turun disini saja sebelum saya ceritakan rentetan hal-hal manis yang sudah Naga lakukan untuk saya selama kami bersama." dan seketika perempuan ini permisi bersama dengan teman-temannya dan ketika mereka keluar orang yang masih tersisa di dalam lift bertepuk tangan untukku.

.

Aku akhirnya masuk ke ruangan Naga dengan dia yang masih sibuk mengetik di laptopnya "Hai, aku sudah pesan makanan tapi belum datang bub, gak apa-apa?" dia bertanya dan aku mengangguk.

"Sini!" pintanya mendekat dan aku berjalan ke arahnya, memperhatikan yang sedang dia kerjakan tapi dia malah menatapku seakan fokusnya kini ke aku bukan ke laptopnya lagi "Selesaikan aja dulu bub kalau emang belum selesai."

"Sudah kok, tadi cuma aku baca ulang biar tahu gak ada yang perlu direvisi lagi."

"Oh." aku bersandar pada meja kerjanya, semi duduk tapi lebih seperti bersandar "Ada cerita apa hari ini? bu Meti beneran gak apa-apa kamu ngantor dari sini?"

"Gak apa-apa, dia juga kayaknya sekarang lagi ke pantai foto-foto," Naga tersenyum kemudian menelisik "Iri ya sekarang bukan kamu yang dia bawa kalau dinas luar?"

"Gak lah, malah enak aku gak capek-capek ngikutin liburan ala ibu-ibu arisan."

Naga tertawa dan kini meraihku untuk mendekat padanya, sekarang aku sudah duduk di pangkuannya "Kan habis gini dinas kamu naik level juga Lin, dinas sama aku, ya kan?" Alisnya sudah dia naik turunkan dan senyum jahil khas miliknya sudah terlihat disana, aku langsung menampolnya "Gaya kamu tuh ya, sok sokan godain sekarang, ntar aku goda balik juga marah!"

"Gak, coba aja!"

"Dih, murahan ya sekarang anda?" ledekku dan dia tertawa.

"Aman lah."

"Aman, aman kayaknya habis kita tukar cincin kemarin, otak kita juga ketukar deh bub, kamu kenapa jadi mesum gini sih?"

"Latihan, biar gak kaku kayak kanebo kering bub," ujarnya datar dan aku tertawa.

"Maaf ya mas Naga, segala godaan mode setan mu ini gak akan bisa meruntuhkan dinding pertahanan ku untuk tetap menjaga keperawanan yang suci ini untuk suamiku besok."

"Good girl!" dia mengusap kepalaku.

"Mau kamu juga yang goda bub aku tahan, siapa tahu jodohku besok bukan kamu, aku harus tetap bertahan di pendirian ini."

"Heh!" Naga membentak dan jujur ini cukup membuatku terkejut "Maksudnya apa ngomong begitu? hah?"

"Ya kan kita belum nikah, masih ada banyak kemungkinan kalau kamu bukan....."

"Bukan apa?" tanyanya galak.

"Gak ada kepikiran kamu masih berharap sama cowok lain ya, calon suamimu aku Lin, gak ada yang lain! kalau sampai amit-amit kamu akhirnya nikah sama yang lain, sumpah aku sudah siap banyak rencana buat mengguncang rumah tangga kamu!" aku akan tertawa tapi kini wajah anak ini nampak serius.

"Aku bakalan beli rumah di sebelah rumah kamu, tiap malam aku bakal nyelinap masuk kesana dan pas paginya aku bakal bangun diantara kamu sama suami kamu, aku kirim guna-guna ke suami kamu biar dia cepat mati dan kalau kamu sudah janda dan masih gak mau sama aku, kamu yang aku pelet!"

"Kamu beneran Naga? kamu habis ngapain gitu? kenapa otaknya jauh banget dari Naga? ini Naga versi tukang halu?" aku meyakinkan "Pokoknya gak boleh ada laki-laki lain di pikiran kamu selain aku!

"Serem!"

"Biar! apa kamu?"

"Selama ini aku usaha biar kamu sadar kalau aku punya perasaan lebih ke kamu aja kamu gak sadar-sadar. Ya gak mau lah aku giliran kamu akhirnya sadar dan membalas perasaan ini kamu masih halu sama yang lain, gak ada ya!"

Aku tertawa kemudian menangkup kedua pipinya dan memberinya sebuah kecupan di bibir agar dia bisa diam "Iya iya, mas bawel ku!"

"Lagi!" Tandasnya dan aku tersenyum kemudian memberinya kecupan lagi sesuai permintaannya, tapi kini tangan Naga sudah memegang tengkuk dan rahangku secara bersamaan, seolah menahan ciuman ini agar tidak cepat selesai, dia menelisik bibirku dan lidahnya pun berhasil mengait lidahku yang masih belum siap dengan gerakan yang dia ciptakan ini.

Adegan ini terjadi cukup lama dengan posisiku yang masih berada di pangkuannya, jika yang lalu terjadi ketika aku menghadapnya, kini berbeda, kepalaku sedikit menoleh padanya dan ciuman ini terjadi.

Tanganku meraih belakang kepalanya, meremas rambut yang bisa aku gapai dan aku sengaja menggoda dengan mengelus pahanya, dia menggeram dan bagian diriku merasa senang, tapi senyumanku ini mendadak berubah ketika aku merasakan tangan Naga juga melakukan hal yang sama padaku, tangan berurat miliknya sudah berada di atas pahaku dan sibuk mengelusnya "Kamu yakin Lin?" tanyanya serak dan mendadak aku jadi pucat.

"Akan aku beli kontan kalau kamu melempar tawaran," bisiknya dan jujur kini aku yang ketakutan setengah mati walau hanya dengan mendengar suaranya.

Aku akan menjawab tapi satu ketukan di pintu ruangan Naga ini membuatku terloncat dari posisi ini, aku otomatis berdiri dan mencoba meredakan detak jantungku yang tak karuan sedangkan Naga hanya melempar senyum miring padaku "Masuk!" serunya dan ternyata itu asisten pribadinya yang membawa beberapa kantong makanan yang ternyata telah sampai "Paket pak," ujar asisten itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 05 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

NagameruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang