THE DREAM

8 1 0
                                    

Aku memilih untuk memelukmu dalam mimpi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku memilih untuk memelukmu dalam mimpi.
Karena dalam mimpi,
Kau tak pernah berakhir.


Letter to D


*****












Keluarga Dirra tengah berkumpul di ruang tamu, entah ada acara apa. Dirra tidak mengerti. Ada seorang laki-laki berpakaian kemeja warna hijau rapi. Dengan sarung warna hitam dan pecinya. Tengah ikut duduk bersama mereka. Namun, Dirra yang berada di belakangnya tidak dapat mengetahui siapa lelaki tersebut.

Lelaki itu mendekat kearah ayah Dirra, meminta salam. Entah dari dorongan mana Dirra yang berada tepat dibelakangnya, memilih untuk menepuk punggung seseorang itu pelan. Lalu, seseorang itu menoleh kearah Dirra dengan senyum lebarnya. Dirra terdiam mendapati seseorang itu.

'mas Devan' batinnya berucap

Tiba-tiba latar berganti, kini berada di sebuah taman hanya ada Devan dan Dirra. Dirra masih bertanya-tanya ada apa. Tapi tanpa menjawab Devan justru mendekat dan memeluk raga Dirra erat. Dirra masih terdiam saat dia sadar dan membalas pelukan tak berdasar itu.

"Hah hahh"

Dirra membuka matanya, menatap sekeliling. Ini ruang kamarnya. Menilik jam ternyata masih jam 24.30. Ternyata dia hanya bermimpi. Matanya menatap sendu tanpa sadar setetes air mata turun membasahi pipinya.

Ini bukan kali pertama dia mimpi tentang Devan. Sudah beberapa kali dia bermimpi tentang Devan. Dan itu membebani hati dan pikirannya. Seolah cerita tentang Devan harus selalu abadi dalam relung hati dan pikirannya. Satu hal yang membuatnya selalu rindu. Padahal juga sudah ribuan kali Dirra memutuskan untuk melupa. Tapi ribuan mimpi-mimpinya tentang Devan terus selalu mengingatkannya pada kenangan-kenangannya itu.


                          
 *****

Seorang lelaki berparas tampan, tengah sibuk bergelut dengan isi kepalanya. Menyalakan sebatang rokok dirinya menghembuskan nafas panjang. Menikmati hembusan angin malam yang menerpa, dia memejamkan matanya. Sejak dia kembali dari rumah, pikirannya tidak pernah tenang.

Masalah itu benar-benar mengguncang seluruh hidupnya. Memori-memori itu terus menghantui batin dan pikirannya. Dia terus merokok, seolah hembusan yang dia keluarkan adalah beban-beban hidupnya. Kepalanya riuh, bising disana dan dia butuh asap untuk menenangkannya.

Langkah kaki mendekat ke arah lelaki itu, tanpa suara. Devan membuka matanya, mencoba melihat siapa seseorang yang datang ke area kost nya malam-malam begini. Dia sedang berada di depan kost nya saat itu. Sampai dia mendengar suara serak lelaki itu, dan Devan hanya menghembuskan nafas kasar.

"Waalaikum salam bro"

"Assalamualaikum"

Izzal terkekeh "Hehe, salah"

Letter to D Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang