21

1.5K 123 13
                                    

🦩 Olin

Aku sudah siap sarapan dengan duduk di meja makan sambil melihat Naga yang sibuk menghidangkan apa yang sudah dia masak untuk kami sarapan. Apa aku sudah mandi? sudah, tentu dimandikan oleh suamiku yang penuh dengan tanggung jawab ini, berkatnya semalam kami benar-benar sibuk mencoba hal baru dengan beragam variasi.

Apa bagian bawahku baik-baik saja? masih terasa sedikit aneh, tidak biasa tapi aku tidak apa-apa, aku tidak menyalahkan Pedro atau pun pemiliknya, karena aku pun turut mendesah dan menikmati apa yang kemarin mereka ciptakan.

"Sarapan siap!" Ujar Naga sumringah.

"Aura kamu terpancar ya bub!" celetukku.

"Makin aur auran pasti ya?"

"Kacau sih, efek udah gak perawan ya pasti?" godaku.

"Perjaka bubub, yang udah gak perawan kan kamu!"

"Hahaha, iya! bangga gak kamu dapat istri di jaman begini tapi masih perawan kayak aku?"

"Bangga! makasih ya selama ini sudah jaga diri dengan baik walau mantan kamu cukup banyak bub!" Dia mengelus kepalaku.

"Sama-sama."

"Tapi yakin kamu pas sama Naka gak pernah macem-macem?"

"Yakin kamu mau tahu?" Tantang ku.

"Gak usah kalau gitu, yang penting aku hidup hari ini, masa lalu tempatnya di belakang, gak akan mempengaruhi ku!" Aku bertepuk tangan untuknya.

"Aku cuma pernah pangku-pangkuan sama kamu pas pacaran, lainnya gak." dia nampak tersenyum simpul, mungkin dia sedang memuji dirinya sendiri yang hoki mendapati kenyataan itu.

"Naka pernah nya grepe-grepe nenenku!"

"Bangsat!"

"Santai, dari luar doang kok, aku juga langsung sok marah pas itu."

"Kayak kamu gak pernah aja grepe-grepe mantan kamu bub!" balasku dan dia menatapku tajam "Gak pernah beneran?" Aku memastikan dan dia menggeleng, mampus, suamiku ini benar-benar spek anak idaman mama papa "Tapi aku yang digrepe-grepe," ucapnya aku langsung tersenyum sambil mengangkat sebelah tangan dan Naga menepuknya sebegai balasan.

"Pantes kita nikah bub, otaknya sama!" ujarnya yang kini sudah duduk di samping ku.

"Tapi kamu gak apa-apa semalam aku keluarin di dalam bub?"

"Gak apa-apa, bukan masa suburku," aku mulai menyendok makananku dan tersenyum mendengar pertanyaan Naga, kini giliranku yang bertanya padanya "Kamu gimana? beneran gak apa-apa kalau kita tunda dulu punya anaknya?"

"Gak apa-apa, yang hamil kan kamu, aku mau kita punya anak pas kita sama-sama sudah siap, tubuh kamu siap dan yang penting gak memberatkan kamu."

Aku merangkulnya perutnya dari samping dan kini dia sudah mengelus kepalaku "Kalau kamu masih mau kerja ya kerja aja dulu bub, nanti kalau sudah puas dan siap buat rawat anak di rumah, baru kamu resign, pokonya mental kamu beneran siap ketika nanti anak kita ada, oke?"

Aku dan Naga memang membahas soal ini sebelum kami menikah, aku tahu Naga pasti mampu memfasilitasi ku dengan baby sitter, ART untuk membantu mengurus rumah ketika kami sudah berkeluarga, tapi ternyata pandangan kami sama soal hal ini, ketika punya anak sebisa mungkin kita asuh sendiri, boleh pakai ART asal yang dikerjakan pekerjaan rumah bukan memegang anak, karena anak tanggung jawab orang tua bukan ART atau susternya.

Naga juga bilang kalau aku mau resign kerja setelah kami menikah dia gak keberatan, baginya nafkah dari suami harus sudah bisa mencukupi semuanya tanpa membuat istrinya lelah bekerja, kalau dia ajak nikah tandanya dia juga siap mengganti semua gaji bulanan ku yang aku dapat dari bekerja kalau nanti aku resign, intinya aku hanya perlu membantunya dalam rumah tangga ini, kalau aku bekerja dia mau itu hanya untuk mengisi waktu ku saja bukan untuk membantu perekonomian keluarga kecil kami.

NagameruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang