Orang gila mana yang nutup hatinya bertahun-tahun cuma untuk satu orang yang bahkan gak peduli tentang perasaannya.
Letter to D
*****
Ujian kenaikan kelas IX berlalu begitu cepat. Entahlah semua berlalu begitu saja. Waktu menerbangkan semuanya. Namun momen-momen itu akan terkenang sampai kapanpun.
Hari ini adalah Class Meeting pertama disekolah. Harusnya class meeting adalah ajang pamer bakat yang diselingi canda tawa serta berbagai keseruan dari murid-muridnya. Namun, sayangnya class meeting kali ini justru diisi dengan kesunyian, sepi dan rindu. Ciakkkk
Bukan mengapa dikarenakan lomba-lomba yang diadakan tetaplah sama dari tahun ketahun membuat murid-muridnya bosan sendiri hingga membuat mereka lebih memilih tidur daripada mengikuti lomba.
Seperti yang terjadi hari ini,"Naswa dimana sih?" ucap Ghea, berseru frustrasi. Pasalnya sudah pukul 9 namun tidak ada tanda-tanda Naswa yang harusnya mengikuti lomba Bulutangkis beberapa menit lagi.
"Gak bisa di telfon?"
"Nomornya gak aktif"
"Ya udah nanti di telfon lagi aja, kita sekarang nganterin Indri dulu main catur" ajak Dirra, lelah juga menunggu Naswa yang tak datang-datang.
"Ayuk deh"
"Eh, bentar" Indri berucap tiba-tiba
"Kenapa?"
"Ini laki nya kelas kita mana?"
"Lagi dijemput sama Afta, palingan abis ini dateng"
"Oh yaudah kalo gitu, ayok"
Mereka bertiga berjalan kearah tempat yang sudah disediakan untuk lomba catur. Meja-meja tertata dengan rapi, namun peserta lombanya masih sangat sedikit.
"Nanti kalo gue kalah gimana?" ucap Indri, nervous. Pasalnya ini pertama kali untuknya.
"Gapapa yang penting coba aja dulu" jawab Ghea.
"Iya, percaya diri aja. Bisa kok," ucap Dirra, menambahi.
Indri tersenyum melihat respon dua temannya itu. Walaupun dirinya sangat gugup tapi dengan dampingan kedua temannya rasanya menjadi lebih tenang.
Sampai seseorang tiba-tiba duduk di kursi perwakilan kelas mereka.
"Lah Divo, ngapa lu disini?" tanya Dirra
"Farzan masih tidur, jadi gue gantiin"
"Tapi kan, pemain cadangannya ada Afta" seru Ghea, pusing dengan kelasnya yang tidak bisa diatur.
Menjadi ketua kelas untuk pertama kalinya memang sulit, apalagi mengurus anggota kelas yang tidak bisa diatur.
"Serah serah gue lah, gue maunya main ini"
KAMU SEDANG MEMBACA
Letter to D
Novela JuvenilSebuah Relationship yang membingungkan. Hubungan yang hanya sebatas eye contact. Namun mampu menorehkan perasaan terdalam.