SIDE STORY

6 1 0
                                    

Hidup tidak pernah baik-baik saja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hidup tidak pernah baik-baik saja. Kita tidak akan pernah tahu, siapa seseorang yang kita butuhkan dimasa depan.


Letter to D


*****












Seni Kaligrafi merupakan salah satu seni yang diperlombakan. Seperti di sekolah MTs Darul Fiqih. Lomba Kaligrafi ini sudah turun temurun dan harus selalu ada setiap class meeting berlangsung. Banyak juga murid-murid yang berpartisipasi dan ikut mencoba, karena memang seseru itu menggambar. Namun, tidak semua murid ikut karena keinginan ada juga karena paksaan.

Seperti yang dirasakan perempuan labil yang rela nolak cowok cuma demi kakak kelas yang selalu dibangga-banggakannya. Siapa lagi kalo bukan Dirra. Perempuan yang sebenarnya berbakat dalam hal menggambar hanya saja dirinya kurang menekuni bidang itu.

Dirra tidak terlalu suka menggambar, tapi jika hatinya sendiri yang berkehendak maka dia bisa menggambar apapun. Bahkan diam-diam dia sering menggambar kakak kelas yang disukainya itu. Iya, Devan. Sesuka itu memang. Namun, jika sudah dikata tidak mau, maka dengan ogah-ogahan Dirra akan mengeluarkan beribu alasannya. Namun, sayangnya saat itu dia sudah setuju menggantikan temannya untuk ikut lomba Kaligrafi.

Dan hari ini adalah lomba dimulai, namun nilai persentase semangat Dirra hanya 1%. Entahlah, hari ini dirinya saat lelah hanya untuk berangkat sekolah.

"Semangat, disemangatin loh sama mas Devan" seru Ghea, sumringah.

"Hilih, mana ada," balas Dirra, dengan nada malas.

Sementara Ghea dan Indri yang ada dihadapannya hanya terkekeh.
Seperti biasa 3 siam itu selalu tidak pernah ketinggalan acara class meeting. Berbeda dengan teman-teman yang lain yang lebih memilih guling-guling di kasur.

"Haduh, gimana kalo gue gak bisa," ucap Dirra, tiba-tiba.

"Bisa, nanti kita bantu"

"Iya, lo tenang aja. Kalo gak bisa kan bisa minta bantuan si Alkan"

Perkataan Indri, membuat Dirra ingat bahwa dirinya tidak hanya bersaing dengan teman-teman yang sudah handal tapi juga bersaing dengan teman sekelasnya sendiri yang sudah sangat profesional sampai menang melawan sekolah lain.

Sebenarnya memang tidak apa-apa jika Dirra meminta bantuan Alkan. Toh, Alkan juga temannya. Tapi, bukan itu masalahnya. Masalahnya adalah Alkan seorang cowok pendiam yang terkesan dingin namun diam-diam menoreh prestasi. Dan Alkan merupakan teman sekelas Dirra waktu awal masuk MTs dan juga teman laki-laki pertama yang menyatakan cinta kepada Dirra. Satu hal yang membuat terkadang Dirra canggung dengannya.

Tidak. Mereka tidak pernah menjalin hubungan. Namun, itu lebih parah karena Dirra langsung menolaknya saat Alkan menyatakan perasaannya. Entahlah, padahal saat itu Dirra belum bertemu sosok yang saat ini menempati tahta tertinggi hatinya. Namun, untungnya Dirra bukan tipe yang akan terikat masa lalu walaupun kadang sering dihantui. Dirra mudah melupakan tapi juga mudah ingat. Tergantung kondisi dan keadaan. Dan sekarang dia berada di keadaan yang mengharuskannya berinteraksi dengan lelaki yang pernah menyatakan perasaannya itu.

Letter to D Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang